Chereads / Kiana / Chapter 8 - Tania

Chapter 8 - Tania

Setelah mendengar seluruh cerita dari Tania, Kiana terdiam sambil memandangi tanah didepannya sambil memeluk erat Dark Fire.

"apakah aku boleh memanggilmu kakak?"

"iya bolehlah, malah aku sangat senang mendengarnya"

"baiklah"

"sebelum lebih panjang lagi, mulai sekarang kamu harus memperdalam ilmu sihirmu"

"iyaaa, past itu. Nah sekarang ayok kita kekota mencari informasi"

"et et et!" sambil menari baju belakang Kiana

"kan sudah kubilang, perdalam dulu sihirmu"

Srassshhhh

Dibawah kaki Tania keluar lingkaran sihir berwarna biru dan menyebar keseluruh area hutan

"kita perdalam ilmu sihirmu dan ilmu pedangmu dihutan ini, karena lawan kita bukanlah manusia biasah"

Glek

Kiana menelan ludah dengan wajah yang sedikit terkejut, dikarenakan dari Wajah cantik Tania menaruh wajah seorang Kakak yang cukup menyeramkan bagi kalangan para adik-adik.

"ayok kita keatas Bukit, kita mulai latihan disana"

"tapi kak, para penjahat itu sudah mengetahui diriku. Bagaimana kalau mereka menemukan kita?"

"diseluruh area hutan ini sudah kupasang sihir pendeteksi dan sihir belenggu jadi mulai dari orang awam dan bahkan penyihir tingkat ataspun tidak akan tahu"

"wah kakakku cukup hebat yaaa" sambil memperlihatkan raut wajah yang remeh kepada Kakaknya

"tampaknya kamu meragukanku ya" sambil tersenyum dan menunjukkan perasaan yang sebal Tania yang mendekap Kiana dari belakang

"jangan remehkan Kakakmu ini Kiana, kalau tidak ku panggang kau dengan ikan yang kamu makan tadi"

"hehehe, maaf maaf"

Mereka berduapun berjalan sambil mengumpulkan beberapa kayu bakar dan buah-buahan untuk bekal kedepannya. Takjubnya Kiana pada Tania, dia bisa melihat beberapa keahlian Tania, mulai dari lingkaran sihir yang besar tadi, sihir pembesar dan pengecil benda-benda mati dan bahkan kecepatan geraknya yang tanpa dibantu kekuatan sihir apapun. Sampailah mereka diatas. Tania langsung mengembalikan kewujud asli semua kayu-kayu dan buah-buahan yang mereka ambili tadi.

"nah sekarang kita bikin camp disini"

"wah indah banget kak, bisa lihat laut juga. Bahkan tempatnya tenang banget"

Ya disinilah tempat Tania dulu melatih ilmu sihirnya

"nih buku sihir yang aku pelajari dulu"

Syut

"eh?! benda kecil ini beratnya lumayan" ucap Kiana dalam hatinya

"kakak, benda sekecil ini kok beratnya kayak buku sejarah suatu Negara ya?"

"oh ya lupa"

Wuttt

"eh lo kok kede!!!"

"kakakkkkkkkk berapa BAB ini!"

"emmmm, kalau tidak salah 731 BAB"

Deg

"mati aku"

"udah pelajari itu sembari Kakak memasak untukmu dan membuatkan camp buatmu latihan kedepanya. DADAH"

"Kakakkkk!!!"

Malampun hampir tiba, senjapun mulai menampakkan kecantikannya

Srek

Lembar demi lembar Kiana lalu dan sesekali dia melihat Senja yang semakin cantik dan Kakaknya menyiapkan semua keperluanya

"hem apakah ini akan menjadi perjalanan yang panjang. Wah cantik banget ya. Tidak terasa sudah seharian penuh aku bersama Kakakku yang baru aku temui. Apakah benar ini takdirku?" Sambil melihat raut wajah senang Tania. Tania sangat bahagia karena akhirnya bisa bertemu dengan Adiknya yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu

"aku tidak akan menyia-nyiakan kebahagian bersama adikku, aku akan melindunganya apapun yang terjadi. Aku akan menyadarkan Embrus kembali. Aku akan kembali mengambil dan memperbaiki Arestia seperti dulu lagi!, tidak bahkan lebih baik bersama orang-orang yang aku cinta. Tunggu aku JAKSA!" sambil sesekali teringat saat dia melihat tatapan kosong dari wajah Embrus saat bertarung dengan Bramana waktu itu.

Merekapun makan malam bersama untuk pertama kalinya, ternyata ditas kecil Tania dia menyimpan banyak barang mulai dari buku-buku dan peralatan memasak. Karena Tania makan sambil melamun Kiana yang anaknya sangat aktif mencoba menanyakan beberpaa pertanyaan kepada Tania

"Kakak ini melamun aja?"

Tania tetap terdiam, Kiana langsung mendekati kakaknya dan membisikkan

"Kakak, ada cowok yang mandangin Kakak tuh"

Tania langsung terfokus dan melihat area kanan dan kirinya

"ish. Kamu ini mengganggu saja"

"heeeeeeee, Kakak mesti mikirin cowok ya? Hayoo ngaku"

"huss, anak kecil jangan sok tau"

"heee, aku sudah 16 tahun lo, dikira aku bocah kemaren apa! Hem!"

"hehehe, gitu aja ngambek"

"jadi bagaimana sudah dapat pengalaman baru dari buku tadi?"

"beberapa sih kak, Cuma kenapa yang keterangan tentang sihir murni hanya sedikit banget?"

"ya karena tidak ada yang memiliki sihir murni selain kamu didunia ini. Yang ada hanya sihir turunan, dan itupun agar bisa menguasainya harus dipelajari dulu dan apabil ingin menaikkan level sihir harus mengorbankan waktu hanya untuk meningkatkan kekuatan sihir agar bisa naik kelevel selanjutnya"

"tapi kalau aku memang juga sihir murni kenapa aku juga harus menaikkan level sihirku?"

"karena gelang yang kamu pakai itu"

"gelangku?"

"ya ingat tidak ceritaku kemaren"

"ah iya"

"gelang itu menekan seluruh kekuatan sihirmu, sehingga kamu hanya memiliki sihir yang tidak terlalu banyak, mungkin hanya seperempat dari kekuatan sihir aslimu. Maka dari itu kamu harus melati sihirmu dan kekuatan tubuhmu agar kamu bisa lebih menguasai sihir murnimu. kamu harus biasa menguasai sihir level 3 baru kamu baru bisa memecah gelang itu"

"berarti gelang ini tidak akan bisa terlepas?"

"yah itupun masih Teoriku saja, entah apa benar seperti itu atau tidak"

"baiklah aku akan berusaha kak"

"siip, itu baru adikku" sambil mengambil piring dan menumpuk piringnya itu dicuci besok

Karena Tania terlalu sennag dilangsung memluk adikknya dan menggelitikinya dan seketika Tania langsung meneteskan air matanya dan langsung memeluk erat dan sontak dia berkata

"jangan tinggalkan aku sendiri lagi"

"Kakak jangan khawatir. Kita akan selalu bersama" sambil memegangi tangan Kakaknya yang mendekap lehernya.

Tania membalasnya dengan senyuman

"terimakasih. Yaudah ayok tidur besok masih banyak latihan lagi"

Keesokan harinya Kiana melakukan pelemasan sebelum melanjutkan latihannya, kali ini dia hendak meningkatkan staminanya dengan melakukan latihan fisik. Kiana memmulai latihannya dengan yang ringan mulai dari lari dan dilanjutkan dengan latian fisik lainnya. Tania sambil membaca buku tentang sihir-sihir tingkat atas, dengan panduan buku itu dia hendak menciptakan sihir yang dapat memperlancar gerak mana didalam tubuh seorang penyihir murnia seperti Kiana, buku demi buku dia baca hingga Kiana menyelesaikan latihan fisiknya.

"kak?"

"hem?"

"Kakak itu kok kuat sih baca buku berjam-jam, aku aja baca 3jam udah capek"

"hemmm, yaa karena aku suka membaca buku, dari buku aku bisa mendapatkan pengalaman baru yang tidak bisa aku dapatkan, aku bisa menambah banyak imajinasiku"

"wah kakak hebat ya, sambil berjalan-jalan pelan Kiana hendak kabur"

Sring

Jleb

Dari arah Tania terlempar pisau belati tepat didepan Kiana. Kiana terkjut dan langsung melihat kearah kakaknya

"mau kabur kemana ?"

"sambil istirahat bacalah bukumu itu"

"ya biaklah"

"hem males banget baca buku terus" ucap dalam hatinya

"cepat selesaikan buku itu agar kamu bisa segera menaikkan levelmu dan nanti sekitar jam 12.00, kita melatih ilmu pedangmu"

"hem? Kakak melatihku langsung?"

"iya, tanpa sihir apapun"

"heeeee, apakah Kakak bisa melawanku? Aku ahli pedang lo?"

Duash

Tania langsung menyerang Kiana dan menaruh mata pisaunya dileher Kiana

"yakin? Instingmu lemah, refleksmu lambat"

Lagi-lagi Kiana dibikin terkejut oleh kekuatan yang dimiliki Tania

"wahhhhhhhhh, kakak bisa sehebat itu. Baiklah aku akan belajar dengan giat:

Wushhhh

Kiana langsung berlari mengambil bukunya, dia langsung duduk dibawah pohon dekat Kakaknya membaca buku tadi

"he kaka ayok siini, baca buku bareng-bareng. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat"

"auranya yang tadinya malas langsung berubah, adikku sungguh unik"

Geleng-geleng

"hem, iya iya. Aku datang"

Ditengah-tengah sedang terhanyut dalam buku yang Tania baca, Tania dikejutkan dengan Kiana yang mencoba membentuk sihir dan selalu gagal yang mengakibatkan ledakan kecil disampingnya

"huahahaha, wajahmu. Hahahahaha"

"dih kakak ini, enggak tau adeknya usaha"

"wah cepat ya kamu bisa sampe Bab pemadatan sihir"

"iya dong, biar cepet dapat pengalaman baru dan cepet melatih fisikku agar aku bisa mengembalikan Arestia kemasa jayanya dan menjadikan kakak Ratunya"

"ha? Hahaha, iya pasti Kita bisa melakukanya"

"lebih rincikan dong kak caranya"

"apa? Tentang pemadatan sihir toh ?"

"iya"

Wung wung wung

"Electric Ball"

"gini maksudmu?"

"nah iya iya, gitu tu gitu" sambil menunjukkan wajah kagumnya

"kamu udah faham tentang Mana?"

"iyasih dikit, aku mengganti Mana dalam tubuhku dengan stamina yang tiap hari aku latih dan aku bangun"

"sebenarnya itu lebih bagus, karena Mana yang didapat dari latihan terus menerus akan menghasilkan mana yang bagus dan besar, tapi kamu juga harus bisa mengendalikan mana yang diberikan oleh alam"

"oh maksud kakak menarik Mana dari luar tubuh agar memelikitambahan mana mengendalikan sihir?"

"iya gitu, jadi kamu memliki sumber mana, dari Stamina yang kamu dapatkan setiap hari dan dari meminta dari alam"

"nah yang dari alam itu aku ngak pernah lakuin kak"

"cari dapetin mana dari alam kamu harus melalui meditasi, kamu harus mendekati alam dan berkenalan langsung dengan alam"

"yaudah ayok meditasi"

"he jangan sekarang aku masih mempelajari hal yang lebih penting"

"yaudah aku lanjut baca dulu"

Hendak Tania melanjutkan bacanya, Kiana bertanya kembali

"eh, tunggu bentar kak"

"apa?"

"bagaimana dengan portal yang diciptakan pemanah es itu dan portal yang diciptakan oleh paman Gerald?"

"kalau itu memanfaatkan ruang dimensi. Portal itu sama saja dengan Portal yang digunakan Paman Bramana untuk memindahkanmu waktu itu"

"oh"

"gimana? Apalagi?"

"udah cukup, tak lanjut baca"

Hening

"eh kak!"

"apa lagi?!"

"kakak ngak merasakan apa?"

"merasakan apa?"

"merasakan apa? Dilingkaran sihir yang sudah aku buat tidak ada apa-apa kok"

"aku merasakan aura sihir kuat"

Kiana langsung berlari kearah sumber sihir itu , dia merasakan aura sihir itu cukup dekat

"Kiana! Astaga anak ini, ada aja"

Kiana berlari semakin dekat, hingga dia sampai dan disusul oleh Tania.

"eh kok area ini terbakar, eh kok area sana membeku" ucap Tania dalam hatinya

"kak lihat itu"

"ha ? macan putih? Eh burung Garuda? Merekakan hewan sihir yang sudah punah? Kenapa masih ada?"

"kakak lihat, mereka mengeluarkan sihir"

"tidak mungkin, pertanda apakah ini"

"kakak kenapa?"

Tania terduduk sambil memegangi kepalanya, dia teringat masalalunya.