Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 33 - Insta Story

Chapter 33 - Insta Story

Januar barus saja tiba di rumah kost nya setelah mengantar Adri pulang sebelumnya. Sesampainya di ruang tengah, beberapa anak kost menyambutnya dengan hangat atas pelantikannya hari ini. Mereka berkumpul dan makan bersama. Setidaknya hari ini Januar harus berbahagia sebelum kembali bekerja keras, kata mereka.

"Gimana Bapak Januar perasaannya setelah dilantik hari ini?" tanya Yudha yang juga datang malam itu. Wajar saja, kost itu sudah seperti markas para aktivis kampus.

Januar mengangguk disela-sela mengunyah makanannya, "Biasa aja, gak terlalu aneh. Mungkin lebih bahagia pas upacara demis," ujarnya.

"Bener sih, Gue juga ngerasa begitu. Pelantikan itu kayak bukan apa-apa, bangganya cuma sebentar. Sisanya, Lo pusing. Tapi itu menantang, really," ujar Jeffrey.

Semuanya mengangguk setuju.

"Semangat buat Lo dan para pengurus Jan. Gue percaya banget Lo bakal bawa BEM sebaik mungkin." Yudha memberi dukungannya.

Januar hanya mengangguk sebagai respon. Selesai dengan acara makan-makan dan bincang-bincang itu, akhirnya Januar pamit untuk istirahat ke kamarnya.

Sebenarnya bukan hanya untuk beristirahat, tapi Ia sudah penasaran untuk membuka hadiah pelantikan dari Adri di dalam paper bag itu. Januar memang sudah tahu itu adalah sebuah buku dan jam tangan, tapi Ia belum melihat dan menyentuh dua benda itu secara detail.

Januar membuka kotak jam tangan itu pelan-pelan, "Wah," ujarnya pelan begitu melihat jam analog abu-abu berantai silver disana.

"Bisaan aja tau selera Gue yang gimana," ujarnya sembari tersenyum dan mencoba jam tangan itu. Namun sesuatu diatas jam itu menarik perhatiannya.

"D. Januar?" ujarnya membaca sebuah tulisan yang terukir disana. Januar yang penasaran itu akhirnya melepas kembali jam tangan itu dan melihat sisi lain jam tangan itu.

Hingga akhirnya Ia tersenyum lebar melihat tulisan 'Leader since 1996' di dasar mesin jam tangan itu.

"Ngidenya keren banget emang. Udah kayak motto perusahaan aja," ujarnya masih tertawa.

Januar kemudian meraih ponselnya, mempotret dua ukiran tulisan di jam tangan itu dan mengunggahnya sebagai instagram storries. Ia menuliskan 'Motto perusahaan? Bukan, ini motto pribadi dari pribadi yang lain'. Baiklah, Ia memang sengaja menulis itu agar orang-orang susah mengerti.

Sifat jahil Januar tiba-tiba muncul, "Gue tag gak nih orangnya?" ujar Januar sembari berpikir sendiri dan tertawa.

"Pasti marah sih, tapi Gue tetep mau pansos, mohon maaf Adriana, haha," lanjutnya bermonolog. Akhirnya tanpa ragu Ia men-tag instagram Adri dalam caption kedua 'Thanks to the pretty genius (gerrieadriana)'.

Terkirim. Januar kemudian segera menonaktifkan ponselnya sembari tertawa puas. Ia belum ingin menghadapi teror dari Adri dan respon orang-orang kepo yang melihat instagram storiesnya itu.

"Good night, people."

Januar akhirnya memutuskan untuk tidur lebih awal karena memang sudah lelah, dan besok Ia harus kembali beraktivitas lebih padat. Hari-hari kepemimpinannya di BEM akan segera datang.

***

Pukul setengah delapan, Adri sudah memarkirkan mobilnya di halaman parkir Fakultas Teknik. Hari ini Ia kuliah mulai jam delapan, diikuti serangkaian kegiatan utama dan tambahannya sebagai asprak dan peneliti di penelitian timnya.

Baru saja mengunci mobil, ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

Leindra Han Theodore is calling ...

Adri mengerutkan dahinya, "Tumben nelpon pagi-pagi," ujarnya. Tanpa pikir panjang akhirnya Adri mengangkat telepon dari Theo itu.

"Halo?" sapanya sembari berjalan menuju ruang kelas.

"Good morning, girl!" balas Theo dengan suara serak khasnya"

"Apaan sih?"

"Ini Gue sapa namanya."

"To the point, ngapain telpon pagi-pagi?"

"Santai. Mau nanya aja Gue ada tugas apa aja kemaren? Gue gak buka-buka grup," ujarnya.

"Banyak, Teknik Pangan sama Biokim disuruh bikin paper individu, dikumpulin minggu depan. Topiknya liat di grup deh, Jeffrey udah ngelist kok,"

"Oh, terus? Ada lagi gak?"

"Gak ada sih,"

"Oke. Terus penelitian gimana? Kemaren udah difermentasi? Jevan katanya udah mulai pembiakan kultur."

Adri mengangguk, "Iya. Aman kok. Gue bilang juga apa? Gak usah dipikirin, semuanya lancar. Hari ini kita mau cek atau ganti substrat kalo udah gak bagus," ujarnya panjang lebar.

"Kerja bagus, Gue bentar lagi keluar kok," ujar Theo.

Tanpa sadar, Adri sudah sampai di depan kelasnya selama berbicara dengan Theo di telepon. Ia memutuskan untuk diluar dulu sebelum selesai menelepon.

"Fokus istirahat aja Yo, kita ya seneng kalo Lo cepet sembuh. Gue ke sana ya abis ke lab nanti. Mau dibawain apa?" tanyanya. Matanya kemudian menangkap sosok Januar melintas didepannya sembari melambaikan tangan dan mengangkat sebelah alisnya.

Adri hanya mengerutkan dahinya sebagai respon, "Tuh orang kenapa?" monolognya dalam hati melihat Januar yang tiba-tiba senyam senyum seperti itu.

"Gak usah Dri, ini adek Gue juga dateng pagi ini. Kebetulan banget dia mau ketemu Lo katanya," ujar Theo sembari tertawa.

"Adek Lo yang mana nih? Nana atau Jesslyn?" tanya Adri karena Theo memang tiga bersaudara, dia yang pertama, Nana yang ketiga, dan Jesslyn yang kedua.

"Dua duanya, apalagi si bocil nih si Nana," jawabnya.

"Oh, oke deh mungkin di jam besuk abis maghrib ya Gue kesana. Lo baik-baik deh, Gue masuk kelas dulu, bentar lagi dosen dateng," ujarnya.

"Oke. Eh btw, Lo beneran udah go public ya? Cieee selamat atuh," ujar Theo tiba-tiba yang membuat Adri heran.

"Go public?"

"Pura pura gak tau? Lo kira Gue gak punya instagram sama twitter?"

"Apaan sih?"

"Alah udah lah males Gue jelasin, bye mau sarapan!"

Sambungan telepon itu kemudian diputus sepihak oleh Theo. Adri hanya berdecak sebal, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Seperti biasa, Adri akan mengambil tempat duduk di barisan ketiga dari depan. Katanya itu posisi paling pas, tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang. Juga sebenarnya Ia malas jika harus berdekatan dengan mahasiswa hobi gosip dan small talk yang biasanya selalu duduk di belakang.

Adri kemudian meraih ponselnya, karena sedari tadi benda itu terus bergetar tanda pesan masuk.

Adri memeriksa pesan itu satu persatu, mulai dari email hingga aplikasi sosial medianya. Adri kemudian mengerutkan keningnya melihat satu notifikasi instagram dari Januar.

"Jadi ini kenapa dia tadi senyum senyum kayak orang gila?" monolognya dalam hati ketika melihat instagram stories Januar tadi malam.

Adri menggelengkan kepalanya, kemudian beralih ke WhatsApp dan twitter, dua aplikasi paling ramai notifikasi pagi itu.

Seperti dugaan Adri, itu pasti grup kost nya yang terdiri atas Jihan, Dirga, Yola, Adam, Dita dan dirinya. Isinya ya tidak lain adalah meroasting Adri karena Januar. Untung saja Adri tidak sempat bertemu dengan mereka pagi ini karena sedikit kesiangan dan sarapan seadanya dan secepatnya.

Lalu di twitter, kembali Ia di tag di akun menfess Fakultas Teknik. Adri menghela nafas berat, "Januar kembali berulah," gumamnya pelan.

[WhatsApp]

(Adriana Gerrie)

Pantesan ya senyam senyum kayak orang gila, gak nyapa, taunya bikin ribut sosmed. Kamu kenapa sih? Caper? Pansos?

Terkirim, terbaca. Rupanya Januar juga sedang online. Mahasiswa itu juga sepertinya sedang menunggu dosen datang mengajar.

(Darren Januar W)

Jadi kamu maunya disapa setiap pagi depan kelas?

Iya Aku mah pansos, biar masuk hits FT bareng kamu

(Adriana Gerrie)

Biar apa itu teh? Kurang terkenal apa emang kamu di FT dan di ITB? Di SI?

(Darren Januar W)

Biar orang-orang pada tau Aku sama kamu gimana, jadi gak ada yang ganggu kayak kemaren

Kamu dimana?

(Adriana Gerrie)

Dih pamer

Di bumi! Kan kamu tau Aku di kelas ngapain nanya lagi?

(Darren Januar W)

:'((

(Adriana Gerrie)

Apasih? Kuliah sana

(Darren Januar W)

Dosennya belum dateng

Hari minggu jadi ya? Dua hari ini Aku bakal sibuk banget soalnya

(Adriana Gerrie)

Iya dateng dateng aja ke Lab

Dah dulu ya, dosen udah dateng

(Darren Januar W)

Okee

Sip. Salam buat dosennya.

Adri menggelengkan kepalanya membaca pesan terakhir Januar. Benar-benar pria itu semakin freak. Adri kemudian sekali lagi melihat instagram story Januar.

Tanpa pikir panjang, Adri me-repost instagram stories itu dengan caption hanya berupa emoji kepala menggunakan kacamata hitam dan tersenyum smirk. Tak lupa, Ia menambahkan gif api disana. Yah, begitulah Adri.

Di seberang sana, Januar yang membuka notifikasi instagram dari Adri di tengah-tengah perkuliahan itu berusaha sekuat menahan senyumnya.