Chereads / Kiana / Chapter 3 - Pencarian Bahan

Chapter 3 - Pencarian Bahan

Matahari yang bersinar cerah menyambut wajah manis Kiana, yah mereka bertiga melakukan perjalanan untuk mendapatkan bahan yang diperlukan dalam pembuatan pedang Kiana. Karena permintaan Bramana semalam dan Gerald menyetujuinya, tetapi dia memberikan satu persyaratan yaitu dia harus ditemani oleh Bramana dan Kiana. Bramana yang sedang mencoba meminum airnya bingung mau menjawab apa

"jangan terkejud gitu. Kamu dulu agar bisa membuat pedangmu kan kamu sendiri yang mendapatkan bahanya. udah percayalah padaku" dengan nada yang serius dan wajah yang tidak meragukan, dengan keyakinanya sambil memegang erat pedangnya yang ditaruh dipinggangnya Bramana mengiyakan permintaan Gerald, dengan senang Gerald langsung merangkulnya dan mengajaknya bersulang, Itulah kenapa mereka bertiga melakukan perjalanan itu, karena Bramana tidak terlalu khawatir dan sambil berjalan dia melihat Kiana yang semakin hari semakin kuat. dengan perlahan dia dapat mengendalikan kekuatanya sedikit demi sedikit.

"Ayah kita mau mencari bahanya dimana?" Tanya Kiana dengan lugunya

"tidak jauh kok, tempat itu sering didatangi ayahmu untuk membuat pedang hitamnya" sambil merangkul Bramana dengan membuat senyum menyeramkan diwajahnya. Bramana yang mendengar itu perlahan menoleh kearah Gerald dan melihat wajah mencurigakanya, dia merasa bahwa mereka bertiga sedang menuju Gua Hitan. Sambil menelan ludah dan melihat Kiana dia mencoba untuk membuang kekhawatiranya, dia percaya akan kekuatan Kiana sekarang. Perjalan kegua Hitan memakan waktu sekitar setengah hari, jadi sebelum sampai disana mereka memakan bekal yang mereka bawa.

dipadang rumput yang indah dan asri, di tempat yang sedang mereka bertiga untuk singgah itu, dulunya adalah tempat Bramana dengan seseorang wanita cantik pernah bertemu. Dulu Bramana sebelum melakukan tes untuk masuk menjadi tentara kerajaan Baraska dia sering latian dipadang rumput itu sambil mencari kayu untuk kebutuhan dirumahnya kala itu. setelah sudah mengumpulkan kayu yang cukup, dia mencabut pedang kayunya dan melatih gerakan berpedangnya dan menciptakan jurus-jurus berpedang yang cukup kuat. Setelah Bramana muda berlatih dengan giatnya dia melihat sosok wanita yang sedang berada ditepi sungai, Bramana melihat wanita itu sedang menggendong burung hantu yang sedang terluka akibat jebakan manusia. sambil mengendap-endap Bramana melihat wanita itu dibalik semak, ternyata wanita itu memiliki kekuatan sihir berupa sihir Air. Sihir Air adalah sihir yang paling efektif untuk melakukan penyembuhan, setelah melihat burung hantu yang berhasil wanita itu sembuhkan, tanpa sengaja karena Bramana dengan takjub melihat sihir wanita itu dia berdiri dan langsung blak-blakan menyapanya dengan terkejud wanita itu mundur kebelakang dan terjatuh kedalam air. karena cukup dalam dan wanita itu panic, dia lupa cara berenang dan dengan sigap Bramana langsung melompat dan menolongnya.

"kau tidak apa-apa?, maaf sudah membuatmu terkejud" sambil nafas yang masih terengah-engah Bramana memintaa maaf akan perilakunya yang buruk

"aku nggak papa, maaf ya bajumu jadi basah semua" sambil menggengam kedua tanganya lalu wanita itu membuat bajunya dan baju Bramana kembali kering

"level berapa sihirmu?" sambil terkagum-kagum

"masih level 2" sambil malu-malu menjawab pertanyaan Bramana

"wah keren, aku ajah masih belum bisa melakukan sihir. Bahkan aku tidak tau sihirku apa. Memang aku lemah ya, hahaha" sambil tersenyum melihat kearah wanita yang masih malu untuk melihat Bramana

"oh ya. Namakau Bramana Andreaspa, aku calon Pasukan Tentara Kerajaan Baraska. Salam kenal" sambil berdiri dan tersenyum kearah wanita itu

"eh eh, iya salam kenal" sambil malu sampai menundukkan kepalanya

"kalau boleh tau siapa namamu?" sambil penasaran Bramana terang-terangan menanyakan itu

"namaku Riris Vansmoke. Maaf ya karena tidak memperkenal diri" sambil berdiri Riris memperkenalkan diri

"Vansmoke ? wah kamu keturunan pengendali sihir tingkat tinggi ternyata, kenapa kamu berada disini" sambil duduk dibawah pohon dan membuka bekalnya

"aku melatih sihirku karena aku mau mejadi seorang dokter untuk kerajaan Baraska" sambil melihat bekal yang dibawa Bramana

"wah mulia sekali tujuanmu, eh kamu lapar ya? Maaf ya bekalku Cuma nasi putih saja. Kamu pasti tidak suka kan. Jadi tunggu sebentar disini ya" sambil mengambil pedang kayunya dia berjalan menuju sungai, lalu Bramana langsung memasang kuda-kuda dan langsung menghempaskan tebasan pedangnya kearah sungai dan itu membuat air yang sebelumnya tidak terlalu deras langsung terhempas keatas dan seketika ikan-ikan yang ada dilam sungai mulai berterbangan dan Bramana langsung mengkapinya dari bawah

"wah lumayan dapet banyak ,cukuplah buat berdua. Riris bisa bantu aku membawa ini" sambil tersenyum kearah Riris

"ah, iya bentar aku kesana" Riris yang masih tidak menyangka pertemuanya dengan Bramana, laki-laki kuat yang masih belum bisa menggunakan sihir samakali tapi kekuatan fisiknya sangat mengagumkan, mereka berduapun pulang bersama karena sudah sore hari dan dari situlah awal dari kisah Bramana dan Riris.

Wush cuit cuit cuit

Angin berhembus dengan lembut membuat siang itu sangat nikmat

"teringat masa itu ya ?" Tanya Gerald sambil menghisap cerutunya

"hem, iya. Wanita yang sangat pemalu" sambil tersenyum menadahkan wajahanya kearah langit

"yah pemalu, Riris. Apakah Riris ada di Kiana?" sambil melepas cerutunya dari mulutnya

"yah, sama-sama wanita kuat dan selalu membuat orang disekitarnya gembira. Itulah mereka berdua" sambil tersenyum dan duduk menyila melihat rumput yang luas

"ayahhh kapan kita ambil bahan untuk pedangnya" sambil memegangi permen apel kesukaanya

"yah yah, ayok kita berangkat" sambil beranjak berdiri

"haaaahhhh. ayok. Kita buat Riris tersenyum" sambil tersenyum dan mereka berdua melihat Kiana yang sedang membereskan sisa mereka makan.

Perjalanan berjalan cukup singkat setelah makan siang karena memang tinggal sedikit lagi dan akhirnya sampailah mereka bertiga di mulut Gua Hitan, disana banyak sekali Kristal-kristal sihir dan masih banyak lagi bahan-bahan lainya yang berguna untuk dijadikan pedang ataupun keperluan lainya. Gerald yang memipin perjalanan itu tiba-tiba mengeluarkan palunya, dengan kekuatan penuh dia memukulkan palunya ketanah sambil berkata "DESTROYER" mendengar itu Bramana langsung menyuruh Kiana untuk bersiap, Kiana yang masih belum punya pedang sungguhan dia hanya mengeluarkan pedang kayunya, tapi jangan salah sangka pedang kayu itu bukan pedang kayu biasa, itu adalah pedang kayu yang terbuat dari kayu pohon yang sudah berumur 1000 tahun, pohon itu bernama "ANGKARE" dan pembuatan mulai dari pemotongan hingga tahap akhirnya dilakukan oleh pembuat pedang terbaik di seluruh penjuru dunia yaitu Jijio Gardmen yang bukan lain adalah ayah dari Gerald Gardmen. Setelah melakukan dentuman keras yang mengakibatkan banyaknya keluar hewan-hewan yang cukup mengerikan hingga tiba-tiba muncul moster berwujud singa tapi memiliki sayap, dia biasa disebut Gigarus. Kiana yang pertama kali melihat itu cukup terkejud karena menurutnya itu aneh dia belum pernah melihat monster sebelumnya.

"jadi Kiana inilah ujianmu, kalahkan Gigarus dan ambil apapun yang diberikannya" pernyataan Gerald yang penuh dengan keseriusan sambil menaruh palunya disamping pinggangnya

"jadi ini latihanku apa bagaimana ?" Tanya Kiana dengan wajah kebingungan dan sambil bersiap-siap untuk mendapatkan serangan.

Dari berlakang Bramana langsung memegang pundak Kiana dan berdiri disampingnya

"mari tunjukkan hasil latihanmu selama bertahun-tahun, tunjukkan kepada ayah bahwa kamu bisa"

Kiana yang mendengar pernyataanya dari ayahnya dia langusng memulai kuda-kudanya

"yah"

dash

Kiana langsung melompat mencoba menghempaskan pedangnya dan ternyata itu gagal, tidak semudah yang dibayangkan gadis muda itu, Gigarus dengan mudah menangkisnya. Hanya dengan memutar badanya saja sudah bisa membuat udara disekitarnya berubah arah, yang mengakibatkan Kiana terhempas. Kiana mencoba mencari titik buta dari Gigarus tapi menurutnya cukup sulit karena Gigarus memiliki taring yang kuat, memiliki sayap yang kokoh dan ekor yang dipenuhi dengan tulang-tulang keras yang menonjol berbentuk runcing kerucut. Setelah berfikir secara singkat Kiana mencoba menyerangnya dari arah depan, Gigarus yang bertipe hewan buas juga langsung melaju kedepan dan membuka mulutnya lebar-lebar hendak mencoba mengigit Kiana, tapi Kiana menahan dengan pedangnya. Kiana yang masih menahan mencoba untuk mematahakan pertahan itu dan dia langsung mencoba menyerangnya bertubi-tubi tapi tetap gagal, Kiana langsung melompat mundur sembari menghela nafas sebentar. Gerald yang tetap melihat pertarungan itu sembari menyilangkan tanganya dan Bramana yang memperhatikannya dengan serius, dia teringat bahwa dia dulu pernah melawan Gigarus dengan pedang yang dipegang Kiana sekarang, dia teringat betapa kewalahanya dia melawan Gigarus hingga mendapatkan permata warna hitam yang kini dijadikannya pedang. Bramana beranggapan mungkin sekarang Gigarus lebih kuat karena dia sudah pernah melawannya dan dengan kekuatan Kiana sekarang dan semua yang ia ajarkan kepada Kiana itu adalah pengetahuan Bramana selama bertahun-tahun berlatih dan bertarung yang kemungkinan kecilnya Gigarus sudah faham, tapi dengan pengalaman Bramana dan melihat kegigihan dan ketangguhan Kiana dia yakin bahwa Kiana pasti bisa mengalahkan Gigarus.

Kiana teringkat akan kekuatan yang dia kembangkan sendiri tanpa sepengetahuan ayahnya, dia ingin mencobanya dengan kunci percobaanya adalah Gigarus. karena dia belum pernah mencobanya melawan mahluk apapun sebelumnya, dengan minimnya pengalaman dia nekat melakukan kekuatan yang tidak tau resikonya. Karena sebelumnya Kiana menggunakan kekuatan itu hanya sedikit mungkin hanya sekitar 10% nya saja, jadi kali ini dia ingin mencobanya.

"baiklah aku akan mencoba menggunakan ketiga jurus itu, pertama full body" sambil berfikir dengan penuh keringat dan menunggu pergerakan Gigarus selanjutnya,

"Full Body 10%"

sambil mencanpkan pedangnya ditanah dan seketika seluruh tubuhnya dialiri sihir petir warna biru, diapun langsung melesat dengan kecepatan penuh dan langsung mehunuskan pedangya kebagian samping Gigarus tetapi monster besar itu tidak merasakan apapun dia hanya kegelian.

"cih, tidak ada efeknya. Bahkan monster itu Cuma tertawa" sambil melihat Gigarus yang kegelian karena sengat petir kecil Kiana yang ngak terlalu berefek, Kiana mencoba meningkatkan skill Full Bodynya.

"Full Body 50%" Rambut Kiana langsung ikut mengambang seakan didalam air dan tubuhnya dialiri listrik berwarna kekuningan. Kiana langsung mencoba jurus yang sudah dia kembangkan sebelumnya

"Electric Speed"

Duash wussss

Kiana hilang dengan tiba-tiba tanpa sepengetahuan Gigarus, Kiana tiba-tiba berada dibelakang Monster besar berbulu itu, dia terus menerus melakukan pergerakan cepat dan baru terfikirkan bahwa mungkin rambut Gigarus dapat menahan serangan sihir tipe listriknya yang masih kecil itu, hingga akhirnya Kiana melihat bahwa dibawah Gigarus tidak memiliki bulu sama sekali dengan sigap Kiana langsung berada dibawahnya dan menusuk dangkal perut Gigarus dengan pedangnya dan menggunakan jurus barunya dan dimengeluarkan seluruh tenaga

"Electric Shock"

dari pedangnya langsung mengeluarkan aliran listrik yang cukup kuat hingga mengakibatkan Gigarus pingsan dibuatnya dan mengakibatkan semua bulu Gigarus berdiri.

Bramana yang terkesima melihat itu dan Gerald yang langsung tersenyum melihat perkembangan Kiana, Bramana langsung berlari ke Kiana dan langsung mengangkatnya.

"ayah yakin kalau kamu bisa" sambil memeluk Kiana, Kiana yang melihat ayahnya yang terharu akan pencapainya tadi dia ikut senang dan memberikan senyuman manis kepada ayahnya

"suatu saat nanti kamu akan menjadi wanita hebat Kiana" sambil mengusap kepala Kiana. Kianapun juga memberikan senyuman manis kepada Gerald. Tapi Kiana lupa karena sudah terlalu berlebihan kepada Gigarus, dia langsung mengusap-ngusap tangannya dan ditanganya lalu memunculkan cahaya yang menyelimuti sekujur tanganya, sambil menempelkan tanganya ke area perut lalu Gigarus langsung terbangun dan melihat Kiana, dia langsung ketakutan dan mundur hingga kepojok, tapi Kiana berjalan kearah Gigarus

"jangan takut, aku minta maaf ya buat yang tadi" sambil mengelus-elus Gigarus dan memberikan sengatan-sengatan kecil yang membuat Gigarus tertawa. Gigarus yang senang dengan perlakuan Kiana dan menganggap bahwa Kiana layak. Gigarus menunjukkan jalan ke tempat permata-permata mulia yang digunakan untuk bahan pedang. Setelah sampai Gigarus membuka pintunya dengan menempelkan kakinya di tempat dekat pintu berbentuk lingkaran, dan yang bisa membuka pintu itu hanyalah Gigarus karena dia memang mendapatkan tugas dari dewa untuk menjaga tempat itu. setelah terbuka didalam banyak sekali permata-permata berharga. karena Kiana sudah melewati ujianya dia dapat memilih satu Permata sihir untuk menjadi bahan utama pedang sihirnya.

"temukan permata yang memilihmu" ucap Bramana sambil memegang pundak Kiana

"jangan tergiur oleh warna ataupun aura permatanya" tambah Gerald. Kiana yang bingung karena disana banyak sekali batu permata, dia mencoba berjalan kedepan sambil melihat-lihat, siapa tau ada yang akan menarik perhatianya. Ada banyak sekali permata yang memikatnya tapi dia mengingat kata-kata ayahnya dan paman Gerald. sembari berjalan dia memikirkan apa yang diinginkannya, dia berkeinginan mendapat Permata sihir yang dapat meningkatkan kekuatan listrik yang dia miliki dari lahir dan suatu saat dia ingin mencari apa sebenarnya maksud dari kekuatanya.

"kenapa hanya aku yang memiliki kekuatan murni berupa sihir listrik, sedangkan ayah dan paman Gerald sihir yang dicapai. Hemmm, membingungkan" sambil berjalan dan melihat tanganya, dia teringat pertama kali pernah mengeluarkan kekuatan sihir listriknya. Tiba-tiba dari kejauhan ada muncul secercah cahaya yang mengarah ke Kiana, ternyata itu adalah permata ungu permata itu sebesar dua tangan Kiana, saat dia mencoba mengangkatnya ternyata beratnya tidak terduga. Permata itu sangat berat hingga Kiana ikut jatuh kebawa karena tidak kuat mengangkatnya. Dia berteriak memanggil ayahnya, Bramana dan Gerald yang mendengar itu berlari mencoba melihat keadaan Kiana. Melihat Kiana yang tangannya terjepit oleh permata, mereka tertawa sangat keras melihat itu.

"ayah! Malah ketawa lo, bantuin!" sambil menunjukkan wajah yang memerah tapi Bramana tetap tertawa

"iya iya maaf" sambil mengambil dan menaruh permata itu kedalam Tas

"baiklah mari kita pulang dan mari kita buat Pedangnya" ucap Gerald yang sangat antusias dengan penuh semangat. Merekapun berpamitan dengan Gigarus dan lalu pulang dan tidak terasa semua perjalanan panjang yang sudah mereka lalui memberikan pengalaman besar terhadap Kiana. Sambil melihat kearah matahari yang mulai terbenam dengan penuh rasa semangat didalam dadanya dia merasakan bahwa perjalanya akan terasa menyenangkan tapi terbesit rasa khawatir saat dia sesekali melihat wajah ayahnya.

"Kiana ayok udah sore cepat pulang, apakah kamu tidak rindu sama burung merpati yang kemaren" teriak Bramana sambil melambai-lambaikan tanganya ke Kiana

"oh iya, maaf. Dadah Gigarus. Nanti kalau ketemu lagi kita latihan bareng lagi ya" sambil menabur senyum ke Gigarus dan melambaikan tanganya

"hah" sambil senyum Gigarus mengangukkan kepalanya dengan penuh senyum bahagia karena sudah pernah bertemu dengan Kiana.

Merekapun berpisah disana. Kiana, Bramana dan Gerald melakukan perjalan Pulang.