'Aleena Adeeva Azalia, jalang SMA GARUDA yang mendekati dua lelaki hanya untuk mengembangkan bisnis keluarga'
Tulisan itu tercetak dengan jelas dimading koridor sekolah Aleena. Mata Aleena pun langsung memerah menahan amarah disana. Dengan cepat tangannya terangkat merobek kertas itu dari tempatnya.
"Siapa pelakunya?!" teriak Aleena pada para siswa yang sudah berkerumun melihat aksinya. Mereka semua kompak berbisik menggunjingkan berita tentang Aleena.
"Tuli kalian, ha?!" tanya Aleen lagi dengan amarah semakin memuncak ke kepalanya. Ia benar- benar tak pernah merasa semarah ini sebelumnya. Terlebih lagi sekolah ini adalah tempat baru untuknya. Namun bagaimana bisa sudah ada gosip yang beredar untuk menghancurkan harga dirinya.
"Yaelah, kalau emang pelacur ngaku aja!" hardik seseorang yang langsung mengundang perhatian Aleena dan seluruh siswa yang berkerumun disana.
Tak jauh dari sana, tiga orang perempuan kompak berjalan mendekat kearah Aleena. Aleena dapat menebak kalau gadis yang berjalan ditengah- tengah adalah ketua geng mereka. Sangat jelas jika seseorang melihat dari gaya penampilannya. Roknya ketat hanya sebatas paha. Bajunya kecil menjiplak seluruh bentuk tubuhnya. Bibirnya pun merah seolah telah memakan darah. Dari sini Aleena langsung berpikir, siapa jalanh sesungguhnya?
"Siapa kalian?" tanya Aleena dengan pandangan menerka- nerka. Pasalnya baru sehari ia sekolah di SMA GARUDA, jadi ia tak mungkin langsung mengenali mereka.
"Lo nggak kenal siapa gue?" ucap gadis yang berada ditengah dengan nada centilnya. Tangannya pun bergerak memilin- milin rambut seolah membanggakan kecantikannya.
Para siswa yang sedari tadi menonton pertunjukan disana menatap Aleena dengan iba. Mereka yakin kalau Aleena adalah target bully Audrey dan teman- teman selanjutnya.
Sedangkan Aleena, ia makin menatap malas kearah mereka. Alisnya terangkat satu sambil menunggu jawaban dari pertanyaannya.
"Sepenting apa kalian sampai aku harus kenal?" pertanyaan Aleena yang semakin membuat ketiga orang disana geram dibuatnya.
Dengan cepat, gadis yang berdiri ditengah- tengah mereka berjalan kearah Aleena. Matanya pun telah memerah menahan emosi yang akan meluap karena ulahnya.
Tangan gadis itu langsung terangkat mencengkeram erat pipi Aleena. Aleena yang terkejut pun langsung memekik karena kuat cengkeramannya. Senyum licik kini tersungging tinggi dibibirnya.
"Perkenalkan Queen of SMA Garuda, Audrey Kanaya." ucap gadis itu dengan bangganya. Tangannya pun kian mengerat dipipi Aleena.
Benar saja, seperti dugaan seluruh siswa dikerumunan sana Aleena adalah target bully mereka. Apalagi dengan tersebarnya berita yang menyatakan bahwa Aleena dekat dengan Mikael. Most wanted SMA Garuda. Lelaki yang selama ini menjadi incaran Audrey karena paras, nilai, dan jabatan orang tuanya. Terlebih lagi dengan gelar yang diperoleh Mikael dalam geng Antariksa sebagai ketua, itu membuat Audrey semakin kelimpungan untuk mendapatkan cintanya.
"Queen of Bully maksudnya?" tanya Aleena masih dengan santainya. Cengkeraman erat Audrey di pipinya seolah tak ada apa- apa. Apalagi dengan tatapan yang seolah memandang rendah perbuatan Audrey membuat Audrey semakin marah didepannya.
Dengan cepat Audrey menghempaskan cengkeraman erat dipipi Aleena. Pergerakannya sontak membuat Aleena harus lebih waspada untuk menjaga keseimbangannya.
"Gue adalah Anak donatur tetap SMA Garuda! Jangan pernah lo bikin masalah sama gue kalau lo nggak mau tanggung akibatnya!" ucap Audrey dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya. Aleena dapat menduga, ia pasti mendapat keberanian karena jabatan ayahnya yang tinggi disekolah sana.
"Siapa juga yang lagi cari masalah sama ANAK DONATUR TETAP SMA GARUDA? Bukannya kamu tadi yang ngajak ribut duluan?" tanya Aleena dengan sengaja menekankan kata- kata yang sama dengan apa yang Audrey ucapkan padanya. Ia benar- benar dibuat jengah dengan seseorang yang sok berkuasa.
Langkah Audrey semakin membawanya mendekat kearah Aleena. Matanya kian memerah menahan emosi karena ucapan Aleena. Namun beda halnya dengan Aleena. Ia akan semakin senang untuk memberi pelajaran pada seseorang yang membanggakan dirinya hanya karena jabatan orang tua.
Audrey mendorong Aleena dengan kerasnya. Kedua tangannya pun ditempatkannya ke dinding disebelah tubuh Aleena untuk mengungkungnya.
"Adek kelas nggak tahu diri lo! Lo deketin El sama dengan lo cari masalah sama gue!" ucap Audrey menatap dengan tatapan menusuknya pada Aleena. Ia benar- benar mati- matian menahan emosi karena tingkah Aleena yang tak mencerminkan sedikit pun ketakutan dalam wajahnya.
Audrey adalah seorang siswi dari kelas yang sama dengan Mikael, yaitu XII IPA 1.
"Emang kamu pacarnya Mikael?" tanya Aleena masih dengan nada santainya. Seolah gadis yang kini menatap dengan tatapan maut dihadapannya hanya butiran debu saja.
"Dasar pelacur!" hardik Audrey dengan emosinya. Tangannya pun terangkat bersiap untuk menampar wajah Aleena.
Namun pergerakan Audrey dengan cepat bisa dibaca Aleena. Hingga belum sampai tangan itu bertemu dengan kulit pipinya, ia lebih dulu memutar keadaan diantara mereka. Hanya dalam sekali gerakan Aleena berhasil mengunci Audrey dalam pergerakannya.
Kini badan Audrey membungkuk membelakanginya. Tangannya pun berada dipunggung karena Aleena mencekal erat tangannya.
Semua siswa kian heboh karena perbuatan Aleena. Semakin banyak siswa yang datang bergerombol hanya untuk menyaksikan perbuatan Aleena. Sungguh langka kejadian ini di sekolah mereka. Pasalnya baru kali ini ada yang berhasil melawan bullyan Audrey dan teman- temannya hanya dalam sekali gerakannya.
"Wagelaseh! Berani banget tuh cewek!"
"Calon bini gue tuh!"
"Belum tau aja dia akibatnya kalau ngelawan Audrey dkk!"
"Keren banget dia!"
"Mantap! Pelintir terus tangannya!"
Sorak ramai pun kian riuh di sana. Namun Aleena seakan menulikan pendengarannya. Ia tak peduli spekulasi orang lain terhadap tindakannya. Yang dipikirkannya hanyalah jangan sampai tangan kotor Audrey berhasil menyentuh wajahnya.
"Bangsat lo! Lepasin, nggak!" teriak Anita, salah satu teman Audrey yang berusaha menyelamatkan temannya. Begitu pun juga Maulidya yang sudah berjalan cepat kearah Aleena.
"Kalau kalian berani maju, aku patahin tangan dia!" ancam Aleena sambil menatap tajam kearah mereka.
"Berani banget lo, ya!" ucap Maulidya seolah tak mengindahkan ancaman keras Aleena.
"Jangan maju! Jangan sampe tangan gue patah!" ucap Audrey menahan pergerakan teman- temannya. Ia benar- takut kalau Aleena akan mematahkan tangannya.
Tatapan Aleena kini berpindah pada sang mangsa. Kini hanya ada tatapan merendahkan yang ada dimanik Aleena.
"Pacar juga bukan kenapa posesif amat! Nggak malu emang jadi jalang?" tanya Aleena seakan membalik kata- kata Audrey tak barusan. Senyum licik kini beralih kebibirnya.
"Huuuuuu!" sorak riuh para siswa yang semakin bersemangat untuk menonton aksi Aleena. Benar- benar superhero SMA Garuda. Semakin banyak siswa yang datang berbondong- bondong untuk melihat aksi mereka. Mereka semua bersemangat seolah menonton opera.
Datangnya segerombolan lelaki dari arah gerbang tak lagi digubris oleh mereka. Hingga gerombolan lelaki berparas tampan itu pun kebingunan karena senyapnya sapaan dari para fansnya.
"Ada apa di sana?" tanya Mikael pada para anggotanya. Matanya masih terfokus menatap kerumunan siswa tak jauh dari tempatnya.
"Denger- denger sih Audrey dibully," jawab Evan, salah satu sobat karib Mikael. Mereka sudah tiga tahun dalam satu kelas yang sama. Hingga keduanya paham dengan sifat diantara mereka.
"Nggak kebalik?" tanya Mikael memastikan ucapan temannya.
"Bener! Katanya Audrey dibully sama cewek yang kemaren lo anterin pulang itu, siapa namanya?" ucap Evan seraya mengingat- ingat siapa gadis yang kemarin berada di boncengan temannya.
"Aleena!" ucap Mikael spontan mendengar penuturan Evan. Namun belum juga ia mendapat jawaban kepastian dari temannya, langkahnya sudah lebih dulu berlari kearah sana.
Ada apa dengannya?