"Lah iya... hehehe," Rania kali ini ingin bersikap tegar entah itu dari dalam atau dari luar, ia ingin berusaha. Rania kembali ke tempat duduknya, tiba- tiba ada seseorang yang berkata.
"Wahh gila ya, adik nya habis meninggal bisa-bisanya sebahagia itu. Dasar ga tau diri,"
<~~~>
Rania, Diana, dan Ajeng sontak menoleh secara spontan, melihat siapa yang berani-beraninya mengatakan hal yang tidak sopan tersebut. Ternyata mereka adalah Melta dan Ferda, kacungnya si Dancelia.
'Berani juga ya mereka, ga ada bosnya malah ngelunjak,' batin Rania,
"Heh apa-apaan sih lu. Yang gatau diri itu lu, ada orang lagi berduka ga ngehormatin malah nyinyir," Ucap Diana sambil menunjuk saking kesalnya.
"Rania kaya gini tuh buat ngehibur diri biar ga stress. Susah deh ngomong sama orang dungu kaya kalian," lanjut Ajeng. Rania sedari tadi hanya menatap mereka dengan tatapan tajam menusuk.
"Dih ya Rania aja yang ga peduli ama
keluarganya. Dah tau ada yang meninggal malah masuk sekolah," sungut Melta. Rania maju ke hadapan Melta dan Ferda.
"Gua masuk sekolah karena mau ujian. Kalo ga ujian gua bakal izin. Maaf ya tapi gua ga bodoh kaya kalian berdua yang males-malesan, jadi urus aja diri lu sendiri jangan sok ngurusin orang," ucap Rania lirih dan tajam secara bersamaan membuat mereka berdua sedikit gemetar. Tak lama kemudian Melta dan Ferda pergi, Rania memijat ringan kepalanya.
Pelajaran dikelas terasa baik-baik saja, semua terasa tenang, tidak ada gangguan lagi. Tak sedikit guru yang lewat mengucapkan bela sungkawa kepada Rania.
Jam istirahat telah tiba, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin tak terkecuali Rania, Diana, dan Ajeng. Mereka bertiga bergegas pergi ke kantin dan mencari bangku kosong, setelah itu mereka bisa duduk dengan tenang.
Saat Rania duduk, ia merasa ada orang di belakangnya, tapi ia sedikit tidak peduli dengan itu.
Byur...
Jus Mangga menglir di kepala Rania. Rania sempat diam sejenak, lalu secara cepat berdiri dan menampar orang yang ada di belakangnya. Ternyata mereka adalah Melta dan Ferda.
"Kurang ajar lo!!" ucap Rania mendorong keduanya.
"Sakit anjir. Muka mahal gue kena tampar tangan najis lu," balas Ferda sambil mengusap pipinya.
Tentu Diana dan Ajeng tidak tinggal diam, mereka menarik rambut Melta dan Ferda dengan keras. Tak sampai di situ Diana dan Ajeng membawa perusuh ini ke kepala sekolah agar bisa di tindak secara langsung.
Keputusan akhir kepala sekolah adalah menskors Melta dan Ferda, kurang lebih hukuman sama dengan hukuman yang di berikan Dancelia.Ya setidaknya Rania sedikit lega. Rania diperbolehkan pulang oleh pihak sekolah, karena sangat tidak memungkinkan dengan keadaan yang seperti ini Rania melanjutkan pelajaran.
Rania pulang dengan menelfon supir pribadinya. Saat sudah sampai di rumah, Rania di sambut khawatir oleh mamanya. Rania menceritakan semua apa yang terjadi di sekolanya, mama Rania memeluk putrinya mencoba menenangkan.
Sebenarnya Rania tidak mengerti apa yang telah ia lakukan selama ini sampai-sampai ia mengalami hal seburuk ini, apa dekat dengan Abi sebuah kesalahan? Kalau memang kesalahaan ia dengan senang hati bisa menjauh dari Abi. Rania ingin menceritakan ini semua kepada kak Albert, ia ingin sekali hiburan.
KAK ALBERT(CHAT)
SAYA:
Kak lagi sibuk?
ALBERT:
Engga kok ini lagi santai.
SAYA:
Bisa chat dong hehe...
ALBERT:
Bisa kok, Oh ya ngomong-ngomong nih tinggi kamu berapa sih?
SAYA:
147 CM kak kenapa?
ALBERT:
Ohh, gpp kok
Rania yang tadinya ingin menceritakan masalahnya hari ini mengundurkan niatnya, feeling Rania mengatakan hal buruk segera terjadi, entah apa tetapi rasanya sangat tidak enak. Rania melemparkan tubuhnya di kasur dan menghela nafas kasar. Rasanya semua beban di kehidupannya tidak mungkin berakhir.
Tiba-tiba handphone Rania berdering. Rania bangun dari tidurnya dan melihat handphonenya, ternyata yang menelfonnya adalah Abi sekedar menanyakan keadaanya. Sebenarnya Rania sudah ada sedikit perasaan ke Abi, tapi entah kenapa hatinya masih ada yang mengganjal.
Diana menelfon Rania menanyakan keadaannya, tak lama Diana juga mengundang Ajeng. Disana Rania bisa tenang dengan hanya mendengar suara mereka.
~~~
Kembali ke kebiasaaan Rania, membuka instagram melihat mas mas taruna. Tiba-tiba secara tidak sengaja Rania menemukan Feed Dancelia, tertulis disana 'Akhirnya, lega gua'. Rania bergegas memberi tau hal ini ke Diana dan Ajeng. Rania semakin yakin bahwa penderitaanya tidak akan berakhir disini. Hell is coming back.
Rania mencoba mengirimkan pesan ke Kak
Albert, dan ternyata responnya akhir-akhir ini sangat lama, bahkan pesan kemarin yang ia kirimkan tidak di balas. Sudah terbukti bukan kalau Kak Albert ilfeel dengan kondisi fisik Rania.
Rania ingin memastikan lagi bahwa tidak semua tipe cowoknya memandang fisik. Rania mencoba mengirimkan Direct Message. Sekitar dua hari Rania mencoba menghubungi lewat Direct Message semua hasilnya sama, tidak ada yang tidak menanyakan tentang fisik Rania. Down benar-benar sakit, kenapa semua orang tidak bisa menghargai apa yang telah diberikan tuhan.
Dia yang cantik, tinggi, putih lah yang menang yang mendapat seluruh perhatian percuma saja kepintaran yang ia miliki tidak membuatnya bahagia dalam masalah percintaan, seakan-akan sudah tidak ada harapan untuknya memiliki pasangan yang dapat menerima apa adanya. Semua pertanyaan muncul di otaknya.
Apakah orang sepertiku tidak pantas memiliki kebahagiaan?
Apakah dengan fisik ku yang seperti ini ada yang mau menerima ku?
Apakah ada orang yang mencintai ku tanpa memandang keadaan ku?
Semua pertanyaan terngiang dikepala Rania, bahkan Rania sempat melakukan beberapa hal yang di sarankan oleh berita untuk mengkonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi tinggi badan, tapi hasilnya nihil, tidak ada yang berhasil.
Mungkin tuhan memang sudah menggariskan semua ini kepada Rania, tidak semua orang mempunyai kelebihan bukan? Mungkin ini salah satu kekurangan yang ia miliki, tapi kekurangan ini sangat megganggunya karena tubuh pendek adalah sasaran empuk bahan bullyan.
Saat Rania keenakan melamun tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar rumah. Rania segera turun kebawah dan sekalian memberi makan Cimon. Saat membuka pintu ia dikejutkan oleh sesuatu.
DOR...
"Surprise..." teriak Diana dan Ajeng. Rania terkejut sekaligus bingung bukan main, karena hari ini ia tidak sedang berulang tahun.
"Heh tunggu tunggu, gua ga ulang tahun dungu," ucap Rania kebingungan.
"Yeuu siapa juga yang ngucapin lu, orang kita ngucapin ultah buat Cimon. Nih liat gua bawa makanan kucing banyak hehe," jelas Ajeng.
"Ohhh sialan. Silahkan masuk tuan puteri," ucap Rania dengan senyum yang di buat-buat.
Setelah Diana dan Ajeng masuk, mereka langsung menggendong Cimon dan mengajak Cimon main. Cimon sendiri sudah dianggap seperti keluarga mereka sendiri.
"Permisi... kita boleh gabung ngga?"