Musim silih berganti, tak terasa telah memasuki masa musim semi. Dimana setiap hari nya selalu turun hujan. Pagi itu Tito memandang ke arah luar jendela rumah nya sambil meminum secangkir kopi dan menikmati rintikan hujan yang perlahan turun membasahi bumi dibalik jendela besar itu.
Tito sangat menikmati setiap teguk kan kopi yang ia minum untuk mengawali hari nya tersebut. Suasana yang begitu hening, hanya terdengar suara atap yang ter-hantam air membuat Tito merasa rileks pagi itu. Kemudian ponsel nya berdering, ternyata Fildza yang menghubungi nya. Tito tersenyum sejenak sebelum kemudian ia mengangkat nya.
" Morning sayang. " Jawab Tito dengan lembut.
" Morning. " sahut Fildza dengan ceria.
" Apakah hari ini kamu ada janji dengan seseorang? " celetuk Fildza.
" Hmm.. seperti nya tidak ada. " Jawab Tito sambil sedikit menerka - nerka pikiran nya.
" Baguslah. bisa temani aku pergi ke suatu tempat? " Tanya Fildza lagi sambil mengajak.
" Kemana? " Tanya Tito penasaran.
" Nanti ku beri tahu saat di jalan. " Tutur Fildza.
" Baiklah. Aku akan bersiap - siap dan datang menjemput mu. " Jelas Tito.
Dua jam telah berlalu. Tito sudah terlihat mengenakan pakaian yang begitu rapih. Ia segera menuju rumah Fildza untuk menjemput nya. Tak butuh waktu lama akhirnya Tito sampai. Kemudian ia turun dari mobil nya dan menekan bel rumah Fildza
Ting tong ting tong... suara bel berbunyi.
Fildza bergegas ke arah pintu lalu membuka nya. Fildza terlihat sangat gembira. Fildza terlihat sangat mempesona di pandangan Tito sampai - sampai Tito tak bisa berkata - kata.
" Hai Tito. " Sapa Fildza saat membuka pintu.
" Wow. Kau terlihat sangat cantik. " Sahut Tito dengan mata yang berbinar - binar.
" Terimakasih. " Jawab Fildza dengan lembut.
" Bisa kita berangkat sekarang?. " Tanya Fildza.
" Tentu saja. " Jawab Tito.
" Bu! Aku berangkat ya!. " Teriak Fildza di depan pintu meminta izin.
" Iya! Hati - hati di jalan!. " Sahut ibu nya dari arah dalam rumah.
" Iya Bu!. " Kata Fildza lagi menimpali sambil keluar dan menutup pintu.
Fildza dan Tito akhirnya pergi bersama. Tito masih belum mengetahui tujuan mereka. Fildza yang memimpin perjalanan tidak juga memberi tahu tujuan yang sebenar nya kepada Tito. Tito sangat begitu penasaran namun ia harus menahan nya karena Fildza bilang ini adalah kejutan.
Mereka akhirnya sampai di sebuah gedung. Terlihat seperti gedung yang biasa di pakai untuk pameran. Tito mulai merasa kebingungan. Sedangkan Fildza hanya tersenyum dan terlihat sangat senang. Tito kemudian memarkirkan mobil nya dan mereka berdua kemudian turun dan berjalan menuju sebuah lift yang terletak tidak jauh dari Tempat ia memarkirkan mobil nya.
" Za. Ini tempat apa sih? Pameran ya?. " Tanya Tito penasaran.
" Mhm.. nanti juga kamu tahu. " Jawab Fildza.
Ting... Suara lift berhenti dan kemudian terbuka.
Begitu mereka berdua keluar Tito nampak takjub melihat sebuah acara pameran berlangsung. Mulai dari kosmetik, gadget, alat musik bahkan pameran wedding organizer pun ada. Fildza ternyata membawa Tito ke acara pameran yang setiap tahun nya selalu diadakan oleh perusahaan tempat Fildza bekerja. kemudian Fildza mengajak Tito untuk berkeliling dan melihat - lihat pameran yang sedang berlangsung itu.
tiba - tiba pandangan Tito tertuju pada satu tempat yaitu pameran pernikahan. Dimana para wedding organaizer memamerkan desain interior saat ingin melangsungkan pernikahan. Tito kemudian menarik tangan Fildza dan membawanya ke tempat tersebut. Fildza cukup terkejut saat itu karena Tito menarik nya ke tempat pameran pernikahan.
Oh tidak! Apa yang dia lakukan?! Apakah ini sebuah pertanda? Apakah Tito akan melamar ku? Ah tidak Tidak, pikiran ku seperti nya terlalu jauh. kata ku dalam hati.
" Za, lihat deh! desain nya bagus ya?. " Tanya Tito sambil menunjuk ke arah desain panggung pernikahan.
" Mmm iya. " Jawab Fildza singkat.
" Apakah kamu suka?. " Tanya Tito lagi.
" Tentu saja. Wanita mana yang tidak suka pernikahan. " Tutur Fildza lagi.
" baiklah. " Kata Tito sambil menganggukkan kepala nya.
Fildza mulai merasa sedikit kebingungan dengan maksud yang dikatakan Tito baru saja. Fildza pun tersenyum - senyum sendiri. Fildza merasa bahwa Tito tak lama lagi akan melamar nya.
" Kamu tidak lapar Za? Kita cari makanan dulu yuk. " Ajak Tito.
" Boleh saja. Kebetulan juga aku sedikit lapar. " Sahut Fildza.
Kemudian mereka berdua meninggal kan tempat pameran tersebut dan mencari tempat makanan atau restoran cepat saji yang tersedia di sekitar pameran. Namun ternyata tidak ada. Akhirnya Tito berinisiatif untuk mengajak Fildza keluar dari gedung pameran dan mencari restoran terdekat.
Sesampai nya di restoran yang bergaya Italia, mereka masing masing memesan spagheti. Tito memesan spagheti Aglio e Olio sedangkan Fildza memesan spaghetti carbonara. tak lupa juga mereka memesan sebotol wine sebagai pelengkap hidangan nya tersebut. Mereka berdua begitu menikmati santapan nya dan juga alunan musik klasik yang berkumandang menambah suasana semakin tenang dan juga romantis.
Apakah Tito akan melamar ku setelah makan? Suasana nya begitu sangat mendukung sampai-sampai aku merasa menjadi seorang putri yang akan di lamar oleh sang pangeran. astaga apa wajah ku memerah saat ini? kata Fildza dalam hati nya menerka-nerka.
Namun Tito terlihat begitu santai dan menikmati hidangan nya. Tak banyak kata yang keluar dari bibir Tito. Tito makan dengan lahap nya dan sesekali mengomentari masakan koki italia tersebut. Fildza menghabiskan makanan nya terlebih dahulu dari pada Tito. Tatapan nya terus saja tertuju pada Tito. ia begitu sangat berharap akan di lamar oleh Tito.
" Mengapa kau terus saja menatap ku? apakah aku terlihat tampan? " kata Tito yang mulai memuji dirinya sendiri.
" Ah tidak. hanya saja kamu yang ada di depan ku saat ini. " kata Fildza mengelak.
" Hmm, ku pikir kau akan memuji ku. ya sudah kalau begitu. " jawab Tito yang sedikit kecewa.
" Hahaha, kau begitu menggemaskan tapi, apa kau tidak ingin membicarakan sesuatu padaku? " Tanya Fildza penasaran.
" Hmm ... Tidak, " jawab Tito singkat.
" pikirkan lah lagi dan coba kau ingat - ingat lagi. " Kata Fildza yang terus memaksa Tito untuk mengatakan apa yang ia inginkan.
" Tidak ada Fildza sayang. memang ada apa sih? memang menurut mu apa yang ingin aku katakan? " jelas Tito lagi sambil menanyakan kembali kepada Fildza.
" Oh, begitu rupanya. tidak, hanya saja mungkin kau ingin menyampaikan sesuatu kepada ku. kalau memang tidak ada ya tidak masalah, " Ucap Fildza sedikit murung.
Kemudian mereka pun telah menyelesaikan makan malam nya. Tito kemudian menanyakan lagi kemana tujuan mereka pergi. Fildza mengatakan untuk mengantar nya pulang saja sambil memalingkan wajah nya lurus ke depan dan tidak menatap Tito sama sekali. Tito hanya tersenyum melihat tingkah laku Fildza yang terkadang seperti anak kecil yang menggemaskan. Sepanjang perjalanan Fildza yang tadi nya banyak berbicara seketika menjadi pendiam. Namun Tito tidak menggubris nya dan tetap fokus dengan setir di tangan nya. sesampainya di rumah Fildza, Fildza langsung turun dan pergi begitu saja meninggalkan Tito. Tito pun bergegas turun dan menggapai tangan Fildza hingga Fildza berbalik ke arah nya.
Tito kemudian tiba - tiba bertekuk lutut di hadapan Fildza dan mengeluarkan cincin yang sangat manis dari saku kemeja nya dan berkata " Za, maukah kau menjadi pendamping ku selama sisa hidupku? "
mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Tito membuat Fildza menjadi terharu. ia yang sedari tadi terlihat kesal tiba - tiba menjadi terlihat emosional dan wajah nya terlihat merah merona. Senyuman lebar nya terpampang nyata di wajah nya. Dan kemudian ia pun menyerahkan jari jemarinya ke arah tangan Tito yang sedang memegang cincin yang hendak dipakai kan di jari manis Fildza pertanda bahwa Fildza menyetujui permintaan Tito untuk menjadi pendamping hidup nya.
Suasana begitu haru. Fildza tak bisa lagi membendung air mata kebahagiaan nya dan mulai menangis. Tak lupa juga Tito menyampaikan rasa terimakasih nya yang begitu banyak kepada Fildza karena telah menerima lamaran nya tersebut. Mereka kemudian saling berpelukan karena rasa bahagia yang menyelimuti kedua nya. Tito telah menambatkan hatinya kepada Fildza dan memutuskan untuk menikahi wanita tersebut. Tito sebelum nya terlihat begitu terkesan saat melihat pameran desain pernikahan yang sebelum nya ia lihat bersama Fildza. hingga akhirnya dia memantapkan hatinya untuk melamar Fildza saat itu.