"Siapa Aleen?" suara itu! Aleena langsung mengalihkan pandangannya menatap sang empu. Ditatapnya lamat- lamat manik itu. Manik seorang lelaki paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya. Surya Dirgantara. Entah mengapa, tiap kali mendengar namanya, hanya ada rasa marah yang ada dibenak Aleena.
"Pacar, Pa!" ucap Aleena begitu saja. Ia sadar betul apa konsekuensi yang akan didapatkannya. Gelagat Aleena masih santai seperti anak tak berdosa. Matanya terus menatap netra Surya yang mulai menajam mengarah kepadanya.
Dua kata yang terucap dari Aleena berhasil membulatkan mata Mikael dan mamanya. Keduanya melotot seakan mengekspresikan keterkejutan mereka. Mulut mereka pun kompak terbuka seakan masih tak mempercayai ucapannya.
"Katanya tadi dia..."
"Dia pacarku, Ma." ucap Aleena memotong ucapan Varah Azalia, mamanya. Ia harus mampu meyakinkan kedua orang tuanya kalau ia akan bahagia dengan keputusannya. Hatinya masih tak terima tentang adanya perjodohan paksa yang akan segera dijalaninya. Bagaimanapun juga, ia tak ingin melakukannya. Sekalipun itu akan membuatnya kembali dicap sebagai anak pembangkang dalam keluarganya. Tatapannya pun kini berubah. Tak ada lagi Aleena yang ceria. Hanya ada Aleena yang marah dan kecewa akan keputusan sang ayah untuk mengorbankan dirinya. Demi karir dan semua uangnya. Hanya ada Aleena yang lemah akan takdir yang siap untuk mengguncang kehidupannya.
"Aleena, masuk!" ucap Surya dengan nada khasnya. Memerintah. Nada yang selalu digunakannya untuk mengutarakan semua kemauannya. Dan ingat, tak akan ada kata penolakan didalam kamusnya. Semua harus sesuai dengan keinginannya.
"Ayo masuk, Sayang." ucap Aleena sengaja dibuat- buat didepan kedua orang tuanya. Tangannya telah bergelanyut manja ditangan Mikael yang ada di sampingnya. Sangat tampak adanya raut kebingunan dari kakak kelasnya. Namun Aleena tak mau menggubrisnya. Permainan sudah separuh jalan. Sia- sia kalau tidak diteruskan.
Mikael yang bisa tersenyum kikuk dihadapan kedua orang tua Aleena. Mau berkata iya tapi ia takut kalau ada konsekuensi besar dibalik katanya. Mau berkata tidak, namun Aleena tak akan mengindahkannya. Situasi macam apa ini? pikir Mikael sambil menetralisir keterkejutannya.
Sedangkan mata Surya semakin memerah di sana. Amarahnya pun semakin naik ke ubun- ubunnya. Dengan langkah cepat, Surya berjalan kearah Aleena yang masih menempel pada Mikael. Tangannya menarik paksa tubuh sang putri untuk segera menjauh dengan kasarnya. Dicengkramnya erat pergelangan Aleena. Ia sudah tak mengindahkan ringisan yang sedari tadi diucapkan oleh anaknya.
"Om jangan kasar dong!" ucap Mikael spontan kepada Surya. Tangannya pun sudah terkepal erat menandakan kalau ia tak terima atas perlakuannya pada Aleena. Bagaimana mungkin seorang ayah bisa sekasar itu pada putrinya? Bukankah Aleena sudah dewasa? Mengapa ia masih mengatur apapun keputusan Aleena seakan ia masih balita?
Nada ucapan yang lebih pantas disebut bentakan itu membuat Surya semakin emosi disana. Ditatapnya Mikael dengan tatapan elang tertajamnya. Dilihatnya tampang Mikael dari atas sampai bawah dengan pandangan remehnya. Mikael hanya anak kemaren sore yang berusaha menggonggong dihadapannya. Apalagi dengan terbusungnya dada dan dagunya yang terangkat seolah menantangnya. Bagaimana mungkin ia pantas untuk Aleena?
"Kau hanya seorang anak tak tahu diri yang tiba- tiba datang ke rumahku! Kau pikir, apa pantas dirimu bersanding dengan putri semata wayangku?!" hardik Surya dengan kalimat menohoknya. Ia benar- benar dibuat emosi dengan datangnya Mikael kerumahnya. Apakah karena dia Aleena berusaha menolak perjodohan? pikir Surya semakin menerka- nerka.
"Anda pikir, apakah anda sudah menjadi ayah yang baik dengan memperlakukan ANAK SEMATA WAYANG anda seperti tawanan dalam penjara?" jawab Mikael dengan menekankan kata anak semata wayangnya. Kata- kata yang sama yang telah Surya katakan padanya. Kini ia tak akan mundur dengan perdebatan yang sudah lebih dulu membuat emosinya kalut disana. Tak peduli siapapun lawannya, mereka akan habis dengan segera.
"Berani- beraninya kau!" hardik Surya semakin emosi disana. Tangannya pun telah terkepal erat menahan semua amarahnya. Kakinya melangkah maju kearah Mikael yang berada tepat dihadapannya. Tangannya pun sudah mengabaikan pergelangan Aleena yang sedari tadi dicengkramnya.
Ditatapnya Mikael yang semakin berani disana. Dagunya terangkat seolah menandakan kekuasaan yang dimilikinya. Kedua tangannya terselipkan dalam saku celana seolah menganggap ringan marahnya Surya yang kini menatap tajam kearahnya.
"Akan kuhancurkan hidupmu hanya dalam sehari dengan kekuatan bisnisku!" ancam Surya dengan tatapan mengintimidasinya. Ia yakin seorang anak lelaki didepannya tak akan lagi berani lagi menentangnya. Senyum smirk kini tersungging dibibir Surya. Hanya seorang anak sma yang berani menentang keputusannya, itu bukan apa- apa.
Aleena dan ibunya yang sedari tadi diam kian membisu disana. Amarah ayahnya benar- benar tak ada yang bisa melawannya. Aleena semakin merasa bersalah telah melibatkan Mikael dalam urusan pribadinya. Kini ia yakin, permainan mengubah takdirnya sudah tak ada gunanya. Aleena menatap Mikael dengan mata merahnya. Mati- matian ia menahan tangis agar tak tumpah di halaman rumahnya.
Sedangkan Mikael, ekspresinya masih sangat tenang disana. Bahkan seukir senyum tipis masih sempat tersungging di bibirnya. Tak nampak sedikit pun ketakutan dalam matanya. Mikael mengalihkan pandangannya menatap kearah Aleena yang sudah berkaca- kaca. Apa dia mengkhawatirkanku? tanya Mikael pada dirinya.
"Pergi dari sini atau kuhancurkan hidupmu!" bentak Surya semakin meluapkan emosinya. Sungguh bebal makhluk dihadapannya sampai ia harus mengulang kalimat yang sama.
"Bapak Surya Dirgantara yang terhormat, tidakkah anda mengetahui siapa saya?" tanya Mikael sambil menaikkan salah satu alisnya. Seringaian khas pun telah tersungging dibibirnya. Matanya memandang remeh kearah Surya yang notabenenya adalah ayah Aleena.
"Apa maksudmu?" tanya Surya dengan cepat mengubah raut wajahnya. Kini bukan lagi marah yang tidak lagi tampak diwajahnya. Hanya perasaan bingung dan ingin tahu yang saat ini memenuhi pikiran Surya.
"Bukankah anda CEO dari Aerospace? Perusahaan yang bergerak dalam pembuatan oli?" tanya Mikael seolah menginginkan Surya untuk membenarkan ucapannya. Namun diamnya Surya seolah membuat Mikael semakin yakin dengan kebenaran ucapannya. Beruntung sekali Mikael dengan ingatan yang dimilikinya.
"Heh," ledek Surya sambil menyungging senyum kebanggannya. Tangannya pun sudah terselip kedalam saku celana seolah menikmati apa yang dikatakan oknum dihadapannya. Dagunya pun terangkat tinggi mengisyaratkan kekuasaannya.
"Sebegitu terkenalnyakah aku?" tanya Surya sambil menatap remeh kearah Mikael yang belum juga menurunkan tatapan matanya.
Sedangkan tak jauh dari mereka, masih ada Aleena dan mamanya yang menatap ke arah keduanya. Perdebatan diantara mereka sungguh tak ada yang bisa menduga. Mereka tahu sekeras apa watak Surya. Namun mereka tak mengetahui sekuat apa kemampuan Mikael sebenarnya.
"Kalau begitu saya akan pastikan perusahaan anda tidak akan dapat lagi bekerja sama dengan kami." ucap Mikael dengan nada tegasnya. Setiap kata yang terlontar keluar dengan lancarnya.
"Perkenalkan, saya Mikael Atha Dayyan. Anak tunggal pemilik Victorius Baskara."