Chereads / Matcha Shop, I'm in Love / Chapter 10 - 9. Hello My Bestie, Hello London

Chapter 10 - 9. Hello My Bestie, Hello London

Heatrow Airport memang tak pernah sepi dari penumpang. Ribuan pesawat berlalu lalang setiap tahunnya. Dan jutaan penumpang pergi dan kembali ke London melalui bandara ini. Sudah hampir dua tahun, Denise tak menginjakkan kakinya pada bandara ini yang juga merupakan bandara tersibuk di London. Jutaan penumpang tiap tahunnya berlalu lalang baik warga negara Inggris maupun luar negeri ada disini.

Berbagai tujuan mulai dari berlibur, melanjutkan sekolah, bisnis atau sekedar transit kumpul disini. Namun dari sekian tujuan populer penumpang yang pergi ke London, bukan merupakan tujuan Denise ke London.

Tujuannya adalah pulang ke rumahnya. London adalah Hometown baginya karena sebagian keluarganya telah menetap dan tinggal di London. Denise pun tak sabar untuk menemui Mama dan Papanya serta Neneknya.

"Waah… Heatrow tetap sibuk yaa.. mau itu weekday atau weekend." Gumam Denise di bagasi claim menunggu kopernya turun dari pesawat. Denise sudah tak sabar ingin cepat-cepat sampai rumah. Dia telah rindu mama dan papanya.

Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, Denise akhirnya tiba di rumahnya. Rumah tiga lantai dengan dilengkapi taman dan sebuah halaman yang cukup luas di salah satu sudut perumahan private dan elite di Kota London ini sudah hampir dua tahun ditinggalkan Denise demi mencari jawaban semua pertanyaannya tentang hilang ingatan dan peristiwa di Florence dua tahun lalu.

Meski rumah ini terbilang cukup besar, namun Denise kadang merasa kesepian. Kedua orang tuanya sibuk bekerja dan dia merupakan anak tunggal membuat dia tinggal hanya merasa sendiri walau kadang dia ditemani asisten rumah tangganya. Dan itu semua membuat Denise mencari kebahagiaan yang sesungguhnya. Denise mulai menemukan kebahagiaan itu dengan membuat Kue. Dia bisa menuangkan ekpresinya baik marah, sedih, senang, cemas dalam bentuk kue-kue. Ide yang kreatif serta pantang menyerah menemukan resep-resep baru, membuat Denise sukses membuat café pertamanya.

"Mom..i'm coming…" panggil Denise saat membuka pintu rumahnya.

"OMG.. Denise…Sayang… kapan kamu datang.." peluk Mamanya sesaat melihat Denise bersama dengan kopernya.

"Barusan sampai, Ma.." balas Denise dengan pelukan hangat.

"Papa dimana, Ma.."

"Papa masih kerja sayang…"

"Kamu mau makan apa? Nanti mama masakin.."

"Apa ya Ma.., spaghetti?"

"Okay…nanti mama masakin."

"Ma…Denise tapi mau istirahat dulu ya.. sepertinya jetlag nya dari Seoul baru kerasa sekarang."

"Iya sayang… kamu istirahat dulu.."

Denise pun meninggalkan mamanya dan segera bergegas ke lantai dua. Sudah lama rasanya ria tak menjumpai kamar yang telah ditinggalkannya selama dua tahun. Kamar bernuansa pink dengan berbagai boneka mulai dari teddy bear hingga strawbery shortcakes masih terpajang disana.

Denise pun menghempaskan badannya di tempat tidur sesaat masuk kamarnya. Rasa lelah dan kantuk yang menghinggapi dirinya sudah tak tertahan. Tak lama kemudian dia mulai tertidur.

"Yongjae…kamu yakin tidak mau makan?"

Yongjae menggelengkan kepalanya.

"Kamu aja deh. aku masih kenyang."

Denise pun menghentikan makan kue yang ada di hadapannya.

"Kamu kenapa? Tiba-tiba jadi ngambek gini."

Denise tersenyum melihat Yongjae cemberut sembari menatap makanannya.

"Habisnya kamu lebih milih nonton idol yang kamu suka daripada menghabiskan waktu bersamaku. Kamu tahu kan liburanku di Florence tinggal seminggu lagi."

"Iya…iyaa..maaf yaa..baiklah…bagaimana kalau kita liburan bersama sebelum kamu balik ke Seoul."

"Okay.. aku suka itu.. " Yongjae kembali tersenyum dan semangat kembali.

"Kalau ke kebun teh gimana?" ucap Denise mengusulkan.

"Sepertinya seru…"

"Okay.. abis ini aku akan cari lokasi kebun teh di daerah Florence." Seru Denise bersemangat.

"Asyik....makasih Yongjae..." ucap Denise yang spontan memeluk Yongjae.

Beberapa saat kemudian…

Denise terbangun dari mimpinya. Dia pun terdiam sesaat sembari mengamati sekitar. Ternyata adalah kamar tidurnya di London.

"Oh iya.. aku di London sekarang. Mimpi apa tadi..Kenapa terasa nyata sekali." ucap Denise saat terjaga dari tidurnya.

Denise pun kemudian melihat jam dinding di kamarnya. Jam delapan malam. Ternyata hampir enam jam dia tertidur lelap. Dia pun kemudian bangkit dari tidurnya dan bergegas turun ke lantai satu.

"Denise…" Papa Denise memeluk puteri semata wayangnya sesaat saat dia pulang kerja.

"Papa…" sambut Denise dengan antusias.

"Kenapa tak hubungi Papa.. kan papa bisa jemput kamu di bandara."

"Tidak usah, Pa. Denise tahu papa sibuk bekerja."

"Denise..Papa….ayo kita makan malam dulu.." ajak Mamanya sembari kembali ke ruang makan.

"Iya, Ma.." Jawab Denise sambil menyusul Mamanya menuju ruang tamu.

"Naah…mama masakin makanan kesukaanmu, Spaghetti bolognise. Mama juga masakin Chicken teriyaki untuk Papa."

"Waah…makasih Mama…" Denise pun tersenyum senang menikmati makanan buatan mamanya.

"Terima kasih, sayang. Ini kesukaan Papa." Ucap Papa Denise sembari melahap Chicken Teriyaki favoritnya.

Usai makan malam, mereka berbincang bertiga mulai dari kegiatan Denise di Seoul, bisnis keluarganya serta kegiatan Papanya selama bekerja. Bincang-bincang hangat namun sebenarnya moment seperti itu yang ditunggu Denise. Sudah lama rasanya dia bisa berkumpul bersama dan berbincang-bincang ringan dengan Papa dan Mamanya.

"Denise.. bagaimana dengan ingatanmu. Apakah sudah ada perkembangan?" tanya Mamanya tiba-tiba.

Denise pun menggeleng pelan.

"Belum, Ma.. Denise masih belum bisa mengingatnya. Tapi Denise yakin, denise pasti bisa kembali menemukan ingatanku yang hilang. " ucap Denise pelan.

"Mama tahu itu sayang. Tapi jangan terlalu dipaksakan ya.. biarkan waktu saja yang akan mengembalikan ingatanmu dengan sendirinya. Mama tak ingin kau stress karena terlalu memikirkan ini semua." Ucap Mamanya sedikit cemas dengan kesehatan puterinya.

"Denise.. jika kamu merasa lelah atau ingin istirahat dari membuka cafe, sebaiknya kamu kembali ke London dan istirahat. Papa tahu kamu berusaha menemukan ingatanmu. Tapi papa berharap kamu selalu menjaga kesehatan. Papa tak ingin peristiwa dua tahun lalu terjadi lagi." Sahut Papanya yang terlihat khawatir

"Iya, Ma..Pa.. Denise mengerti. Mama dan Papa tenang saja. Denise akan selalu menjaga kesehatan dan istirahat yang banyak." ucap Denise menenangkan hati kedua orang tuanya.

Denise juga berharap ingatannya segera pulih. Meskipun dia tahu akan berhadapan dengan goresan kenangan yang mungkin akan bisa membuatnya sedih atau bahagia. Cepat atau lambat dia harus menghadapinya. Hanya tinggal waktu yang akan membuka kotak pandora itu.

"Denise..kau sudah punya pacar?" tanya Mamanya yang membuat sedikit kaget.

"Denise sudah punya pacar, Ma??" tanya Papanya kaget.

Pacar? Kalau suka merhatiin seseorang tapi masih belum tahu perasaan yang ada sebenarnya bisa dibilang suka ga sih?

"Denise..denise…"

"Hah..iya, Ma..iya…"

"Kamu belum jawab pertanyaan mama…"

"Sejauh ini belum ada, Ma..Pa.. lagian Denise masih fokus sama kerjaan Denise di café."

"Kalau udah ada..jangan lupa kenalin sama mama dan papa.." goda Mama Denise sembari tersenyum.

"Aah..mama…iya…iya…nanti kalau sudah ada.. Denise pasti kasih tahu." Balas Denise yang juga membalas senyuman mamanya. Dan entah kenapa tiba-tiba pipinya menjadi merah. Oh Denise.. tahan pipi…tahan pipi.. kenapa jadi merah gini.

Usai makan malam dan berbincang dengan kedua orang tuanya, Denise kembali menuju kamarnya. Denise ingin segera menghubungi sahabatnya, Yumi dan Cheline.

"Halo Cheline… Yumi…" panggil video call Denise bersemangat pada kedua sahabatnya.

"Hallo Denise..wait..wait..wait.." ucap Yumi menghentikan pembicaraannya.

"Kenapa Yumi…" tanya Cheline keherenan.

"Cheline.. apakah kamu tak merasa aneh melihat background ruangan Denise.."

"Oh iyaa.. sepertinya familiar.." Yumi pun mulai mengamati ruangan dimana Denise melakukan video call.

"Denise..apakah kau pulang ke London??" tanya Yumi penasaran.

"Surpriseeeeee!!!" teriak Denise bersemangat.

"DENISEEE…Are You Serious…!" Cheline pun mulai memastikan dimana sahabatnya saat ini.

"Yeah..i'm back… aku di London. Aku di rumahku sekarang."

"Aku masih tak percaya…"

"Ayo maen ke rumahku..besok kita jalan-jalan." Ajak Denise senang.

"Besok? Waaah…sepertinya aku ga bisa.. sorry Denise.. aku harus bekerja. Maybe next time or weekend."

"aku juga.. aku tak bisa mengajukan cuti dadakan.."

"Yaah..sayang banget..padahal aku kangen banget pengen ketemu kalian." Ucap Denise tampak sedikit kecewa.

"Sorry Denise…"

"I'm Sorry Denise.. jika kau mengatakannya lebih awal.. mungkin aku bisa menyampaikannya terlebih dahulu pada atasanku."

"It's Okay Guys.. tapi janji yaa.. weekend kalian harus mengosongkan waktunya untukku."

"Iya..tentu dong…"

"Ok Denise..i'll promise."

Walaupun sedikit kecewa karena kedua sahabatnya tak dapat menemaninya besok, Denise tak dapat berbuat apa-apa. Karena dia juga tahu kedua sahabatnya memiliki kesibukan masing-masing dan memiliki pekerjaaan yang telah ditentukan jadwal kapan mereka dapat libur.

🍨🍨🍨

Sehari kemudian…

Pagi itu Denise merasa lelah sekali. Setelah berjam-jam di udara melintasi benua dan negara, akhirnya dia sampai juga di Kota London. Rasa jetlagnya masih terasa. Dari luar jendela kamar Denise terlihat salju mulai turun di malam itu. Mobil yang berlalu lalang mulai memperlambat kendaraannya agar tak tergelincir oleh salju. Denise juga belum beranjak dari tidurnya.

"Oh…sudah pagi rupanya.." gumam Denise sendirian yang terbangun setelah mendengar suara mobil-mobil di luar rumahnya.

Mamanya pagi itu tampak sibuk di dapur. Dia tak ingin melewatkan moment bersama puteri semata wayangnya yang jarang pulang ke London. Mama Denise sedang membuat sandwich serta waffle kesukaan Denise. Tak lupa Mama Denise juga menyiapkan sirup maple dan cokelat hangat khusus buat Denise.

Denise yang telah bangun segera turun menuju lantai satu dan dapur rumahnya.

"Morning, Mom.."

"Pagi sayang… gimana tidurnya..?"

"Kerasa banget capeknya, Ma. Tapi nyenyak banget." Balas Denise sembari duduk di meja makan.

"Mama udah buatin sarapan buat kamu."

"Terima kasih, Ma.."

"Kamu jadi hari ini mau keliling London?"

"Iya Ma.. tapi sepertinya Denise akan pergi sendirian. Yumi dan Cheline harus bekerja."

"Oh Gitu.. sayang sekali yaa. Padahal kamu menunggu liburan bersama mereka berdua."

"Tapi mau gimana lagi.. ya udah deh.. Denise sendiri aja jalan-jalannya."

"Ting..Tong…Ting…Tong.." tiba-tiba bel rumah Denise berbunyi saat mama dan dia menikmati sarapan.

"Waah..siapa yang datang pagi-pagi yaa..Denise…tolong kamu buka pintunya."

"Iya, Ma.." Denise kemudian berjalan menuju pintu rumahnya dan mulai membuka pintu perlahan.

"Surprise!" seru Cherine dan Yumi saat memasuki rumah Denise.

"Aku kira kalian bilang tak bisa datang." Ucap Denise kaget melihat kedua sahabatnya datang.

"Kami sengaja mau ngasih kejutan.." balas Yumi terlihat senang kejutan mereka berhasil.

"Kami langsung mengajukan cuti tiga hari untuk menemani kamu liburan." Jawab Cheline tersenyum.

"Waah makasihh yaa.. Cheline…Yumi…" peluk Denise kepada kedua sahabatnya.

"Ini buat kamu Denise." Ucap Cheline seraya menyerahkan bingkisan pada Denise.

"Apa ini…" Denise penasaran dan membukanya perlahan.

"Waah…ini bagus sekali miniaturnya..makasihh Cheline…Yumi " ucap Denise bahagia.

Hadiah yang diberikan Cheline dan Yumi merupakan miniatur yang dibuat oleh Cheline dan yang membelikan perlengkapannya adalah Yumi. Sebuah miniatur Café dengan gambaran detail dalam dilengkapi oleh meja dan kursi serta counter. Semua tampak indah dan rapi dengan warna-warna yang cerah. Mirip dengan café Matcha di Seoul.

"Iya…sama-sama.. maafin kita belum sempet kesana. " ucap Yumi sedikit menyesal.

"Sebenarnya miniatur ini pengen kami bawa saat mengunjungimu di Seoul, tapi berhubung kamu udah balik duluan ke London. Ya udah deh sekalian." Pengelasan Cheline sembari tersenyum.

Denise pun memeluk kedua sahabatnya ini. Dia senang sekali bisa bertemu kembali dengan keduanya.

"Kalian memang paling ngertiin aku. Thanks ya guys!"

"Iya..iya.. Denise…jadi ga kita jalan-jalan?" ajak Yumi bersemangat.

"Iya..iya…ayok…." Balas Denise sembari tersenyum.

"Ok.. kamu yang nyetir yaa.. mau pake mobil Yumi atau gimana?" tanya Cheline yang berangkat bersama Yumi.

"Ehm… kita pakai mobilku saja. Sudah lama rasanya aku ga naik mobilku. Kangen juga.." ucap Denise bersiap mengambil mobilnya di garasi.

"Ok kalo gitu.. let's go"

Denise dan kedua sahabatnya tampak semangat menjelajahi Kota London pagi itu mulai dari London Eye, Big Ben dan Tower Bridge. Ketiga ikon London yang terkenal di dunia. Mereka tak lupa untuk berpose bersama dan membeli pernak-pernik khas London. Walaupun sebenarnya sudah hampir sepuluh tahun tinggal di London.

Denise, Yumi dan Cheline ingin merasakan bagaimana wisatawan berkeliling menikmati keindahan kota London. Dan sebenarnya juga mereka juga tak sempat jalan-jalan karena terlalu sibuk bekerja.

Karena keasyikkan berkeliling, tanpa terasa hari telah menjelang senja. Mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke sebuah café tak jauh dari mereka berada saat ini. Setelah selesai memesan makanan dan minuman, mereka pun mengobrol hangat.

"Denise…Sekarang katakan pada kita.. kamu ada masalah apa…?" Tanya Yumi tiba-tiba.

"Iya benar. Sepertinya ada sesuatu yang ada di pikiranmu." Balas Cheline penasaran.

"Bagaimana kalian bisa tahu…" ucap Denise terlihat kaget mengetahui kedua sahabatnya dapat membaca pikirannya.

"Kau tahu Denise.. kita bersahabat bukan hanya setahun dua tahun.. tapi hampir sepuluh tahun. Kami pasti tahu…. Jika ada sesuatu yang mengganjal hatimu." balas Cheline bijak.

"Iya.. dan lagian kamu mau nyoba main rahasia-rahasian.. pasti kebaca deh sama kita." Goda Yumi pada sahabatnya ini.

"Aah..kalian…baiklah..aku akan menceritakan sebenarnya."

Denise pun mulai minum jus strawberry di atas mejanya dan mulai kembali bercerita.

"Sebenarnya ada orang yang aku suka saat aku di Seoul." Denise mulai bercerita samnil menyantap french toast yang dia pesan.

"Sebentar.. sebentar.. ini cinta pertamamu kan?"

Denise pun mengangguk dan tersipu malu. Dia mengakui setelah sekian lama akhirnya dia merasakan namanya jatuh cinta.

"Siapa namanya?" tanya Cheline penasaran.

"Seo Yongjae." Ucap Denise singkat.

"Sepertinya aku pernah mendengar namanya. Dia seperti nama aktor terkenal dari Korea." Ucap Yumi bersemangat.

"Memang dia dia orangnya." Ucap Denise pelan.

Yumi yang sedang minum jus jeruk yang dia pesan tiba-tiba tersedak.

"Apa kau bilang Denise?" tanya Yumi mencoba menanyakan kata yang didengarnya dari Denise.

"Waaah asyik banget. Bagaimana kau bisa mengenalnya?" Cheline pun ikutan penasaran.

"Dia pernah menjadi part timer di Café Matcha selama satu bulan."

"Aku mau dong daftar jadi pegawaimu jika ada Seo Yongjae yang jadi part timernya." Goda Yumi yang membuat pipi Denise tiba-tiba memerah.

"Ah..kalian…aku serius nih.."

"Iya..iya…kamu mau tanya apa?" Yumi kembali menjadi serius.

"Sebaiknya aku lupakan saja perasaanku pada Yongjae.. atau aku jujur padanya dan nyatakan perasaanku." Tanya Denise sungguh-sungguh.

"Mengapa kau terlihat tak bersemangat saat kamu mengatakan kau akan menyerah? Dan kenapa kamu harus melupakannya?" tanya Cheline sembari menghabiskan sepotong kue tiramissu di atas mejanya.

"Seo Yongjae..akhir-akhir ini selalu dikaitkan dengan lawan mainnya Han Areum. Dan banyak orang yang mengatakan mereka sangat cocok."

Denise pun tak memungkiri kembalinya ke London adalah salah satu dari pemikirannya mengenai hubungannya dengan Yongjae. Dia ingin menenangkan diri sekaligus berkumpul dengan keluarga dan para sahabatnya.

"Denise…kau tahu…Denise yang kita kenal adalah Gadis mandiri yang percaya diri dan mempunyai tekad yang kuat untuk meraih kesuksesan. Dan kami yakin kamu pasti bisa melakukannya. Jadi jangan ada pemikiran minder atau ragu seperti itu. Kamu sudah melakukan yang terbaik. Jika memang dia jodohmu..dia akan kembali dekat dan dipertemukan dalam keadaan susah atau senang. Karena kalian selalu bersama." Yumi mulai bersemangat menjelaskan pemikirannya.

🍨🍨🍨