Chereads / My Senior is My Husband / Chapter 13 - Dewi Penyelamat SMA Garuda

Chapter 13 - Dewi Penyelamat SMA Garuda

Aleena hanya diam ditempatnya. Seragam putihnya kini telah ternoda. Rambut panjangnya pun terasa lengket sampai di kulit kepala.

Aleena menatap Audrey dengan sorot kebenciannya. Maniknya pun perlahan berputar memandang Mikael yang menyungging senyum kemenangannya.

Kata- kata Audrey seakan terngiang dipikirannya. Senyum penuh dosa yang sedari tadi mereka lakukan seolah menjadi pemacu untuk mendorong aksi balas dendamnya.

Perlahan kaki Aleena mulai beranjak dari tempatnya. Sorak ramai para siswa seolah tak lagi digubrisnya. Tawa puas Audrey dan teman- temannya terdengar dengan jelas di telinganya. Manik Aleena perlahan melirik kearah Mikael yang tengah menyungging senyum langkanya.

Langkah Aleena kini mulai memasuki stand bakso di kantin sana. Ia masuk tanpa permisi menuju kearah bak cuci piring yang dipenuhi air didalamnya.

Dengan cepat, tangan Aleena langsung mengangkat seember air cucian itu keluar dari sana. Kini langkah membawanya kembali untuk memberi pelajaran atas aksi ratu bully SMA Garuda.

"Awas!" teriak seseorang meneriaki Audrey dan kedua temannya. Namun teriakan itu amatlah terlambat bagi Aleena yang sudah berada tepat dibelakang mereka.

Audrey, Anita, dan Maulidya pun langsung menoleh kearah telunjuk siswa yang berteriak pada mereka. Dan...

Byur!

Seember air cucian piring sukses membasahi ketiganya. Mata mereka membola. Tubuh mereka telah basah dengan air cucian piring yang sangat gelap warnanya.

Sedangkan Mikael, lelaki itu langsung diam mematung menyaksikan aksi Aleena. Gadis itu benar- benar mengerti apa yang harus dilakukannya. Aksi balas dendam Mikael padanya seolah membuat boomerang tersendiri bagi orang suruhannya. Beruntung Mikael tak berada dalam posisi mereka. Bisa hancur sudah harga dirinya.

"Anggep aja ini balasan buat perbuatan kamu yang sudah basahin tubuh aku!" ucap Aleena dengan nada dinginnya. Kalimat yang sama persis dengan ucapan Audrey padanya.

"Lo!" teriak Audrey bersiap menghardiknya. Namun suara Aleena kembali menghentikannya.

"Siapa kamu berani bentak aku, hm?" tanya Aleena sembari mengayunkan kaki mendekat kearah Audrey dengan tatapan mautnya.

"Kamu cuma perempuan yang deketin El cuma buat ketenaran! Kamu juga perempuan murahan yang dengan nggak tau malunya memperlihatkan lekuk tubuh dengan seragam kurang bahan! Terus siapa disini yang lebih pantas disebut jalang, wahai perempuan murahan?" cerca Aleena dengan ucapan penuh tusukannya. Ia adalah seorang gadis yang tak akan pernah terima jika harga dirinya diinjak begitu saja. Aleena juga gadis paling pintar yang membalikkan ucapan dengan perbuatannya.

Audrey terpaku ditempatnya. Diamnya ia seakan membenarkan seluruh hardikan Aleena.

Kepala Audrey perlahan menunduk menatap kearah seragamnya. Bajunya telah tembus pandang karena banyaknya air yang disiramkan Aleena padanya. Baju dalamnya pun tercetak jelas disana. Dengan cepat tangannya terangkat untuk menutupi tubuhnya dari tatapan para siswa yang memandang nafsu padanya.

"Awas lo, Aleena!" ancam Audrey semakin mengibarkan bendera perang pada Aleena.

"Thank's ya udah mau ngawasin aku," jawab Aleena dengan tatapan santainya. Tangannya pun bersedekap dada seolah ancaman Audrey seolah tak berpengaruh apapun bagi dirinya.

Audrey yang sudah geram bercampur malu hanya bisa mengepalkan tangannya. Kakinya mulai beranjak meninggalkan kantin dengan cepat diikuti kedua temannya.

Aleena kian menyungging senyum kemenangannya. Ia tak akan segan- segan untuk memberikan pelajaran pada siapapun yang berani mengusik kehidupannya.

Manik Aleena kini berputar menatap kearah Mikael yang tengah diam membisu disana. Tak ada lagi senyum meremehkan di bibirnya. Tak ada lagi tatapan sinis yang tampak dari maniknya. Ia diam layaknya patung bernyawa dalam duduknya.

Senyum seringai mulai tampak di bibir Aleena. Tangan yang masih bersedekap dada seolah menandakan keangkuhannya. Kakinya Aleena mulai bergerak mendekat kearah Mikael. Tatapannya intens menatap manik indah Mikael.

Tatapan seluruh siswa masih tertuju pada tindakan Aleena. Mereka semua hanya diam untuk menyaksikan perbuatan menakjubkan Aleena selanjutnya.

"Selamat pagi, El!" sapa Aleena dengan senyum kembali merekah. Maniknya pun kembali berbinar seolah tak ada apapun yang terjadi padanya.

Sedangkan Mikael, manik lelaki itu kembali seperti biasa. Tatapan dingin kembali terlihat di netranya. Mulutnya masih terkatup rapat seolah tak ingin menjawab apapun perkataan Aleena.

Mikael mulai bangkit dari duduknya. Kakinya beranjak tanpa satu patah kata pun yang diucapkannya.

Seluruh murid kompak membulatkan mulut mereka. Mata mereka terbuka lebar seolah tak percaya dengan diamnya Mikael atas kekalahan yang baru didapatkannya. Rekor baru kini tercetak di SMA Garuda.

"Gila! Keren banget!" ucap seorang siswa seraya menatap senyum iblis Aleena.

"Fiks, dia DEPSMARDA!" jawab Rangga yang sedari tadi ikut menyaksikan aksi Aleena disana.

"DEPSMARDA apaan, Ngga?" tanya Reno, salah seorang teman Rangga namun berbeda kelas dengannya.

"Dewi Penyelamat SMA Garuda," ucap Rangga dengan menyungging senyum konyolnya.

"Yaelah!" sorak seluruh siswa kala mendengar penuturan Rangga. Benar saja, Aleena adalah satu- satunya orang yang berhasil membalas perlakuan Mikael dan menyelamatkan harga dirinya.

*

Mikael terus saja berjalan dengan raut kesalnya. Jam istirahat yang biasa menjadi waktu bersantai kini berubah menjadi waktu yang paling menguras emosinya. Tatapan dinginnya terus menatap jalan dengan rahang mengerasnya. Langkah Mikael kian melebar hingga kaki telah membawa ke ruang kelas XII MIPA.

Brakk!

Mikael membanting pintu kelas dengan kerasnya. Maniknya menjelajah keseluruh isi ruangan yang menampilkan seluruh siswa dengan nyali ciutnya.

"Mana Audrey?" tanya Mikael dengan suara baritonnya. Nada dingin seolah mengintimidasi seluruh siswa. Mereka semua hanya diam. Tak ada yang berani untuk menyahuti pertanyaan yang dilontarkan.

"Dimana Audrey?!" teriak Mikael mengulangi pertanyaannya. Seluruh siswa kian diam mematung dengan kepala tertunduk dalam disana.

"Sayang," suara seseorang dari belakang berhasil mengalihkan arah pandang Mikael. Sorot matanya tajam menatap Audrey yang sudah mengganti seragam dengan raut muka menyedihkan.

Tanpa basa- basi, Mikael langsung menarik paksa tangan Audrey. Langkahnya kian cepat tak lagi menggubris rontaan Audrey.

Mikael membawanya menuju gudang di sudut sekolah yang terkenal sepi. Tangannya dengan cepat membuka pintu lalu mendorong tubuh Audrey.

"Jadi cewek nggak guna banget lo!" hardik Mikael langsung meluapkan emosinya. Maniknya sangatlah dingin hingga Audrey hanya bisa mematung disana.

"Maaf Sayang, aku.."

"Nggak usah panggil gue sayang, Bangsat!" bentak Mikael kian meninggikan suara. Suasana semakin mencekam saat amarah Mikael memuncak disana.

"Karena ulah lo harga diri gue lagi- lagi dihancurin sama Aleena! Kalau lo emang nggak becus buat kasih pelajaran dia, bilang dari awal!" bentak Mikael dengan mata merahnya. Rahangnya pun mengeras menampakkan otot lehernya.

Langkah Mikael langsung beranjak meninggalkan Audrey yang tengah menangis sesegukan di gudang sana. Sorot mata dingin dan gaya angkuh kembali seperti semula. Semua memang tampak seperti biasa, namun tidak dengan pikirannya.

Langkah Mikael kian melebar. Namun sebuah bayang seseorang berhasil mengudang perhatiannya. Kaki Mikael bergerak mundur memastikan penglihatannya.

Di taman belakang sekolah tak jauh dari tempatnya, Mikael tak sengaja melihat seorang gadis pembawa sial tengah bersama dengan musuh bebuyutannya. Mikael seketika merasakan panas yang teramat pada netranya.

Keduanya tengah tertawa dengan wajah ceria. Manik mereka bertemu dengan gembira. Aleena terlihat sangat bahagia ketika Vino berada disampingnya.

"Pembalasan apa lagi yang bisa buat senyum lo luntur, Aleena?"