Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 32 - Fokus ke Kita

Chapter 32 - Fokus ke Kita

"Bicara prioritas, diluar kerjaan, sepertinya mulai sekarang kamu udah jadi prioritas Aku. Aku harap kamu gak akan keberatan."

Adri tampak terdiam sejenak.

"Harusnya Aku yang tanya ke kamu, apa gak akan merepotkan kamu dengan nambah prioritas?" tanyanya.

Januar menggeleng, "Enggak. Sama sekali," ujarnya yakin.

Adri tersenyum kembali, "OK then. Let's prioritize each other," ujarnya sembari mengulurkan tangan. Januar yang tampak bingung itu akhirnya paham.

"Deal!"

"Habis ini kemana?" tanya Januar.

"Kosong sih, rencananya mau ngajak kamu makan malem, Aku yang traktir," ujarnya.

Januar mengangkat alisnya, "Wow, apa karena ini hari pelantikan?" ujarnya sembari tertawa.

Adri mengangguk, "Tentu. Apalagi? Ini hari spesial kamu, ayo kita rayain bareng-bareng," ujarnya. Memang itu bukan ide spontan, Adri sudah merencanakannya matang-matang.

"Oke, Aku ambil barang-barang dulu ya. Sekali lagi makasih ini hadiah dari kamu," ujarnya.

Adri hanya mengangguk, kemudian Januar berjalan menuju ruangan dibalik podium tempatnya menyimpan barang bawaan.

"Adriana?" tanya seseorang tiba-tiba.

"Oh?" respon Adri singkat karena Ia tidak kenal siapa yang baru saja menyapanya itu.

"Gue Revitha, pasti gak kenal ya haha," ujarnya. Oh, dia Revitha ternyata.

"Oh ... haha iya, mungkin ... salam kenal ya, belum pernah ketemu," ujarnya canggung.

Revitha tersenyum simpul, "Salam kenal Dri. Denger-denger Lo lagi deket ya sama Januar belakangan ini?"

"Hah? Mungkin?" ujar Adri canggung. Sebenarnya dia heran saja, kenapa gadis asing didepannya itu tiba tiba mengusik hubungan pribadinya dengan Januar.

Revitha lalu tersenyum yang tidak dapat diartikan, "Sebelumnya congrats ya, atas hubungan Lo. Cuma disini Gue selaku sekretaris BEM baru, rekannya Januar, sekedar mengingatkan Lo aja sih buat gak mengganggu aktivitas Januar di BEM," ujarnya ramah tapi Adri tahu apa maksud gadis ini. Adri hanya memperhatikan, mengangguk sebagai respon, menunggu Revitha selesai dengan kalimatnya.

"Kita baru aja kebentuk, jangan sampe masalah pribadi kalian mengganggu aktivitas BEM. Itu aja sih Dri," finalnya.

Adri tersenyum miring. Untuk beberapa hal, Ia cukup tersinggung. Revitha ini menurutnya sangat tidak sopan.

"Gitu ya? Sebelumnya Gue mau kasih tahu Lo, Revitha kalo Gue sama Januar bukan tipikal pasangan yang saling mengganggu dan toksik. Kita sama sama sibuk dan Gue, sangat mendukung Januar di BEM, that's why I'm here. Kedua, Lo terlalu jauh untuk khawatir selaku teman kerjanya Januar," ujar Adri tegas.

Revitha hanya menatapnya serius tanpa ekspresi.

"Tapi overall, thanks for your advice, sebenernya cukup umum but memang kadang orang lupa akan hal itu," final Adri.

"Ada apanih?" tanya Januar tiba-tiba. Pria itu muncul tanpa diketahui.

Revitha mendadak kikuk dan salah tingkah, "Nyapa aja sih tadi. Kalo gitu Gue duluan ya, dah Dri, Jan," ujarnya sembari cepat-cepat berlalu.

****

Adri dan Januar akhirnya memutuskan makan malam di sebuah angkringan dekat alun-alun kota Bandung. Itu ide Januar. Adri mana pernah makan di tengah keramaian seperti ini, dia lebih suka tempat sepi dan tenang.

Sedari tadi Januar menyadari, Adri sedang tidak baik mood nya. Dia juga diam saja sedari tadi. Januar sebenarnya tahu, percakapan tidak mengenakannya dengan Revitha tadi.

"Kamu kenapa? Omongannya Revitha jangan dipikirin," ujar Januar akhirnya. Adri yang tengah melamun itu seketika tersadar.

"Kamu tau emang?"

Januar mengangguk kemudian meneguk es teh manis serehnya, "Iya. Aku denger semuanya cuma muncul di akhir aja pas udah panas," ujarnys sembari tertawa ringan.

Adri memutar bola matanya jengah, "Mikir gak sih Jan, kenal enggak, pernah ngomong sama dia enggak, tiba-tiba bilang gitu," celoteh Adri. Januar hanya mengangguk ngangguk, menjadi pendengar baik pasangannya itu.

"Terus?"

"Ya ... maksudnya biar apa gitu? Sepeduli itu dia sama BEM? Atau sama kamu?" tanyanya.

"Yang kedua," ujar Januar. Adri mendadak kebingungan.

"Maksudnya?"

"Masa gak paham? Dia memang suka sama Aku, deketin Aku dari dulu, dia memang sepeduli itu Dri," jelasnya.

Adri menekuk keningnya heran, "Kok kamu gampang banget ngakuinnya?"

Januar mengangkat bahunya, "Karena faktanya gitu. Bukan Aku doang yang bilang, anak anak BEM lama juga bilang gitu. Tapi Aku ya biasa aja, gak pernah punya perasaan atau apapun. Kita cuma temen satu organisasi," jelasnya.

Adri menggelengkan kepalanya, "Gak nyangka, pertama kalinya Aku ngadepin orang begitu."

Januar tertawa pelan, "Ini juga pertama kalinya," ujarnya menggantung.

"Apa?"

"Ada yang marah soal itu. Sebelum sebelumnya itu hal biasa, gak ada yang peduli apalagi sampe marah-marah kayak kamu sekarang," lanjutnya.

"Emang kamu jomblo dari lahir dan cuma punya banyak pengagum rahasia gitu?"

"Iya. Aku gak pernah pacaran, kalo yang suka banyak," ujarnya percaya diri.

Adri berdecih pelan, "Narsis kamu tuh. Kurang kurangi lah," ujarnya.

"Yaudah, gini aja. Kalo ada yang ngomong kayak gitu ke kamu, senyumin aja. Jangan kamu bales kayak tadi. Buang buang energi tau," ucap Januar menenangkan.

Adri mengerutkan dahinya, "Loh, kamu mau diem aja pas dia bilang secara gak langsung Aku atau kamu itu toksik?"

"Enggak. Maksudnya ya biarin aja, mereka cuma iri. Serius. Coba kamu pikir,"

"Iri itu sifat orang Dri, gak bisa kita kontrol atau ubah, termasuk dengan ngejelasin. Mereka gak suka yaudah gak akan suka selamanya," lanjut Januar.

Adri tampak berpikir, lalu menumpukan kepalanya dengan tangan.

"Fokus sama kita aja."

"Gak perlu memvalidasi, mengkonfirmasi, mengklarifikasi ke mereka mereka yang iri atau gak suka. Itu saranku, biar kita tenang ngejalaninnya," final Januar.

Adri akhirnya mengangguk setuju.

"Iya. Kamu bener. Lain kali Aku gak perlu bereaksi berlebihan," ujarnya.

Januar mengangguk dan tersenyum, "Udah ya, sekarang makan dulu nih. Senyum dong," ujarnya.

Adri akhirnya tersenyum, sedikit terpaksa.

"Kamu ngapain aja hari ini?" tanya Januar disela sela makan.

Adri menandaskan kunyahannya sebelum berbicara, "As usual, penelitian, kuliah, ngasprak."

"Penelitian lancar? Aku jarang banget ngobrol sama Jevan padahal satu kost."

Adri mengangguk, "Lancar, cuma Theo kan lagi sakit, ada beberapa hal yang harus Aku backup walaupun dia larang," ujarnya.

"Theo izinin kamu buat ambil alih tugasnya emang?"

"Enggak sih sebenernya,"

"Kalo gitu jangan Dri, ntar marah lagi dia."

Adri mengangguk, "Iya, dia emang marah tadi siang," ujarnya.

"Kamu jenguk dia berarti?"

"Iya, dia akhirnya di opname di rumah sakit, terus Aku tengok sebelum dateng ke pelantikan kamu," ujarnya.

Januar mengangguk, "Jangan sampe kalian berantem karena rebutan tupoksi. Aneh aneh aja, orang berantem karena timnya gak mau ngerjain tugas masing-masing, lah ini ... karena ada yang mau ngambil alih," celoteh Januar.

"Ya gimana ya Jan. Gitu deh pokoknya, Aku sama Theo tuh udah ditahap workaholic bersaudara," ujarnya.

Januar tertawa keras, "Ada ada aja. Tapi bener sih."