Pagi itu Fildza terbangun dari tidur nya yang sangat lelap. Fildza membuka mata nya perlahan dan ia melihat Tito yang sedang tertidur didepan nya sambil memeluknya. Fildza tersenyum malu karena ia memikir kan hal luar biasa yang ia lakukan bersama Tito semalam. Ini merupakan pertama kali bagi Fildza selama ia hidup. Ia pun baru mengetahui bahwa jatuh cinta ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan.
Kemudian Tito membuka matanya dan menatap Fildza dengan tersenyum. ia pun mengecup kening Fildza dan mengucapkan selamat pagi dengan begitu mesra. Mereka berdua enggan untuk bangun karena mereka terlihat begitu menikmati waktu berdua mereka.
Fildza merasa sedikit lapar, kemudian ia bangun dari tempat tidur dan hendak menelepon resepsionis hotel untuk memesan makanan untuk dia dan juga Tito. Namun saat Fildza hendak berdiri Tito menarik tangan Fildza sehingga Fildza kembali duduk di tempat tidur membelakangi Tito, saat Fildza ingin berbicara, Tito pun segera memeluk nya dengan erat. Seketika wajah Fildza merah merona.
" Hei, apa yang kau lakukan? aku ingin memesan sarapan untuk kita berdua. ayo lepaskan! " Kata Fildza sambil mencoba melepaskan tangan Tito yang sedang memeluk nya.
" Beri aku waktu 5 menit saja seperti ini. " Sahut Tito.
Fildza pun berbalik ke arah Tito, kemudian Fildza kembali memeluk Tito. Tito pun tersenyum lebar karena begitu senang. Setelah beberapa waktu akhirnya Fildza bisa memesan makanan untuk nya dan Tito.
" Aku mandi lebih dulu ya. " Kata Tito sambil beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.
" Mmm. " Sahut Fildza.
" Tok tok tok. " Suara pintu kamar hotel diketuk.
Fildza segera menghampiri pintu dan membuka nya. ternyata salah satu pegawai hotel yang mengantar hidangan yang sudah ia pesan sebelum nya. Fildza pun mengambil nya dan tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pegawai hotel tersebut. Setelah Fildza menutup pintu, ia menaruh makanan nya di atas meja yang berada di samping tempat tidur.
Tak lama setelah makanan di antar, Tito keluar dari kamar mandi, melihat Tito keluar dengan mengenakan bathrobes atau biasa dibilang jubah mandi, membuat Fildza tersenyum - senyum sendiri.
" Mengapa kau tersenyum? " Tanya Tito begitu keluar dari kamar mandi.
" Ah tidak apa - apa. hanya saja kamu terlihat sangat tampan dan menggoda. " Jawab Fildza sambil tertawa kecil.
" Hmm,,, menggoda kamu bilang? Aku akan menunjukkan seberapa menggoda nya aku. " Kata Tito mengampiri Fildza dan hendak memeluk Fildza.
" Hei hei,, aku mandi dulu ya. Sarapan mu ada di atas meja jika kau lapar. " Kata Fildza sambil menghindari pelukan Tito dan berjalan ke arah kamar mandi.
" Mmm. " Sahut Tito sambil tersenyum melihat tingkah Fildza yang menggemaskan.
Setelah mereka menghabiskan sarapan nya mereka pun berkemas untuk segera meninggalkan hotel tersebut. Mereka begitu sangat bahagia dan saling jatuh cinta satu sama lain.
Fildza dan Tito menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Dua sejoli ini merasa tidak bisa di pisahkan satu sama lain. Fildza memberi tahu Tito bahwa orang tua nya hendak mengundang Tito untuk makan malam di rumah nya. Tito begitu senang dan menyetujui nya. Fildza pun memberitahu nya untuk datang di akhir pekan minggu berikut nya.
Setelah dirumah, Fildza pun memberitahu ibu nya bahwa Tito akan datang akhir pekan untuk ikut makan bersama. Mendengar yang dikatakan Fildza membuat ibu nya senang dan mengajak Fildza untuk menemani nya berbelanja. Fildza menolak karena ia banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan.
Tak terasa sudah akhir pekan. Tiba saat nya acara makan malam keluarga di rumah Fildza. Tito merasa sedikit cemas karena ini merupakan makan malam pertama secara resmi bagi Tito. Tito menyiapkan sebuah jas untuk ia kenakan, namun setelah ia bertanya pendapat Fildza soal jas tersebut Fildza hanya tertawa terbahak - bahak.
Fildza menyarankan kepada Tito berpakaian seperti biasa saja namun sopan. Toh hanya makan malam biasa Tutur Fildza. Tito pun akhirnya mengganti jas nya dengan kemeja lengan panjang garis - garis berwarna keabu - abuan. Dan untuk bawahan nya ia mengenakan jeans berwarna biru gelap. Nampak sangat cocok dengan style keseharian Tito.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, tiba - tiba terdengar suara bel pintu rumah Fildza berbunyi. Fildza yang sedang membantu ibunya menyiapkan makanan berlari ke arah pintu dan membukanya. Senyum nya terpancar dari wajahnya, ia begitu senang dengan kedatangan Tito. Tito pun terlihat memaksakan senyum nya terbuka lebar padahal ia sangat gugup sekali pada saat itu.
Kemudian Tito menyapa kedua orangtua Fildza, Ayah fildza pun menyuruhnya untuk segera masuk dan menunggu diruang tamu karena makanan nya sedang disiapkan. Tak lupa juga Tito menyapa ibu Fildza yang sedari tadi sibuk menyiapkan makanan. Tito hanya duduk terdiam menunggu makanan yang sedang disiapkan. Kemudian Ayahnya Fildza menghampirinya dan mulai menanyakan hal - hal sederhana kepada Tito. Tito sudah sedikit lebih tenang.
Setelah selesai menyiapkan hidangan, Fildza memanggil Ayahnya dan juga Tito untuk segera makan. lalu makan lah mereka bersama - sama. Ayah dan Ibu Fildza terlihat sangat senang dengan kedatangan Tito. Tiba - tiba timbul pertanyaan yang mencenangkan di sela - sela makan malam itu.
" Nak Tito, bagaimana masakan nya? Apakah enak? " Tanya Ibu nya Fildza.
" Wah luar biasa enak Bu. " jawab Tito
" Kamu bukan nya teman Fildza sewaktu sekolah dulu ya? " tanya ibu Fildza lagi meyakinkan.
" He he,,, iya tante. " jawab Tito sambil tertawa kecil.
" Ooh yang waktu itu kamu pernah bilang sempat tidak ada kabar itu dan menghilang entah kemana itu dia ya Za? " Kata ibu nya yang beralih bertanya kepada Fildza
" Uhuk uhuk uhuk. " Fildza terbatuk
" Pelan - pelan nak makan nya. " kata Ayah Fildza sambil memberikan segelas air kepada Fildza.
" Glek glek glek. " Suara Fildza yang meminum air begitu banyak karena sedikit tersedak.
" Ibu! apa yang kau katakan? pertanyaan mu terlalu frontal. " Bisik Fildza pada ibu nya.
Tito yang mendengar perkataan ibu Fildza hanya tersenyum kecil.
" Nak, kamu bekerja dimana sekarang? " Tanya Ayah Fildza kepada Tito.
" Saya Kerja di suatu perusahaan om, dan perusahan nya cukup berkembang saat ini. " Jelas Tito.
" Oh begitu toh. kamu nda ada niatan ke jenjang yang lebih serius dengan Fildza? " Sahut Ayah Fildza
Suasana yang tadinya sedikit bising karena obrolan mereka, tiba - tiba menjadi hening. Tito tiba - tiba terdiam, membeku seperti es dan tidak bisa berkata - kata. Fildza pun kemudian menyela pembicaraan mereka.
" Ayah, apa kau tidak mau buah? biar ku kupaskan sekarang ya. " Kata Fildza yang mulai menyela pembicaraan Ayahnya.
" Oh iya. baiklah. terimakasih Za. " Sahut ayah nya.
" Mmm. " Jawab Fildza lagi.
Mendengar perkataan Ayah nya Fildza membuat Tito berpikir panjang. Tito sempat termenung memikirkan nya. Apakah ia siap atau tidak untuk meminang Fildza secara umur mereka tak lagi muda. Tito merasa dirinya belum cukup sukses dan Tito juga merasa bahwa Fildza masih ingin mencapai sesuatu. Karena mereka berdua sama - sama tidak pernah membahas masalah pernikahan.
Setelah selesai makan dan berbincang - bincang, Tito kemudian pamit untuk pulang karena sudah mulai larut. Fildza mengantar Tito sampai ke mobil nya. Tak lupa Tito mengucapkan terimakasih atas jamuan makan malam nya. Sebelum pamit Tito sempat memeluk Fildza dan mengecup bibir Fildza. Fildza begitu senang karena Tito diterima baik oleh keluarga nya. FIldza juga berharap Tito tidak terlalu tersinggung dengan omongan kedua orangtua nya.
Setelah Fildza kembali masuk kerumah nya, kedua orangtua nya memanggil nya untuk berbicara.
" Za, kamu nda ada niatan serius sama TIto? " Tanya Ayahnya lagi
" Ya ada. tapi gak sekarang - sekarang ini. " Jawab Fildza
" Kenapa Toh? " Tanya ayah nya lagi.
" Masih banyak yang harus aku capai saat ini jadi aku tidak mau terburu - buru untuk menikah. " Jelas Fildza
" Ndo .. ndo.. ingat usia mu ndo. " Sahut Ibu nya.
" Bu, Umur tidak masalah buat ku. jika memang ada yang benar - benar tulus ia akan menerima ku apa adanya dan tidak akan memaksa ku dengan kehendaknya. " Ucap Fildza kepada ibu nya.
" Ya terserah mu saja lah Za. " jawab ibunya.
" Kamu pikirkan baik - baik ya za, lagi pula Ayah ibu mu ini juga kan sudah berumur. kami sangat ingin melihat cucu. " Kata ayah nya lagi.
" Ya baiklah. akan ku pikirkan nanti. " Sahut Fildza sambil kembali masuk ke dalam kamar nya.
Di dalam kamar, Fildza terus saja memikirkan perkataan orangtua nya. Fildza sadar ia tak lagi muda. namun masih banyak keinginan yang hendak ia gapai. Lagi pula ia yakin bahwa Tito akan berpikiran hal yang sama dengan dirinya.
" Drrrttt drrttt. " suara ponsel Fildza bergetar
Fildza kemudian melihat ponselnya. ternyata ada pesan dari Tito. Tito memberi kabar kepada Fildza bahwa ia sudah sampai rumah nya dengan selamat. kemudia Fildza membalas nya dengan diselip kan emoticon kecup dan hati. Tak lupa juga Fiildza menyuruh nya untuk segera istirahat. Tak lama setelah betukar pesan dengan Tito, Fildza pun tertidur dengan sangat lelap.
Setelah mengetahui pesan nya yag tidak dibalas oleh Fildza, Tito pun hendak tertidur. namun perkataan orangtua Fildza masih terngiang - ngiang di telinga serta pikiran Tito. Tito berpikir sangat keras.
Haruskah aku melamar Fildza secepat nya? akan kah Fildza merasa senang atau malah terbebani? Apa yang harus ku dahulu kan? ahh pikiran ku begitu buntu. aku sangat mencintai Fildza dan aku tidak ingin kehilangan nya lagi. Kata Tito dalam hati nya.