Rinai tersenyum melihat tulisan rapi dan sedikit tegak bersambung ditangannya, bagaimana bisa laki-laki dengan segudang kata-kata yang menyebalkan seperti Guntur, mampu membuat surat sederhana namun begitu menyekat jiwa.
Tangannya terulur menyentuh handphone miliknya, yang baru saja bergetar
Langit Aldebaran : Udah sampai?
Jantung Rinai kembali berdegup kencang, hanya karena melihat nama seseorang yang terpampang dilayar ponselnya. Jujur saja, dia masih belum terbiasa dengan Langit yang merubah kosa katanya.
Setelah mengakui perasaannya dan Langit ternyata mendengar semua, pengakuan dilorong sekolah. Membuat gadis itu menjadi kikuk jika bertemu dengan Langit, bahkan akhir-akhir ini Rinai jadi memiliki riwayat penyakit jantung tiba-tiba hanya karena sebuah ungkapan rasa, juga kosa kata yang berbeda. Meski, tak merubah rasa yang ada.
Getaran kembali, membuat Rinai melihat kearah layar ponselnya. Lagi-lagi dari Langit.
Langit Aldebaran : Kamu marah?