Chereads / Aku, Kamu dan Valentine / Chapter 9 - BAB 9 : Sebuah Kesalahpahaman

Chapter 9 - BAB 9 : Sebuah Kesalahpahaman

Suasana pagi itu cukup mencekam bak film horor. Tak seperti biasanya situasi nya hening, biasanya situasi kantor selalu ramai dengan suara percakapan antara pegawai atau orang - orang kantor lain nya yang sedang membahas gosip yang beredar didalam kantor. Fildza hanya melihat karyawan - karyawan nya sangat fokus mengerjakan pekerjaan nya. Sampai akhirnya Fildza bertanya kepada asisten nya.

" Ran, ada apa sih kok kantor terlihat begitu tenang tak seperti biasanya? " Tanya Fildza penasaran

" Lho, mba belum tahu ya? tadi pak Stevan datang kesini terus marah - marah gak jelas gitu. " Jawab Rani asisten Fildza

" Kok bisa? memang ada masalah apa? " Tanya Fildza lagi.

" Saya juga tidak paham mba. sampai - sampai meja di gebrak mba. serem deh. " Kata Rani menjelaskan.

" Oh begitu, yasudah kembali bekerja sana. " Ucap Fildza mencoba memahami.

Hmm,, ada apa sebenarnya dengan Stevan ya? apakah ia kesal karena kejadian kemarin yah? atau aku belum menyerahkan pekerjaan ku yang terlewat? Ah,,, tidak mungkin. semua deadline sudah ku kerja kan tanpa miss satu pun. Otak Fildza terus saja dipenuhi pertanyaan.

Haruskah aku menemui nya diruangan nya? tapi tidak mungkin. pasti akan terasa canggung sekali. Kata Fildza lagi dalam hatinya.

Tiba - tiba telepon yang ada di meja Fildza berdering, kemudian Fildza mengangkat nya.

" Halo. " Jawab Fildza dengan lembut.

" Fildza keruangan saya sekarang. " Kata Stevan dengan nada sedikit tinggi

" Baik pak. " Jawab Fildza sigap.

Setelah datang keruangan Stevan, Stevan hanya memandangi Fildza. Nampak pada wajah Stevan terlihat ia sangat ingin marah kepada Fildza soal kemarin namun tidak bisa. Stevan hanya menghela nafas panjang. Fildza yang terlihat sedikit gemetar kemudian mencoba menyapa Stevan walaupun Situasi nya sangat canggung bagi Fildza.

" Se se selamat pag pagi pak. " Sapa Fildza dengan terbata - bata.

" Ya,, pagi. " Jawab Stevan sedikit ketus

" A a ada yang bisa saya bantu pak? " Tanya Fildza lagi dengan gugup

" Tidak. saya hanya mau menanyakan satu hal pada mu. " Kata Stevan sambil perlahan menghampiri Fildza yang tengah berdiri di depan meja kerjanya

" A a apa tuh? " Tanya Fildza lagi sambil menggeser kan tubuh nya sedikit menjauh dari Stevan.

Situasi nya sangat canggung. sekujur tubuh ku rasanya gemetar dan aku pun sedikit berkeringat padahal sedang berada diruangan berAC.

" Kamu lihat saya kan, dan kamu tau saya siapa kan. tak ada yang tidak bisa saya miliki jika saya menginginkan nya, termasuk kamu sekalipun. Cam kan itu dipikiran mu. " Kata Stevan sedikit mengancam Fildza.

" Ouch shit! apakah orang ini sedikit gila? atau bahkan psikopat? " Kata Fildza dalam hatinya.

" Ba ba baik pak. Tapi maksudnya bagaimana tuh pak? '' tanya Fildza lagi dengan polos nya.

'' Itu artinya saya bisa mendapatkan hatimu nantinya. sekalipun kau terus menolak ku. '' Jelas Stevan

'' Tapi pak, sebenarnya saya sudah memiliki kekasih. '' kata Fildza lagi.

'' Sudahlah. Saya tidak ingin mendengar penjelasan mu. Kau kembali saja ke ruangan mu dan tunggu saja apa yang akan saya lakukan untuk mendapatkan hati mu. '' Ucap Stevan lagi.

Fildza akhirnya meninggalkan ruangan Stevan dan sedikit merasa ketakutan. Fildza terus saja membayangkan hal - hal yang tidak ia inginkan. Fildza selalu saja terbayang - bayang perkataan yang di katakan oleh Stevan.

Oh tidak, aku dalam masalah kali ini. Aku pun tak bisa membicarakan hal ini dengan rekan ku yang lain termasuk dengan Bu siska. Haruskah ku ceritakan kepada Tito tentang hal ini. Ah tapi apa yang akan nanti dipikirkan Tito. Pasti ia menyuruh ku untuk berhenti kerja disini. Tidak bisa! Karir ku dipertaruhkan nanti nya. Aargkh,,, apa yang harus ku lakukan.

Fildza terus menerus terlihat was was. Tak sedikit pun ia lengah dengan penglihatan nya, ia sangat takut dengan ancaman yang dilayangkan kepadanya oleh Stevan. Kemudian seorang kurir mengetuk pintu ruangannya.

''Tok tok tok '' bunyi ketukan pintu.

Fildza kaget bukan main, padahal hanya terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu akan tetapi suasana yang sedikit mencekam memaksakan ia terus menerus terlihat tegang.

'' Masuk. '' Teriak Fildza.

'' Permisi bu, saya dari The Florist ingin mengirimkan ini untuk ibu. Apa benar ini dengan ibu Fildza? '' tanya kurir sembari menyodorkan sebuah bucket mawar yang cukup besar.

'' Iya betul. Dari siapa ya pak ? '' tanya Fildza penasaran.

'' Saya kurang tahu ya bu, tetapi ada kartu ucapan didalam nya. Bisa saya minta tanda tangan nya bu? Kata kurir itu lagi menjelaskan dan menyodorkan kwitansi tanda terima.

Fildza mengambil bunga itu dan menandatangani tanda terima nya.

'' Terimakasih ya pak. '' ucap Fildza

'' Sama - sama bu. '' Balas kurir itu sembari meninggalkan ruangan Fildza.

Fildza mengambil kartu ucapan yang terletak di bagian depan tengah bucket bunga tersebut dan membacanya.

'' Semoga kamu menerima tanda cinta dari Saya. Tertanda : Stevan ''

Fildza tiba - tiba terdiam membisu. Ia segera membuang bunga serta kartu ucapan itu. Fildza terlihat sedikit panik. Fildza mencoba menenang kan pikiran nya. Fildza mencoba memikirkan jalan keluar dari permasalahan nya itu. Kemudian ponsel Fildza berdering. Ternyata yang menghubungi Fildza adalah Tito. Fildza segera mengangkat nya dan berusaha menutupi diri nya yang sedang tidak baik - baik saja.

'' Halo. '' jawab Fildza sedikit lesu di telepon.

'' Halo sayang. '' Balas Tito dengan nada menggemaskan

'' Hahaha,,, '' tawa Fildza terdengar kencang di telepon

'' Lho kok ketawa za? Emang lucu ya? '' tanya Tito sedikit merajuk.

'' Ya, sangat lucu. '' sahut Fildza.

'' Hmm. Apa yang sedang kau lakukan za? Apakah hari ini kamu cukup sibuk? Aku rasa kamu sedikit lesu saat awal menjawab tadi. '' Tanya Tito.

Wah ternyata insting mu cukup kuat yah bahkan sebelum aku bercerita ia sudah tahu bahwa aku sedang dalam masalah. ucap Fildza dalam hatinya. Namun Fildza tetap menolak untuk bercerita.

" Oh tidak ada apa - apa kok. mungkin hanya sedikit lelah saja. " Jawab Fildza

" Mau pergi nonton setelah bekerja? " Ajak Tito.

" Hmmm,,, baiklah. aku setuju. " balas Fildza

" Oke. sampai ketemu nanti. " sahut Tito dengan senang dan kemudian menutup telepon nya.

Aku rasa dengan menonton film akan membuat ku melupakan kejadian hari ini. baiklah sekarang saat nya kembali bekerja agar waktu cepat berlalu. Kata Fildza berusaha menyemangati dirinya.

Tak terasa waktu semakin malam, kemudian Fildza mengakhiri pekerjaan nya dan hendak bersiap untuk pulang. Saat itu para karyawan sudah pulang ontime. tak seperti biasa seperti biasa nya seperti itu. namun Fildza tak terlalu memikirkan nya. saat Fildza membuka pintu ruangan nya, Fildza melihat sekeliling nya dan tak nampak satupun karyawan yang masih bekerja.

Saat ia hendak menuju Lift tiba - tiba ia berpapasan dengan Stevan, mereka saling pandang. Fildza merasa jantung nya hampir terlepas karena kaget. sedangkan Stevan hanya terus memandangi nya sambil tersenyum dan mendekati Fildza. Fildza segera mengalihkan pandangan nya dan bergegas meninggalkan Stevan, namun Stevan terlanjur menghalangi nya terlebih dahulu dengan menarik tangan Fildza hingga tubuh nya tertarik dan jatuh ke pelukan Stevan. Pintu lift tertutup kembali. Fildza merasa terkunci tak bisa bergerak karena Stevan memeluk nya dengan erat sehingga tubuh Fildza menyentuh dinding yang berada didepan lift.

Fildza berusaha melepaskan pelukan Stevan, namun tidak kunjung berhasil. Saat Stevan hendak mencium Fildza tiba - tiba pintu lift terbuka.

" Ting. " suara pintu lift terbuka.

kemudian muncul lah Tito dari balik pintu lift yng terbuka itu dengan setangkai bunga mawar di tangannya dan hendak memberikan kejutan untuk Fildza. Mereka kemudian berpapasan. Mata Tito terbelalak melihat Stevan yang sedang memeluk Fildza tepat dihadapan nya. Fildza terlihat kaget dan mata nya berkaca - kaca seolah ingin menangis. sedangkan Stevan tersenyum licik.

Tito terdiam seketika. ia mulai menahan amarah nya. kemudian Tito menekan tombol lift karena ia hendak turun kembali. tak butuh waktu lama pintu lift terbuka. Tito bergegas masuk. ia tidak menyangka dengan apa yang telah Fildza lakukan kepadanya. Fildza hanya bisa menitikkan air mata melihat Tito yang pergi begitu saja. setelah pintu lift menutup, Stevan mulai melepas kan rangkulan nya dari Fildza. kemudian Fildza menampar nya dengan keras.

" Apa yang telah kau lakukan hah?!. " Kata Fildza dengan nada tinggi juga marah

" Ckckck,,, Tamparan mu cukup keras rupanya. " ucap Stevan sambil tersenyum licik.

" Kau telah merusak hubungan ku. apa yang sebenar ny kau inginkan? " Tanya Fildza lagi sambil berteriak.

" Hahaha,,, kau sudah tahu apa yang saya inginkan. mengapa kau bertanya lagi. " Jawab Stevan berbelit belit.

" Aku rasa kau sudah gila. sampai kapan pun aku tidak akan pernah sudi untuk menjadi kekasih mu. " Tegas Fildza sambil meninggalkan Stevan.

Stevan hanya tertawa mendengar kata - kata Fildza sambil melihat Fildza yang pergi meninggalkan dia begitu saja. Fildza segera bergegas pegi untukk mengejar Tito. Saat di lobby kantor Fildza tak henti - henti nya menoleh kesana kemari melihat apakah Tito masih ada disekitar kantor nya. namun sepanjang pencarian ia tidak menemukannya.

Fildza mengeluarkan ponsel nya dan mencoba menghubungi Tito. Namun Tito tidak mengangkatnya. Fildza mulai merasa kesal dan mulai menyalahkan diri nya sendiri. Fildza sangat merasa bersalah kepada Tito.