"Tadi kurirnya si Abi, katanya dia part time gitu biar ga buang-buang waktu gitu. Mandiri kan dia astaga,"
"Heh.. sumpah? Demi kerang keabadian?"
"Iya woii masa gua bohong,"
"FIX IDAMAN, GASS," Rania berteriak kegirangan, karena menurutnya lelaki yang mandiri adalah lelaki yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan perlakuannya.
<~~~>
Sela-sela cahaya matahari membuka mata mereka bertiga.
"Hm.. dah pagi ya," ucap Rania membuka penutup matanya. Rania beranjak duluan dari tempat tidur untuk pergi ke toilet, tidak lama kemudian Ajeng dan Diana bangun dan langsung menuju kamar mandi.
"Bagus kelen dah bangun," ucap Rania.
"Eh Ran tadi ada yang telpon, tapi buru dimatiin kepencet maybe, coba deh lu liat," ujar Diana. Rania segera melihat handphonenya.
'lah ini kenapa mama telpon? ku telpon balik aja kali ya,' batin Rania.
"Halo ma kenapa?"
"Rania kamu ke rumah sakit sekarang, adek kamu kecelakaan,"
"APA?! MA KOK BISA?"
"Ntar aja mama jelasin, sekarang cepet kamu kesini,"
"Iya ma Rania kesana,"
Rania dengan panik membereskan barang-barangnya.
"Guys, gua ke rumah sakit dulu ya,"
"Kenapa ran?" sahut Ajeng.
"Adek gua masuk RS,"
"Ngikut Ran," timpal Diana.
"Yaudah ayo cepetan,"
Mereka bertiga terburu-buru pergi ke rumah sakit.
Setelah sampai rumah sakit Mama Rania menjelaskan kejadian yang dialami adik Rania.
"Jadi tadi pas adek kamu minta dibeliin es cream kan mama suruh duduk di bangku taman, eh dia liat ada bola gelinding, ya dia ambil gataunya ada mobil lewat cepet banget, ya tau lah kelanjutannya,"
"Orangnya tanggung jawab ma?" tanya Rania serius.
"Tabrak lari," Mama Rania menundukkan kepala. Rania semakin emosi dan ia ingin sekali menemukan siapa yang telah menabrak adiknya.
"Ma aku mau ke sana, cari CCTV buat bukti,"
"Eh Ran gausa biarin aja,"
"Ga bisa ma kayaknya ada yang ga bener,"
"Ehm yauda deh, hati-hati ya,"
"Iya ma Rania pamit," Rania langsung pergi ditemani Ajeng dan Diana.
Di dalam mobil suasana tampak tidak tenang. Ajeng membuka suara.
"Bener deh Ran, kayanya memang ada yang ga bener, aneh aja kan kenapa bola tiba-tiba gelinding ke jalan kan tempat mainnya ada pager tinggi ga mungkin juga keluar,"
"Sama gua juga kepikiran gitu," timpal Diana.
"Kayanya sih iya, coba liat nanti gimana,"
Sesampainya di sana mereka langsung ke tempat security untuk mengecheck CCTV dan meminta file berkasnya.
"Permisi pak selamat pagi, saya kakak dari adik tadi yang kena tabrak lari, apa boleh saya meminta izin menyalin berkas?"
"Oh mbaknya ya? bentar ya saya izin ke atasan," jawab security tersebut lalu menelfon atasan.
"Boleh mbak kata atasan saya, selagi buat kepentingan," lanjut security setelah menelfon.
"Terima kasih pak, ini flashdisk nya," ucap Rania sambil memberikan flashdisk tersebut.
Setelah menyalin rekaman tersebut, mereka bertiga langsung menuju rumah Ajeng.
Setelah mengecheck salinan CCTV tersebut ternyata filenya telah di hack oleh seseorang.
"Yah...dah lah buntu," pasrah Rania.
"Bentar dah Ran, keknya saudara gua ada yang pinter IT, ntar gua telfon dulu. Lalu Diana menelfon saudaranya.
"Wassup dude help me dong," ucap Diana
"Kenapa na?"
"Lu kan ngerti IT nih, tolong dong ilangin hacknya, penting nih,"
"Boleh dah, Burger King paket lengkap oke,"
"Gampang dah ntar gua kirimin,"
"Oke segera sist,"
"Thanks dude,"
Rania dan Ajeng melongo mendengarkan percakapan Diana dan saudaranya.
"Lu kok bisa se akrab gitu ma saudara lu?" tanya Ajeng.
"Iyalah orang dia tinggal di rumah gua, kalo kurang ajar mau gua usir apa, ga sih gua anak baik,"
"Waw Impressive," sahut Rania sambil bertepuk tangan.
Tidak lama kemudian saudara Diana mengirimkan file baru.
Note 'Kualitasnya gua rendahin dikit cari, aman aja gua,'
"Nih udah dikirim coba buka," Diana menyambungkan handphone nya ke latop.
"Lumayan nih ga buruk banget videonya." ucap Rania.
Mereka bertiga menyaksikan video tersebut. setelah menunggu beberapa menit akhirnya adegan adik Rania tertabrak pun terjadi.
"Weh weh itu berhenti in, dari sini kelihatan kaca depan mobil, screenshot coba ntar edit deh, biar kelihatan siapa yang nyopir mobil,"
Ajeng memberhentikan video tersebut lalu menscreenshot adegan tersebut.
"Gua bisa ngedit dikit, gatau ntar kelihatan apa ngga, gua coba ya,"
Ajeng mengotak-atik screenshot yang sedang di edit. Sedikit-sedikit mulai terlihat.
"Heh... sumpah itu kayanya si mulut dugong dah, lanjutin jeng," sahut Rania.
"Oke oke... hmm... nih nih kan udah keliatan,"
"Lah iya loh si Dancelia, wah kurang ajar tu anak, yok lah sekarang ke polisi," sahut Diana.
"Yauda ayok buru, save dulu biar ga sia-sia," ucap Rania sambil merapikan tas nya.
Mereka bertiga pun bergegas ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian yang menimpa adiknya.
Sesampainya disana mereka langsung membuat laporan untuk pemanggilan Dancelia. Setelah menunggu beberapa jam, Dancelia pun datang bersama 2 Polwan disebelahnya.
"Ran maaf Ran.. gua ga niatan beneran," ucap Dancelia tiba-tiba sambil memegang tangan Rania.
"Apasih... enak aja lu, duduk,"
"Jadi anda saudara Dancelia?" tanya Polisi yang duduk di depan mereka
"Iya pak saya sendiri,"
"Apakah benar Anda telah menabrak secara sengaja anak yang ada di video ini?" tanya pak polisi sambil menunjukkan laptop.
"Jadi gini pak izinkan saya menjelaskan, saya di bayar orang untuk mencelakai anak tersebut,"
"Halah banyak cing cong lu, jujur aja napa sih, ga sadar dosa lu numpuk?" potong Rania.
"Tenang saudara Rania, kalau boleh tau siapa orang yang telah membayar Anda?"
"Abi pak, dia yang telah membayar saya, saya tidak tau alasannya,"
"Ehh.. gila lu!!! ga mungkin ya Abi nglakuin itu!!"
"Tapi itu yang terjadi Ran," Dancelia memasang wajah melasnya.
"Saudara Rania diharap tenang kami berhak mengusir Anda apabila ini berlanjut, lanjutkan suadara Dancelia.
"Tapi saya sempat menguping pembicaraan antara Abi dan seseorang, saya tidak mengenalnya, tapi inti percakapan mereka adalah Abi ingin memanfaatkan Rania, dan disaat mereka sedang membicarakan hal tersebut adik Rania mendengar percakapan tersebut pak. Abi sadar ada yang memperhatikan mereka, jadi Abi langsung mencarinya, setelah ketemu adik Rania, Abi menawarkan sesuatu agar adik Rania melupakan hal tersebut. Besoknya saya di telfon untuk menabrak adik Rania,"
"Lu... lu.. ga bohong kan Danc?" tanya Rania berkaca-kaca.
"Gua ga bohong Ran. Pak tolong pak jangan penjarain saya, saya masih sekolah pak," ucap Dancelia memohon.
"Untuk tahap selanjutnya, kami akan memeriksa saudara Abi dan apabila perkataan Anda benar, saudara Abi dan saudara Dancelia akan kami rehabilitasi. Mungkin saudara Dancelia ingin menghubungi keluarga? kami persilakan,"
"Iya pak saya ingin menghubungi orang tua saya,"
'mampus lu bi, ini balasan dari gua karena lu udah bohongin gua' batin Dancelia.