Januar masuk ke rumah kost nya hampir pukul sebelas malam. Tentu tidak aneh bagi seorang aktivis seperti Januar untuk pulang selarut itu. Sesampainya di ruang tamu, terlihat Jeffrey dan Jevan sedang menonton televisi.
"Assalamualaikum!" salam Januar yang kemudian mengalihkan perhatian kedua pria itu.
"Waalaikumsalam," jawab mereka kompak.
Januar merebahkan dirinya di karpet tebal didepan meja televisi itu. Dia cukup lelah hari ini, setelah seharian menghadiri kelas biasa dan juga praktikum. Maklum saja, status sebagai mahasiswa Teknik Industri memaksanya banyak belajar secara teori dan praktik, dan itu cukup menyita waktu.
"Capek banget, Jan, tuh ada susu UHT di kulkas, minum aja biar gak sakit," ujar Jevan sembari membaca buku. Ya, entah bagaimana Ia suka bermulti-tasking bahkan untuk kegiatan seperti menonton televisi.
"Iya, biasa lah, pertemuan minggu ketiga udah aktif banget di Lab Rekayasa, terus nyiapin bahan buat depan calon," curhat Januar.
"Iyasih, Jan. Lo pasti bakal sibuk banget,"
"Oh iya besok ya debat calon ketua BEM?" tanya Jevan, Ia memang tidak tahu karena bukan dari Fakultas yang sama dengan Januar dan Jeffrey, dia dari Sekolah Tinggi Ilmu Hayati.
"Iya, besok. Makanya tadi meeting dulu sama si Gandhi, sama timses juga,"
"Ceileh gaya bener dah temen Gue yang satu ini punya banyak supporter," goda Jevan.
"Ya kalo gak ada gimana bisa Gue sampe sini Jev?"
Jevan mengangguk paham, "Bener sih, bak idola dan fans aja."
"Ya gak se cringe itu juga sih, elah," elak Januar.
"Eh Jan, besok tamu undangan spesialnya siapa aja?" tanya Jeffrey.
Januar tampak berpikir, "Kata Bang Adam terakhir sih sama Dekan, Kadept, terus beberapa alumni gitu Jef," ujarnya seperti menggantung.
"Tapi tadi timses Gue bilang, bakal ngundang Mapres utama, dari jurusan Lo kan, Adriana Gerrie?" tanya Januar antusias. Sebenarnya Ia sedikit penasaran dengan sosok Adriana ini.
"Wah yang bener Bang, Adri sama Theo?"
"Emang ada dua?"
"Ya enggak sih, cuma tuh orang berdua udah kayak amplop sama perangko, kemana-mana berdua mulu, conference bareng, lomba bareng, pasti ntar kalo Adri dateng, Theo juga dateng tuh."
"Oh ya? Terus dia kira-kira orangnya gimana Jef? Maksud Gue, idealisme dan pemikiran dia itu gimana?"
Jeffrey tampak berpikir, "Dia gak banyak bicara sih, Bang. Cuma sekalinya ngomong tuh berbobot banget. Setau Gue, dari survey HIMA yang terakhir, dia concern seputar akademik, dan kebijakan sosial kampus," jelasnya.
Januar mengangguk paham, akhirnya Ia mendapat gambaran jelas tentang sosok Mahasiswa Berprestasi di fakultasnya itu dari teman sekaligus Kahimnya langsung. Bukan apa-apa, Ia harus melengkapi materi debat calon ketua BEM itu dari perspektif lain dan interest para undangan seperti kata Revitha. Januar itu orang yang sangat sistematis dan juga idealis, namun sebagai pemimpin, Ia lebih menekan idealismenya untuk kepentingan kelompok. Tapi untuk acara debat mempertahankan reputasinya dengan Gandhi, tentu saja Januar tidak akan tanggung-tanggung memberikan usahanya.
"Lawan Lo siapa Jan besok?" tanya Jevan lagi.
"Erlangga, wakilnya Fatan, dua-duanya dari Teknik Sipil."
"Wah, pasti supporternya gila tuh, departemen paling solid," komentar Jeffrey.
Januar tertawa pelan, "Kalo departemen Lo gimana nih Jef?" goda Januar.
"Ya gitu deh Jan, effortnya gede banget buat gerakin masa," jawab Jeffrey sekaligus curhat karena dia adalah ketua himpunan departemen itu yang memang terkenal dengan mahasiswanya yang sangat ambisius dan kurang aktif di acara-acara seperti itu.
Januar bangkit dari duduknya, Ia mengambil barang bawaannya dan pamit untuk istirahat ke kamarnya. Tak lupa, Ia mengambil susu UHT 250 mL di kulkas sesuai tawaran Jevan. Benar, Ia harus menjaga kesehatannya.
Sesampainya di kamar, Januar duduk sejenak di meja belajarnya. Ia lalu menuangkan susu UHT itu ke gelas, walaupun bisa saja langsung menggunakan sedotan. Kata Januar, itu bukan style nya.
Januar lantas meraih ponselnya, membuka beberapa aplikasi sosial media miliknya. Saat Ia membuka beranda instagram, muncul unggahan foto dari orang yang tadi dibicarakannya bersama Jevan dan Jeffrey. Siapa lagi kalau bukan Adriana. Januar sudah mengikuti instagram gadis itu selama satu tahun, namun Adri tidak memfollow-back akun Januar.
"Oh iya, ini Theo," gumam Januar begitu menggeser postingan kedua dari akun Adri itu. Tampak disana foto mereka berdua saat di replika hutan hujan tropis Changi Airport.
Januar tersenyum melihat tiga foto yang diposting Adriana itu, "Keren," ujarnya singkat.
Satu hal menarik perhatian Januar ketika menghampiri kolom komentar postingan Adriana itu, "Loh? Bang Adam? Mereka kenal banget?" monolog Januar. Terlihat akun atas nama Adam itu mengomentari postingan Adriana dengan kalimat yang sangat akrab, "Pacaran teroosss!" meskipun tidak dibalas oleh Adriana.
Januar mengangkat bahunya, lalu mematikan ponselnya, "Kok Gue jadi kepo?" ujarnya. Setelah itu Ia menghabiskan susu UHT digelasnya dan membersihkan diri sebelum beristirahat.
****
Adriana baru saja keluar dari Laboratorium Mikrobiologi pukul empat sore sendirian. Sebetulnya, kelas Adri tidak ada jadwal praktikum mikrobiologi siang ini, hanya kuliah biasa sampai pukul satu siang tadi. Namun lain bagi Adri, Ia baru saja ditunjuk sebagai koordinator asisten laboratorium sekaligus asisten dosen oleh tiga sub-divisi departemen, yaitu Mikrobiologi, Rekayasa, dan Biokimia. Tepat setengah jam setelah kelas terakhirnya berakhir, Adri harus mendampingi praktikum adik angkatannya itu mulai dari persiapan sampai penutupan.
Ponsel Adri bergetar, tanda notifikasi masuk.
[WhatsApp]
(Adam Malik Respati)
Dri, dimana? Jangan lupa ke aula buat debat calon ketua BEM ya, jam 5
(Adriana Gerrie)
Baru keluar Lab, Bang. Bentar ya, Gue shalat dulu.
Adri kemudian bergegas menuju mushola terdekat untuk menunaikan shalat ashar, Ia terpaksa menunda ibadahnya karena terjadi sesuatu di laboratorium tadi. Wajar saja, adik tingkatnya itu belum terbiasa, pikir Adri.
Selesai shalat ashar, Adri berjalan cepat menuju Aula Fakultas seperti perintah Adam. Sebenarnya Ia tidak suka dan malas menghadiri acara seperti ini, Ia lebih memilih untuk beristirahat di kamar kost nya sembari mendengarkan lagu R&B untuk menenangkan pikirannya setelah seharian beraktivitas. Namun Ia merasa tidak sopan jika mangkir dari undangan ini, karena Adam lah yang mengundangnya secara langsung, bahkan Ketua BEM yang masih menjabat itu mengirimkannya surat dalam bentuk hard copy.
"Dri! Sini!" seru Theo dari bangku barisan paling depan.
"Lo dari kapan, Yo?" tanya Adri heran karena Ia baru saja akan mengirim pesan pada pria itu untuk menyusulnya.
"Dari tadi, ditarik-tarik sama Bang Adam didepan lab rekayasa."
"Emang gak sabaran dah tuh orang,"
"Ngomongin Gue, ya?" tanya Adam tiba-tiba yang sudah duduk dibelakang Adri.
"Pede, dih," sinis Adri.
"Eh ntar Lo berdua aktif ya, jangan malu-maluin Gue."
"Bang, yang ada Lo malu-maluin Gue, orang-orang pada heran kali kenapa mahasiswa kupu-kupu kayak Gue dateng ke acara beginian?"
"Ya emang Gue harus peduli?"
"Ngeselin anjir!"
"Yaudah, inget kata Gue, yang aktif, itu dua pasangan calonnya udah masuk podium, Gue kesana dulu, bye!"