Chereads / Aku, Kamu dan Valentine / Chapter 14 - BAB 14 : Rintangan Sebelum Pernikahan

Chapter 14 - BAB 14 : Rintangan Sebelum Pernikahan

Ke esokan hari nya Fildza dan Tito mulai di sibukkan dengan persiapan pernikahan. Mereka mulai mengatur untuk acara akad nikah sampai menggelar resepsi di salah satu hotel bintang lima yang terkenal. Tak lupa juga ia menyewa wedding organizer untuk mengatur semua hal yang menyangkut pernikahan mereka. Dua hari sebelum pernikahan, Fildza masih saja di repotkan dengan masalah kantor sehingga kehadiran nya masih sangat diperlukan di kantor. Fildza terlihat sedikit panik karena ia tidak bisa fokus bekerja karena memikirkan persiapan pernikahan nya.

Padahal Tito sudah mengurus segala sesuatu nya dengan sangat baik dibantu juga oleh kedua orangtua Fildza. orangtua Fildza terlihat begitu bahagia karena akhirnya anak semata wayang nya itu bisa menikah. Tito pun mencoba menenangkan Fildza agar Fildza bisa memfokuskan pikiran nya pada pekerjaan nya terlebih dahulu agar ia bisa cuti tanpa gangguan kelak. Fildza berusaha bersikap profesional. ia dan asisten nya berusaha menyelesaikan pekerjaan nya secepat mungkin. Fildza sangat berharap ia juga bisa ikut andil dalam persiapan pernikahan nya itu.

Saat satu hari sebelum hari bahagia nya yang seharusnya Fildza bisa tenang namun pada akhirnya tidak demikian. Klien nya yang dari tiongkok yang belum lama ini sangat sulit di temui untuk menandatangani kontrak kerja sama tiba - tiba menghubungi dan ingin bertemu Fildza besok dan bertepatan dengan tanggal pernikahan nya. Fildza terkejut bukan main. ia kebingungan antara pekerjaan dan juga pernikahan nya. kemudian ia mencoba menghubungi asisten nya untuk mereschedule ulang pertemuan mereka. namun upaya tersebut gagal.

Fildza merasa sangat frustasi. Haruskah ia mempertaruhkan pernikahan nya demi karir ataukah malah sebalik nya. Fildza begitu sangat dilema. Fildza tidak berani untuk memberi tahu atau menanyakan saran kepada Tito. Dia sangat takut akan mengecewakan Tito. Dari mulai sewa tempat, catering semua sudah lunas terbayarkan bahkan undangan pun telah tersebar. Gaun pengantin yang sebelum nya ia pesan kini sudah rampung. Fildza berusaha menenangkan pikiran nya.

Tidak mungkin aku membatalkan pernikahan ku begitu saja. Tapi karir ku juga penting untuk kehidupan ku kedepan nya. Dan perjanjian besar ini harus bisa di tanda tangani demi kemajuan perusahaan. Argkh! apa yang harus ku lakukan ?! aku tidak bisa berpikir saat ini!. Keluh Fildza dalam hati nya.

Tiba - tiba ponsel Fildza berdering. Tito menghubungi nya.

" Halo. " Jawab Fildza di telepon dengan lesu.

" Halo Za. apa kamu baik - baik saja? suara mu terlihat lesu. apakah kamu sakit?. " Tanya Tito khawatir.

" Ah tidak apa - apa. hanya saja sepertinya aku merasa sedikit lelah. " Jawab Fildza berbohong.

" Apakah kau butuh obat? biar ku belikan dan mengantar nya kerumah. " Ucap Tito.

" Tidak perlu Tito. terimakasih kau sudah mengkhawatirkan ku. tapi aku baik - baik saja saat ini. " Jelas Fildza.

" Baiklah. lebih baik kau istirahat sekarang. agar besok kau bisa lebih fit lagi. hati ku begitu berdebar - debar saat ini. aku tidak sabar hari esok akan datang. " Ucap Tito lagi.

" Mmm. " jawab Fildza singkat.

" Selamat malam Za. mimpi indah ya. bye - bye sweet heart. " ucap Tito mengakhiri panggilan nya dengan manis.

" Malam juga dan mimpi indah. bye. " sahut Fildza sambil menutup telepon nya.

Menurut ku terjadi sesuatu dengan Fildza. mengapa ia terlihat begitu lesu. Apakah Fildza sedang tertimpa masalah yang berat? ataukah ia merasa ragu dengan pernikahan ini? Ah, ku harap tidak demikian. Haruskah ku menanyakan hal itu kepada orangtua nya? Apa yang harus ku lakukan. Ucap Tito berbicara sendiri setelah percakapan nya dengan Fildza berakhir.

****

D - Day.

Hari ini merupakan hari pernikahan Fildza dan Tito. Sedari pagi semua orang sibuk mempersiapkan baik itu keluarga Tito maupun keluarga Fildza. Fildza beserta keluarga nya pun segera menuju ke hotel yang terletak di dekat gedung yang nanti nya di pakai untuk acara pernikahan untuk bersiap - siap. Sepanjang perjalanan Fildza hanya melamun dan sesekali telepon nya bergetar karena di hubungi oleh kantor nya mengenai masalah pertemuan nya dengan investor dari tiongkok itu.

Ibu nya menyadari gelagat yang tidak biasa pada putri nya itu. Kemudian ibu nya pun bertanya kepada Fildza.

" Ndo, mengapa kau terlihat begitu gelisah? " tanya ibu Fildza.

" Hah? tidak ada apa - apa kok bu. " jawab Fildza yang sedikit terkejut.

" Ibu mu ini paham karo sampean, pasti ada yang sedang kau sembunyikan. " tutur ibu nya Fildza dengan logat jawa nya.

" Betul lho bu. aku hanya gugup saja. " pungkas Fildza yang berusaha menutupi kegusaran nya.

" Ya sudah kalau memang begitu. biar ibu tanya ke nak Tito, apa ada masalah diantara kalian. " sahut ibu nya sambil mengeluarkan ponsel dari tas kecil nya.

" Tidak perlu! " teriak Fildza dengan spontan.

" Mbok ojo gitu toh nak, sakit telinga ku ini. " kata ibu nya yang kaget karena Fildza yang tiba - tiba berteriak.

" Maaf bu. tapi beneran lho bu aku tidak ada maslah dengan Tito. kami baik - baik saja. " jelas Fildza yang berusaha meyakinkan ibu nya.

" Baiklah. ibu percaya pada mu. " jawab ibu nya lagi.

Setelah sampai di lobby hotel , Fildza semakin merasa gelisah. Dia memberi tahu ibu nya bahwa ia hendak pergi ke toilet sebentar. kemudian Fildza mencoba mencari tempat yang sedikit sunyi untuk ia menerima panggilan dari kantor. Fildza di minta untuk segera ke bandara untuk menjemput investor dari tiongkok kalu tidak, investor tersebut akan membatalkan semua kesepakatan yang telah mereka sepakati dengan perusahaan tempat Fildza bekerja.

Fildza merasa kebingungan sendiri. Fildza begitu dilema untuk memilih. Fildza sangat tidak ingin meninggalkan pekerjaan nya begitu saja. Namun di sisi lain Fildza juga tidak ingin acara sakral nya itu menjadi hancur berantakan. Fildza kemudian mencoba menghubungi asisten nya untuk segera menjemput investor tiongkok itu di bandara. Dan tak lupa Fildza meminta asisten nya untuk membuat alasan untuk ketidak hadiran nya di bandara pada saat itu. Asisten nya pun segera menuruti perintah Fildza.

Fildza mencoba berpikir kembali untuk mengulur waktu acara pernikahan nya. Kemudian Fildza terpikirkan satu hal. ia berpura - pura terserang diare. Fildza membuat diri nya seolah - olah buang air besar terus - menerus dan mengharuskan ia bolak - balik ke kamar mandi. Kedua orangtua nya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak nya tesebut. ibu nya menganggap bahwa anak nya itu hanya merasa terlalu gugup. Fildza memulai aktingnya itu dengan sangat handal. Setiap ia memasuki kamar mandi ia mencoba berkomunikasi dengan asisten nya tersebut. Asisten nya pun melaporkan nya secara detail. Hal tersebut terjadi beberapa kali. Sampai ketika Tito datang dan melihat hal yang dilakukan Fildza.

" Bu, ada apa dengan Fildza? ku dengar dia bolak - balik ke toilet terus ya, apakah itu benar. " tanya Tito dengan khawatir.

" Iya nak, ibu juga tidak tahu kenapa. barangkali dia terlalu gugup. " jawab ibu Fildza.

Tiba - tiba Fildza keluar dari toilet. Tito pun langsung menghampiri nya dan memeriksa nya.

" Za, apa kamu baik - baik saja? " tanya Tito kepada Fildza

" Aku tidak baik - baik saja. " ucap Fildza berpura - pura lemas.

" Haruskah kita menunda acara nya beberapa jam sampai kondisi mu membaik? " tanya Tito lagi sambil mengusulkan sesuatu kepada Fildza.

" Ya betul. kita harus menunda nya sebentar! " jawab Fildza dengan spontan karena merasa sedikit lega.

" Baiklah, aku akan memberitahu pihak panitia acara untuk menunda acaranya sebentar. kau tidak perlu khawatir ya, istirahatlah sebentar." jelas Tito lagi.

" Maaf ya To. karena ku acara nya jadi di tunda. " ucap Fildza yang merasa mengecewakan Tito.

" Tidak masalah. kau tidak perlu meminta maaf. istirahat lah, aku akan kembali setelah mengurus semua nya. " kata Tito lagi dan kemudian meninggal kan Fildza.

" Fiuuh... aman. aku harus menghubungi asisten ku. " Kata Fildza dalam hati nya.

" Bu! aku akan pergi sebentar untuk membeli obat ya. " ucap Fildza berpamitan dengan ibu nya.

" Lho, kan badan mu lemas toh. mengapa tadi kau tidak pesan ke Tito saja. " sahut ibu nya Fildza sedikit mengomel.

" Tidak bu. kasihan Tito. aku cukup merepotkan nya. " jawab Fildza lagi dan kemudian meninggal kan kamar hotel.

" Hei! cepat kembali mengerti! " teriak ibu nya yang berpesan kepada Fildza.

Fildza bergegas mencari taxi di lobby hotel, ia segera menuju ke restoran tempat investor tiongkok itu berada. Fildza kemudian mencoba mengubungi asisten nya dan bertanya tentang perkembangan nya mengenai investor tersebut.

Waktu telah menunjukkan pukul 11.00 wib. Fildza akhirnya sampai di sebuah restoran cina tempat investor dan juga asisten nya nya berada. Setelah bertemu, investor itu terlihat senang saat Fildza datang menemui nya. Hidangan pun mulai di sajikan. Fildza berharap pertemuan itu tidak memerlukan banyak waktu, karena ia harus kembali secepat nya ke hotel dan mulai merias diri nya.