Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 39 - Berlian dan Overthinking

Chapter 39 - Berlian dan Overthinking

Berbeda dengan alasan pamitnya pada anak-anak BEM, disinilah Januar berada. Lantai tiga Departemen Teknologi Pangan, di depan laboratorium mikrobiologi pangan. Laboratorium itu tertutup karena merupakan ruangan ber-AC. Dari luar Januar bisa melihat tiga orang di dalam ruangan itu, salah satunya Adri, dua orang lainnya adalah pria yang tidak bisa Januar tebak karena posisi duduknya membelakangi.

Dengan mata lelah, Januar meraih ponsel dari sakunya, mengirimkan beberapa pesan pada Adri.

[WhatsApp]

(Darren Januar W)

Dri

Aku depan lab mikpang

Januar melihat dari luar, Adri langsung memeriksa ponselnya ketika benda itu berdering. Tak lama kemudian, Ia memicingkan matanya, melihat keluar. Januar tersenyum sembari melambaikan tangannya. Adri kemudian menghampirinya.

"Eh, kok disini?" tanyanya.

Januar tersenyum, "Baru selesai rapat. Kamu ngapain disini sampe malem?" tanyanya.

"Ini mau pulang sebenernya. Tinggal siap-siap, udah selesai semua. Tadi ngurusin mikrob dulu, gak bisa ditunda," ujarnya.

Januar mengangguk, "Yaudah, ambil barang-barang kamu, Aku anter kamu pulang. Kita makan dulu," ujarnya.

Tidak ada penolakan dari Adri, gadis itu kembali masuk dan mengemasi barang-barangnya. Beberapa lama kemudian, seseorang keluar dari ruangan itu, tapi bukan Adri. Itu Haikal.

"Jan? Ngapain? ... Oh, Adri?" tanyanya ramah sembari menebak.

Januar mengangguk, "Iya nih. Lo sendiri abis ngapain Bang?"

"Gue penelitian TA disini, kebetulan aja sampe malem."

Januar hanya mengangguk. Tak lama kemudian, Adri sudah selesai dan keluar.

"Udah?" tanya Januar. Dengan cekatan Ia meraih satu goodie bag yang tampaknya berat dari tangan Adri.

"Pikirin lagi deh yang Gue bilang tadi, jangan sampe nyesel," ujar Haikal pada Adri. Januar yang tidak mengerti itu akhirnya hanya menjadi penonton. Ia melihat jelas bagaimana Adri berinteraksi dengan Haikal. Dari sorot mata Adri, Januar bisa menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang baru Ia temukan itu dari sosok Adri.

Januar tak bersuara hingga akhirnya Haikal pamit duluan, menyisakan mereka berdua. Tanpa banyak bicara, keduanya langsung menuju area parkir FT.

Hingga akhirnya Januar mengemudi dan mereka sampai di pertigaan keluar gerbang kampus, pria itu tidak kunjung berbicara. Tatapannya lelah, tapi fokus ke depan. Adri mulai sadar dan Ia heran.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

"Hah?"

"Kenapa kamu diem aja dari tadi? Ada masalah?"

Januar menggeleng pelan, "Bukan masalah besar," ujarnya sembari tersenyum.

"Gak biasa kamu begini."

"Aku ada rapat besar hari ini. Kebanyakan ngomong sampe capek," ujarnya kini melirik Adri sekilas.

Adri mengangguk, "Energimu habis," ujarnya.

Januar tersenyum miring, "Kurang lebih begitu," ujarnya.

"Kita mau makan dimana?" lanjutnya.

"Kalo kamu capek mending langsung aja."

Januar menggeleng, "Gak. Kita makan dulu. Makan ayam bakar mau gak?"

"Boleh."

****

Jam setengah sepuluh malam, akhirnya Adri dan Januar mempir sebentar untuk makan malam di salah satu rumah makan yang cukup ramai dikunjungi mahasiswa. Selesai memesan, Januar kembali ke tempat duduknya.

"Maaf ya, tadi gak bisa jemput kamu di SITH," ujarnya membuka percakapan.

Adri mengangguk, "No problem. Aku jadi ganggu kamu kayaknya ya tadi?"

"Gak kok, belum mulai rapatnya. Itu sepuluh menit sebelum mulai."

"Oh gitu."

"Gimana tadi? Dirga pasti minta tolong sama kamu?"

"Oh jadi kamu yang nyuruh dia buat nanya Aku mau gak jadi fasilitator sama pembicara?"

Januar mengangguk, "Iya, soalnya Bang Adam sama Bang Haikal belum bisa dikonfirmasi. Kayaknya sih kamu sama Bintang yang bakal jadi pembicara," jelasnya.

"Oh gitu. Iyasih, Bang Adam tuh jarang banget di kost sekarang. Kak Haikal juga dia lagi sibuk ini itu," ujarnya yang membuat Januar menatap dalam ke arahnya.

"Tadi kamu ketemu dia?"

"Iya. Kamu ketemu juga kan tadi di lab?"

"Bukan, sebelum itu, nganterin kamu ke SITH."

Adri terdiam, darimana Januar tahu, pikirnya.

"Oh ... iya. Gak sengaja sih," ujarnya.

"Gak sengaja gimana?"

"Tadi Aku di halte, nungguin bus gak lewat lewat, padahal udah telat sama Jevan. Akhirnya dia dateng deh mau jumatan, ditawarin ikut sekalian."

Januar mengangguk paham, "Jam berapa emang?"

Adri tampak berpikir, "Sekitar jam ... setengah dua belas lah."

"Padahal Aku masih belum pergi. Kenapa gak minta tolong?"

"Gak kepikiran, soalnya Aku buru-buru banget."

Januar lagi-lagi mengangguk.

"Kamu rapatin apa sampe mukanya ditekuk gitu? Ribut forumnya?" tanya Adri mengalihkan topik. Tak lama kemudian, pelayan datang membawakan pesanan mereka.

"Dua dies natalis, ospek fakultas. Forum gak ribut, cuma pikiranku aja kemana-mana," ujarnya sembari mulai memotong ayam.

"Kemana pikiran kamu?"

"Bercabang. Banyak pikiran aja minggu ini."

"Kamu suka overthinking?"

"Lebih sering gak sengaja, gak pernah niat overthinking. Ada aja yang mentrigger buat overthink," ujarnya berterus terang, walaupun tidak terang terangan.

Adri mengangguk, "Itu wajar. Semoga kamu bisa keluar dari kebiasaan itu. Pikirkan hal yang baik-baik sebelum yang buruk Jan, dan fokus ke dirimu, bukan ke orang lain."

Adri kemudian mulai menyantap makanannya, tanpa sadar Januar sedari tadi menatapnya penuh arti sembari tersenyum.

"Bakalan susah, apalagi kalo itu tentang hal penting yang pengen kita jaga mati-matian," ujar Januar.

"Kamu punya berlian? Sampe dijaga begitu?"

Januar mengangguk, "Iya, bahkan lebih dari itu. Makanya Aku suka overthinking kalo dia dideketin orang lain."

Adri menghentikan aktivitas makannya sejenak, "Aku makin gak nyambung apa maksud kamu. Berlian? Dideketin orang? Maling maksudnya?"

Januar tiba-tiba tertawa, Adri semakin bingung.

"Kenapa sih?" ujarnya sebal.

Januar hanya menggeleng sembari terus tersenyum, "Kamu kenapa lucu banget hari ini?" tanyanya. Oh, sepertinya mood pria itu sudah kembali normal.

"Lucu dari mana? Gak lagi main sirkus."

Mereka akhirnya terus bercanda sembari makan. Jam sepuluh malam, mereka memutuskan untuk pulang. Kebetulan sekali, mereka makan tidak jauh dari kost Adri, sehingga hanya butuh 15 menit untuk sampai.

"Duluan ya, makasih loh," pamit Adri sebelum turun.

"Sip."

Adri kemudian turun, sementara Januar memperhatikannya hingga hilang di belakang pagar. Januar menghela nafas dalam, "Kayaknya Gue emang kebanyakan drama dan overthinking."