Siang itu suasana Cafe Matcha lumayan lengang mungkin karena barusan dibuka. Yaa, tak biasanya mereka membuka cafe dua jam lebih lambat dari jadwal biasanya. Namun, mau bagaimana lagi, ada pesanan seratus porsi kue mendadak yang akan diambil siang itu, Denise, Yein dan Yongjae agak kewalahan karena seharian berada di dapur Cafe untuk menerima pesanan besar sehingga mereka memutuskan untuk menutup toko sementara hingga pesanan itu selesai.
Setelah kurang lebih tiga jam akhirnya pesanan dapat diantarkan sesuai dengan waktu yang mereka janjikan. Mereka harus segera berangkat jika ingin tepat waktu memberikan pesanan kue siang itu.
"Yein, minta tolong jaga cafe dulu yaa, aku dan Yongjae sshi mau mengantarkan pesanan kue." Ucap Denise pamit pada Kang Yein.
"Iya unnie.. hati-hati di jalan." Balas Yein sembari membantu meletakkan kue-kue di dalam taksi bersama Yongjae dan Denise.
Mobil taksi berlalu pergi meninggalkan cafe Matcha dan menuju rumah pemesan kue. Setelah tiga puluh menit perjalanan, sampailah mereka di sebuah rumah di ujung jalan. Disana tampak ramai orang berdatangan, tampaknya dia sudah menemukan rumah yang dituju.
"Yuk Yongjae sshi. Sepertinya kita sudah sampai." Ajak Denise menuju rumah yang sedang ramai dikunjungi banyak orang.
"Disana? Iyaa..." ucap Yongjae sembari mengikuti Denise yang sudah jalan duluan.
Setelah memberikan pesanan kepada pemilik rumah dan menerima uang pembelian, Denise dan Yongjae pun meninggalkan rumah tersebut dan berjalan di trotoar. Saat akan memesan taksi untuk kembali ke Cafe, tiba-tiba Denise tertarik pada sebuah Cafe cantik bernuansa Italia tak jauh dari tempat dia memberikan pesanan kue.
"Yuk, Denise.. kita kembali ke cafe. " ajak Yongjae sembari meraih tangan Denise.
"Tunggu sebentar, Yongjae... bolehkah kita kesana sebentar." Ucap Denise sembari menoleh ke arah Cafe yang tak jauh dari mereka berjalan.
Entah mengapa Denise tertarik dengan desain interior cafe tersebut yang tampak dari luar bergaya eropa.
"Baiklah, kita mampir dulu kesana." Jawab Yongjae menyetujui ajakan Denise sembari mengikuti langkah kaki Denise yang sudah duluan menuju Cafe.
Cafe itu memang sedikit berbeda dari Cafe mereka dan beberapa cafe yang mereka jumpai di Seoul. Di Itaewon memang banyak dijumpai Cafe dengan nuansa asing karena banyak orang asing yang tinggal disana. Sehingga kita dapat jumpai cafe maupun restoran yang menyediakan menu atau makanan khas dari berbagai negara.
Cafe cantik yang mereka berdua datangi merupakan cafe bernuansa negara Italia. Terdapat berbagai pernak-pernik dan accesories khas Italia terpajang di dalam Cafe. Yongjae memilih untuk memesan secangkir kopi hangat dan Denise memesan secangkir teh. Serta satu cake kecil untuk mereka makan bersama.
Keduanya menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan sembari mengobrol sejenak. Namun tiba-tiba mata Denise tertuju pada sebuah lukisan hamparan kebun anggur yang terpajang di salah satu dinding Cafe. Karena penasaran, Denise pun menanyakan kepada salah satu pelayan mengenai dimana lukisan itu dibuat.
Dia pun bangkit dari tempat duduknya dan menuju salah satu pelayan yang berdiri tak jauh dari tempat Yongjae dan Denise duduk.
"Maaf bolehkah saya bertanya sesuatu." Ucap Denise memulai percakapannya.
"Iya boleh, ada yang saya bisa bantu?" jawab salah satu pelayan wanita ramah.
"Kalau boleh saya tahu dimana lukisan ini dibuat?" tanya Denise penasaran.
"Ini dibuat dari Italia. Pemilik cafe ini membelinya tiga tahun yang lalu bersama cafe ini dibangun." Ucap pelayan itu memberikan informasi mengenai lukisan yang membuat Denise penasaran.
"Oh terima kasih infonya.." balas Denise berterima kasih atas informasi yang pelayan itu berikan dan kembali ke tempat duduknya.
Sesaat ketika pelayan itu pergi, Denise pun mulai berpikir. Mengapa dia bisa tertarik mengenai lukisan itu. Dan kenapa kata-kata negara Italia terdengar tak asing baginya.
"Denise sshi...Denise? kamu tidak apa-apa?" panggil Yongjae yang membuat Denise terbangun dari lamunannya.
"Oh iyaa.. Yongjae sshi..iya,, aku tidak apa-apa." Ucap Denise sopan.
"Apa yang tadi kamu tanyakan pada pelayan itu?" tanya Yongjae penasaran.
"Aku hanya menanyakan lukisan kebun anggur itu beli dimana, entah mengapa saat aku melihatnya ada rasa familiar namun aku tak tahu apa." Ucap Denise menjelaskan pada Yongjae.
"Oh gitu.. mungkin apakah kamu pernah ke kebun itu?" Ucap Yongjae yang menebak mengapa Denise merasa familiar dengan lukisan itu.
"Maksudmu kebun anggur di italia? Sepertinya tidak. Aku hanya tinggal di London dan mungkin liburan di sekitar Inggris saja. Dan ini juga pertama kalinya aku ke Seoul." Ucap Denise memberi penjelasan pada Yongjae.
"aku juga mau bicara sesuatu. Dari tadi sih aku tak memperhatikannya. Namun saat kamu membahas lukisan itu, entah kenapa aku juga merasa pernah kesana." Balas Yongjae tiba-tiba.
"Kok bisa kebetulan gini? Apakah kamu pernah mengunjungi perkebunan anggur? Saat liburan mungkin?" tanya Denise yang tertarik dengan cerita Yongjae tentang kebun anggur.
"Setahuku sih tidak. Namun aku pernah ke Florence. Namun aku tak tahu apa yang terjadi saat itu." Balas Yongjae sembari menikmati secangkir kopi hangat miliknya.
"Mungkin suatu saat nanti kita bisa temukan jawabannya." Balas Denise bijak.
"Iya.. semoga.. aku berharap itu secepatnya.. By the way..emang kita harus formal banget gini yaa.." tanya Yongjae tiba-tiba.
"Mau bagaimana lagi. Aku takut nanti jika ada salah pengunjung cafe mendengar pembicaraan kita dan itu adalah penggemarmu. Aku tak ingin kamu terlibat masalah atau scandal nantinya." Balas Denise menceritakan kekhawatirannya.
"Tenang aja Denise. Lagian dengan aku berdandan ala barista kayak gini. Siapa sih yang bakal kenal. Don't worry!" balas Yongjae memenangkan Denise jika semua akan baik saja.
"Benar juga yaa..dengan kamu memakai kacamata dan topi ala barista. Sangat berbeda dengan dandanan jika kamu menjadi Actor Seo Yongjae. baiklah aku percaya padamu." Balas Denise setuju dengan pendapat Yongjae.
"benarkan? Nggak sia-sia aku coba dandan seperti ini. oh yaa.. ada yang mau aku tanyakan padamu." Ucap Yongjae terlihat serius.
"Aku perhatiin kamu selama ini sepertinya kamu nggak pernah minum kopi meskipun cafe kita nyediain coffee untuk pengunjung." Ucap Yongjae penasaran.
"bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Well..mungkin ini terdengar sedikit aneh bagimu, tapi aku sendiri tak tahu mengapa aku tak pernah minum coffee. entah mengapa setiap aku berusaha untuk meminumnya. Kepalaku selalu menjadi pusing dan selalu saja sebersit memori yang ada di benakku. Dan aku tak tahu itu apa." Ucap Denise pelan.
"Sepertinya ada hal yang tak menyenangkan yang pernah terjadi. Kalau boleh aku tahu, bolehkah kamu menceritakannya padaku?" ucap Yongjae mulai penasaran mengapa Denise tak meminum coffee.
"tiga tahun lalu, aku terbangun di rumah sakit di London. Tapi aku tak mengingat satu tahun sebelum aku kecelakaan. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat itu. Yang jelas hampir satu bulan aku tak sadarkan diri. aku juga tak bisa bertanya lebih jauh pada kedua orang tuaku karena tak ingin mereka bersedih ketika mengingat kembali peristiwa itu. Dan sejak itu aku tak bisa minum coffee sama sekali. Malah aku lebih menyukai Matcha hingga aku membuat cafe Matcha." Ucap Denise mencoba menceritakan peristiwa yang menimpanya tiga tahun silam.
"Kenapa cerita kita hampir sama yaa.. kecelakaan dan tak sadarkan diri dalam waktu yang lama." Ucap Yongjae dalam hati.
"Yongjae sshi.. Yongjae sshi,, kamu kenapa?" tanya Denise penasaran.
"Oh tidak apa-apa Denise. Cuma aku juga dapat kerasakan kesedihanmu saat itu. Karena aku juga pernah mengalaminya. Kecelakaan dan tak sadarkan diri." ucap Yongjae tiba-tiba.
"Oh Ya?? Benarkah.. mengapa bisa kebetulan seperti ini." Ucap Denise tak menyangka Yongjae mengalami nasib serupa dengannya.
"Iyaa.. kejadian itu juga tiga tahun yang lalu. Namun itu di florence. Dan aku juga tak mengingat apa-apa mengenai kejadian itu karena aku juga tak sadarkan diri setelah itu." Balas Yongjae pelan.
"mengapa bisa kebetulan seperti ini. Ini aneh sekali. " Ucap Denise tiba-tiba.
"Kebetulan yang seperti takdir." Ucap Yongjae menambahkan.
"Tapi menurutku di dunia ini mungkin tak ada namanya kebetulan. Mungkin memang kita dipertemukan seperti ini. Bagaimana mungkin kamu bakal menjadi seorang part timer di cafe yang aku kelola. Dan kita juga mengalami hal yang sama." Balas Denise tiba-tiba yang membuat Yongjae berpikir sejenak.
"Iya.. kata-katamu ada benarnya, Denise. Bagaimana mungkin dari sekian cafe yang ada di Seoul, aku menjadi part timer di cafe matcha. Mungkin kita memang sudah seharusnya bertemu seperti ini." Ucap Yongjae sembari tersenyum.
"Ah kamu Yongjae ada-ada saja. Ayo kita segera pergi. Sebelum nanti ada yang mengenal kita." Ajak Denise untuk segera meninggalkan cafe dan kembali ke Matcha Cafe.
"Iya.. baiklah..." ucap Yongjae yang akhirnya mengikuti langkah Denise untuk kembali ke Cafe.
🍨🍨🍨