Chereads / MY MILITARY HEART / Chapter 10 - BAB 10 [MMH]

Chapter 10 - BAB 10 [MMH]

Festival Siswa yaitu sebuah festival yang diadakan setiap selesai ujian tengah semester. Festival ini diadakan oleh beberapa sekolah terfavorit. Di sana ada beberapa stan yang menjual bermacam-macam makanan. Di dalam festival ini juga ada perlombaan antar sekolah. Masing-masing sekolah menunjukkan kebolehannya dalam design creativity competition yaitu ke kreativitasan dalam merancang sebuah kostum.

Di SMA Pelita Indah setiap tahun kelas yang di ajukan untuk lomba selalu bergilir. Tahun ini adalah giliran kelas Bahasa yaitu kelas Rania. Beberapa siswa sangat suka dengan festival ini karena dua minggu sebelum acara diadakan, kelas Rania akan mengadakan rapat mengenai hal-hal yang di butuhkan untuk memenangkan lomba.

Seperti biasa, kelas yang berkewajiban melakukan lomba akan mengadakan rapat dengan diawasi oleh guru-guru pembimbing. Dimulai dari pembagian sie kostum, sie konsumsi, sie perlengkapan dan lain-lain. Setelah semua terbentuk sekarang waktunya mereka mencari alat musik seperti Drumband untuk disewakan. Untung saja Abi memiliki kenalan orang yang menyewakan alat Drumband jadi satu masalah teratasi.

Rapat yang diadakan hari ini memakan waktu yang cukup lama, tetapi akhirnya mereka semua menemukan titik terang untuk apa yang akan dilakukan kedepannya. Setelah semua mendapat bagian, mereka melakukan tugas seperti apa yang telah di rancang dalam rapat. Khusus sie kostum hanya terdiri dari tiga siswa yang memiliki bakat menggambar, mereka juga akan di bimbing oleh guru prakarya. Sie kostum setidaknya membuat empat desain, tiga desain berbeda untuk Lead dan sisanya untuk anggota.

~~~

Jam pulang telah tiba, Rania bergegas pulang karena ia merasa seisi otaknya terkuras untuk mengeluarkan ide-ide cemerlangnya. Saat membuka pintu, Rania dikejutkan dengan bayi yang di gendong mamanya.

"Ma.. anak siapa ma? mama udah buat baru lagi ama papa? waw Impressive," tanya Rania sambil bertepuk tangan.

"Ngawur kamu, ini anak mama angkat dari panti asuhan. Abisnya mama kesepian kalo lagi dirumah sendirian," balas mama Rania sambil menggedong bayi tersebut.

"Ya kenapa sekecil ini gitu lo, rada gede an kek. Oh ya ma nanti malam Rania mau latihan baris ama alat musik buat Festival,"

"Oh festival itu ya, boleh deh tapi di antar supir ya. Eh ga juga sih kamu di antar jemput Abi mama ikhlas kok," balas mama Rania dengan cengiran. Rania hanya merespon dengan memberikan isyarat "Ok" menggunakan tanganya.

Setelah sampai kamar Rania membersihkan diri. Semua telah bersih, Rania mengambil posisi ter enaknya di kasur lalu membuka handphonenya dan mengecheck pesan.

DAKJOLS GIRLS (Grup Chat)

Ajeng:

Weh gila capek banget gua.

Diana:

Halah lu tadi diem-diem bae kagak ngomong apa-apa capek.

Rania:

Kalian capek? sini pijetin gua, gua yang lebih capek.

Ajeng:

Seenak jidat ae mulut lu nyamber.

Diana:

Ngetik bege.

Ajeng:

Oya lupa hehe.

Rania:

Dungu ga ketulungan.

Di dalam chat itu Rania juga sempat bercerita kalau mamanya mengangkat anak dari panti asuhan. Tentu saja respon awal mereka terkejut karena mereka pikir benih orang tua Rania manjur sekali bisa langsung jadi seonggok manusia.

Malam tiba, saatnya Rania bersiap-siap pergi latihan. Sebenarnya tempat latihan Rania tidak terlalu jauh dari rumahnya sekitar 2 Km. Tempat latihan Rania ada di dalam aula kedap suara yang memang di khususkan untuk latihan alat musik. Setelah sampai disana, Rania melihat beberapa temannya yang sudah sampai terlebih dahulu, mereka sedang membantu mengeluarkan alat-alat musik dari gudang dalam ruangan.

Saat semua sudah tiba latihan dimulai. Khusus semua laki-laki menggunakan alat musik sedangkan perempuan khusus bagian koreografi. Semua nampak fokus mendengar arahan pelatih, hanya Abi saja yang dari tadi tidak fokus memainkan alat musik entah karena apa. Rania merasa sedang di lihat oleh seseorang, saat Rania mencoba melihat ke arah Abi secara spontan, Abi terkejut dan langsung memalingkan muka. Ternyata memang benar, Abi tidak fokus karena ia fokusnya kepada hal yang lain. Rania meminta pindah posisi dengan teman di sebelahnya agar tubuhnya tertutup dan Abi bisa fokus pada latihannya.

Waktu menunjukkan pukul 9.30, karena sudah terlalu larut malam latihan pun di akhiri. Rania ingin menelfon sopirnya tetapi handphone nya error tidak tau kenapa. Abi yang melihat Rania gelisah menghampirinya.

"Kenapa Ran?"

"Eh Bi, hp gua error. Gua ga bisa telfon sopir,"

"Bareng gua aja, ayo udah malem," ucap Abi menarik lembut tangan Rania. Saat di perjalanan Rania merasa suasana yang sedikit canggung. Ya mungkin karena Rania merasa mengatakan hal kasar kepada Abi waktu ia dihadang oleh Dancelia.

Tak lama akhirnya Rania sampai di rumah, ia sempat menawari Abi mampir sebentar tetapi Abi menolak karena sudah terlalu larut. Rania masuk ke rumah dan langsung menuju ke kamar mamanya. Saat masuk kamar mamanya di sana juga ada papa nya Rania mereka berdua berkumpul untuk menghibur bayi barunya.

"Ma Rania pulang. Eh ada papa juga,"

"Iya nih papa lagi seneng, punya anak baru hehe," balas papa Rania.

"Oh iya ma, bayi tu namanya siapa si?" tanya Rania sambil menunjuk.

"Dia namanya Sheila Zefananda," jawab mamanya tersenyum sambil mengusap lembut wajah bayi tersebut.

"Ohh dapat marga keluarga juga toh, ku kira dia bakal pakai nama baru. Maksudnya ga ada bau-bau marga dari papa. Jadi latar belakang bayi ini gimana?" Rania menanyakan hal yang sedikit sensitif sampai-sampai papa dan mamanya saling tatap sendu.

"Jadi tadi waktu mama ke panti asuhan, biasalah buat kasih sumbangan bulanan, mama tuh lihat ada bayi, yaudah lah mama tanya ke bu pantinya, bu pantinya cerita ke mama kalau bayi ini satu-satunya yang selamat waktu kecelakaan beruntun. Mama kasihan juga, mana masih bayi udah dapet ujian kaya gitu. Mama langsung nelfon papa kamu buat kasih persetujuan, yauda dari situ papa langsung ngurus file-file nya" Rania yang mendengarkan cerita mamanya hanya manggut-manggut.

"Berarti kalo papa luar kota mama ga ikut dong, kan harus jaga Sheila,"

"Iya juga, tapi ga papa. Mama percaya kok sama papa," ucap mama Rania sambil mengusap wajah suaminya.

"Mulai nih mulai, di depan anak jomblonya lagi. Yaudah Ma Pa, Rania mau istirahat. selamat malam,"

Rania naik keatas lalu merebahkan tubuhnya. Sebenarnya saat itu Rania ingin sekali mandi lagi karena ia terbiasa setelah beraktivitas langsung mandi. Seperti biasa sebelum tidur Rania merapikan kamarnya agar saat tidur terasa nyenyak. Rania memcoba mencharge handphone nya dan benar saja lowbat.

Semua selesai, Rania memejamkan matanya, tiba-tiba telfon berdering. Ternyata dari Ajeng, Rania langsung mengangkatnya. Saat di angkat, Ajeng tidak langsung berbicara karena sepertinya nafas Ajeng terdengar tidak beraturan.

"Ran gawat!!!"