Mikael melangkahkan kakinya meninggalkan teman- teman yang hanya menggelengkan kepala. Kakinya terus mengayun
meninggalkan ruang kelas. Senyum licik telah menghilang dari bibirnya. Kini ia kembali menjadi sosok lelaki dingin yang berjalan di koridor dihiasi teriakan kaum hawa.
Mikael sebenarnya merasa risih dengan teriakan para siswi yang memekakkan telinga. Pujian- pujian yang mereka lontarkan seolah hanya umpan agar Mikael mau menanggapi mereka. Jika memang benar itu yang mereka harapankan, itu hanyalah sebuah kemustahilan belaka.
Mikael Atha Dayyan. Anak dari pengusaha yang nyaris seperti sultan. Dapat dipastikan ia pun tak akan kekurangan uang. Dia tak akan memilih gadis sembarangan bahkan hanya untuk mengucapkan salam.
Mikael terus melangkah sampai kaki membawanya ke koridor depan kelas XI IPA 2. Rencana pembalasan telah ia siapkan matang- matang di otaknya.
"Mampus lo!" ucap Mikael dengan senyum seringainya. Matanya seolah sudah tak sabar menanti reaksi Aleena akan perbuatannya.
Namun langkah Mikael seketika terhenti saat melihat seorang gadis bersama dengan lelaki yang tak asing di penglihatannya.
"Sialan!" hardik Mikael saat netranya menangkap Aleena tengah bersama dengan Vino didepan ruang kelasnya. Matanya pun kian menajam melihat kedua insan yang selalu menguras emosinya.
Karena jarak adanya jarak yang cukup jauh, Mikael tak dapat mendengar apapun yang percakapan diantara keduanya. Ia hanya bisa melihat betapa bahagianya Aleena saat Vino datang menghampirinya.
Tangan Mikael sudah terkepal erat disana. Otot lehernya telah nampak karena menahan seluruh emosi dalam hatinya.
'Kemarin lo deketin gue, bahkan sampai bilang ke orang tua lo kalau lo pacar gue! Dan tepat setelah lo tau kalau bokap lo hina- hina gue, sekarang lo malah deketin musuh bebuyutan gue! Bangsat banget sih, Pelacur!' batin Mikael semakin memuncakkan emosinya.
Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah. Seringaian pun kembali terbit dibibirnya. Maniknya kini bergerak seolah ingin melecehkan gadis yang tak jauh dari pandangannya.
"Gue akan buat hidup lo hancur, Aleena!" ucap Mikael final. Rencana untuk pembalasan dendam kian matang di otaknya.
Kaki Mikael bergerak menjauh dari sana. Jalannya pun terlihat sangat berwibawa. Tak heran kalau ada banyak kaum hawa yang mengidolakannya. Jangan lupakan dengan posisi dagu yang selalu terangkat melambangkan kekuasaannya.
Sedangkan disisi lain, Aleena terus menerus mengucapkan terimakasih pada Vino, kakak kelasnya. Ia adalah orang pertama yang menjumpai Aleena dengan tatapan ramahnya. Dan kini ia juga telah menjadi penolong bagi Aleena. Sungguh baik sekali hatinya.
"Kak Vino beneran nggak mau aku traktir makan?" tanya Aleena masih tak percaya dengan jawaban tidak yang sebelumnya telah dilontarkan Vino padanya.
"Nggak usah Aleena, aku ikhlas kok!" jawab Vino seraya menyungging senyum. Manis senyumnya tentu membuat kaum hawa semakin meleleh dibuatnya.
Selain Mikael, Vino juga banyak dikenal seantero sekolah mereka. Alasannya hampir sama, karena ketampanannya. Pesonanya sungguh membuat para siswi bersorak ingin menjadi kekasihnya. Namun sebesar apapun pesona Vino Dirga Alaska, nama Mikael- lah yang selalu menjadi primadona.
"Aku ke kelas dulu, ya! Nanti jam istirahat aku tunggu kamu dikantin," ucap Vino. Tangannya pun terangkat untuk mengacak gemas rambut gadis dihadapannya.
Vino mulai merenggangkan langkahnya. Tangannya kini melambai mengucapkan salam perpisahan pada Aleena. Aleena terpatung ditempatnya. Matanya membola seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Pipinya pun memerah menahan gejolak hati yang berbunga- bunga.
Mata Aleena menatap tubuh Vino pun telah tak nampak dari pandangan Aleena.
"Yes! Yes! Yes! Akhirnya!" sorak Aleena seraya berjingkrak- jingkrak karena sikap Vino padanya. Tangannya pun terangkat membawa kunci motor dari Vino ke pelukannya.
"Emmuah! Emang bener ya, jodoh nggak kemana," ucap Aleena masih dengan senyum mengembang dibibirnya.
Aleena berhasil terbawa perasaan oleh sikap perhatian Vino padanya. Walaupun hanya dua hari, namun Aleena sudah menyukainya.
"Woi!" teriakan seseorang dari belakang sontak mengagetkan Aleena. Dengan tangan mengelus dada, Aleena berbalik menatap sang pelaku keterkejutannya.
"Rangga! Apaan sih!" hardik Aleena langsung pergi dari tempatnya. Kebahagiaannya telah lenyap tepat setelah datangnya si tengil Rangga.
"Eh disamperin kok pergi, sih! Aleena!" teriak Rangga sambil mengekorinya. Rangga adalah satu- satunya teman yang Aleena punya dikelasnya. Ia hanya dekat dengan Rangga dan itupun karena mereka adalah teman sebangku. Aleena tak dekat dengan anak perempuan kelasnya karena baru dua hari ia pindah, kabar tak mengenakkan sudah menerpanya. Dan tentu alasannya terkuat adalah datangnya Mikael dalam hidupnya. Sungguh perusak suasana.
*
Bel istirahat telah berbunyi nyaring di SMA Garuda. Semua murid berhamburan untuk mengisi perut mereka. Semua orang tampak bahagia saat melangkahkan kaki memasuki kantin dengan teman- temannya. Begitu pula dengan Aleena.
Janji untuk makan bersama dengan Vino sungguh membuat Aleena antusias. Matanya berbinar kala langkahnya mulai mengayun untuk meninggalkan ruang kelas. Senyum manis pun mengembang dibibirnya. Sungguh manis senyumnya.
"Aleena, ikut!" teriak Rangga seraya berlari mengikuti arah jalan Aleena. Lelaki itu selalu saja membuntuti kemana pun Aleena mengarahkan langkahnya.
Dengan kesal, Aleena pun menghentikan kakinya. Badannya berbalik menatap Rangga yang lagi- lagi tengah melayangkan cengiran tanpa dosanya.
"Nggak!" ucap Aleena dengan ketusnya. Matanya pun menatap seolah ingin mengusir Rangga dari hadapannya.
"Yah, kok gitu! Emang kenapa?" tanya Rangga dengan nada manja. Bibirnya pun mencebik seolah merajuk akan jawaban teman perempuannya.
"Huek! Nggak usah sok imut!" ucap Aleena seraya menampilkan ekspresi ingin muntahnya.
"Aku mau makan sama Kak Vino! Harap jangan ganggu kami, ya!" ucap Aleena menampilkan deretan gigi putihnya. Matanya pun menyipit karena senyumannya. Lesung pipit pun terlihat jelas di pipinya.
Langkahnya pun mengayun meninggalkan Rangga dengan riangnya. Ia sangat bahagia dengan datangnya seorang lelaki pengertian yang baru dua hari didengarnya.
Kaki Aleena terus mengayun dengan santainya. Namun santai pergerakannya sama sekali tidak sinkron dengan para siswa yang tengah menatapnya.
Mereka semua menatap nyalang Aleena. Gosip di mading pagi tadi dengan cepat tersebar ke seluruh sudut SMA Garuda.
Aleena berusaha untuk tak menggubrisnya. Ia tak ingin kebahagiannya hancur hanya karena orang- orang yang tak mengerti kejadian sebenarnya.
Aleena memang mengakui kalau itu semua adalah akar dari sandiwaranya. Namun ia benar- benar tak berniat sedikit pun untuk meminta maaf pada orang yang telah ia seret namanya.
Gerbang kantin telah menyambutnya. Mata Aleena terus menjelajah mencari kehadiran Vino yang tadi sudah berjanji padanya.
Jujur saja, mengingat akan Vino justru membuat Aleena semakin salah tingkah. Sikap manis nan perhatian Vino berhasil meluluhkan hati Aleena. Lalu apakah itu yang dinamakan cinta?
Sudah lima menit berlalu, namun mata Aleena belum juga menemukan sosok seorang yang sedari tadi ditunggunya. Kakinya pun sudah mulai kebas berdiri didepan gerbang kantin sana.
Kaki Aleena mulai mengayun untuk duduk disalah satu bangku kantin di sudut sana. Aleena akan menunggu Vino dari posisinya.
Perlahan tangannya bergerak untuk mengambil ponsel dari sakunya. Ia berniat menghilangkan rasa jenuh menunggu dengan bermain game kesukaannya.
Mata Aleena kini hanya terfokus pada layar handphonenya. Dunia terasa milik sendiri jika sudah bergelut dengan game diponselnya.
Aleena merasa ada yang tengah mengawasinya. Ia berpikir kalau para siswa masih menatap nyalang dengan isu yang tersebar di pagi buta. Aleena mencoba untuk tak mengindahkannya.
Suara langkah kaki yang mendekat mengundang perhatian Aleena. 'Akhirnya Vino sampai juga!' batin Aleena bahagia.
Namun tidak ketika kepalanya terangkat menatap siapa yang ada dihadapannya.
Byur!