Chereads / Kiana / Chapter 11 - Kebimbangan

Chapter 11 - Kebimbangan

Kiana yang asik mencari ikan tiba-tiba terpikirkan akan pedang Dark Fire. Dia terus berfikiran apakah dia bisa menggunakan pedang itu, karena pedang itu memiliki element dasar api sedangkan Kiana memiliki element dasar listrik. Dia teringat akan cerita Kakaknya bahwa dia memiliki kekuatan yang special. Tapi Kiana berfikiran mungkin itu hanya perasaan Kakaknya saja. Setelah mencari ikan cukup banyak Kianapun pulang untuk cepat-cepat memasak Ikan yang sudah ia tangkap karena dia sudah lapar sekali.

"hem, Dark Fire. Apakah aku bisa ya?" sambil perjalanan pulang dan memunguti kayu untuk bahan bakar

"oh iya, dulu ayah pernah cerita bahwa pedang itu harus menggunakan kontrak darah agar bisa mengeluarkan kekuatanya. Apakah aku harus melakukannya juga? Tapi ayah memang pemiliki sihir api, sedangkan aku tida. Hemmm. Memusingkan"

Tak lama Kianapun sampai di tempat berkemah dan melihat Tania yang sudah menyiapkan beberapa bahan makanan.

Bruk

"nih Kak ikannya"

"wah banyak banget Kiana"

"iyaaa kan kita sekarang bertambah dua anggota keluarga baru"

Muhit dan Petro tersentak mendengar itu, mereka tidak menyangka Kiana akan memiliki perasaan yang sejauh itu, Muhit dan Petro merasa tidak membantu apa-apa, tetapi Kiana sudah menganggap mereka berdua keluarganya. Mereka cukup terharu mendengarkan itu dan pipi Muhit langsung memerah, Petropun dengan cepat langsung menggoda Kakaknya itu

"hehe, keluarga nih. Merah banget mukaknya"

Deg

"mau ku cakar atau ku gigit lehermu, hah?!"

"hehe, santay dong Kak santay. Tegang amat"

"dasar Petro!!!"

Mereka berduapun bertengkar dan saring kejar-kejar"an.

"Petro jangan lari-lari. Lukamu belum sembuh total" Tania meneriakinya sambil menyiapkan api

"ngak papa kon Tan. Obatmu sudah membantuku cukup banyak"

"dasar bocah tidak tau sopan santun" Muhit tetap terus mengejarnya

Krek

"aduhhh"

"kenapa Pet"

"wlekkk, tipuan. Kaborrr" Petropun berlari cukup kencang

"dasarrr!!! Adek tidak tau diuntung. Awas kau"

"Ice Break"

Duak

Duak

Duak

"Burning"

Blar

"dih marah. Eh. Pedang. Wih auranya api hitam, keren banget"

"awas kau Petro"

Muhit langsung melompat kearah Petro

Ceplak

Petro langsung menapar Kakaknya

"Dasar kau Petro!"

"eh Kak lihat deh, Auranya Kuat banget"

"iya. itu pedang Kiana" sambil mengelus-ngelus pipinya yang terkena tampar Petro

Petro mencoba memegangnya

Crat

"aduh-duh"

"kamu kenapa Pet?"

"ngak apa-apa Kak. Pedang ini ada segelnya"

"wah. Jarang banget ya pedang tersegel gitu" sambil terlintas asumsi dipikiranya ini penyebab Kiana tidak memakai pedang itu

"Kiana" teriak Petro memanggilnya

"apa Pet?"

"sini"

"iya bentar. Bentar ya Kak tak tinggal dulu"

"iya"

Kiana yang sedari tadi membantu Kakaknya menghampiri Petro dan Muhit

"hem. Ada apa?" Kiana jongkok dibelakang Petro dan Muhit

"kamu bisa pegang pedang ini?" Tanya petro

"bisa. Kak Tania Juga bisa"

"hem. Begitu ya"

"kalau makeknya bisa?"

"kayaknya sih bisa. Tapi aku ngak bisa ngeluarin kekuatan dari pedangnya. Pedang ini harus melewati kontrak darah duku Pet. Dulu ayahku ketika mau makek kekuatan didalamnya ngegunain kontrak darah dulu untuk membukanya"

"Terus kenapa ngak kamu lakuin Kontrak?"

"ya bisa aja sih, Cuma aku ngk tau efeknya apa. Dulu ayahku pengguna sihir api jadi cocok. Sedangkan aku pengguna sihir listrik. Aku ngk tau apa bisa gunain sebaik ayah dan aku juga ngak tau efeknya bakal seperti apa di tubuhku"

"hem aku faham"

"kenapa ngk kamu coba pelajari sihir api?"

"bukannya manusia bisa Cuma satu element sihir?"

"iya. Itu memang benar. Tapi aku ngerasa kamu berbeda. Iya kan Kak Muhit"

"hem. He'eh. Iya. Bener kata Petro Aura sihirmu seperti Petro"

"ha? Aura sihirku seperti hewan sihir?"

"hampir mirip" ucap Petro menegaskannya

"aku ke Tania dulu ya" ucap Muhit sambil berjalan Kearah Tania

"Bagaimana Kiana? Mau mencobanya?"

"tubuhku bisakah?"

"aku rasa bisa. Bagaimana setelah makan siang kita mempelajari sihir api, Bagaimana?"

"bagaimana kalau besok aja, aku mau baca bukuku. Masih banyak lo halaman yang aku harus baca" sambil menunjukkan wajah kemalasanya, tapi tidak mengurangi wajahnya yang cantik

"kalau besok aku ngak bisa. Besok akiu harus mengajari Tania sihir Penciptaan"

"wah aku mau belajar juga dong"

"ngak-ngak. Kamu fokus belajr sihir api dulu"

"udah ayok Kita makan, habis itu istirahat lalu aku langsung ajari dasar dari sihir api"

Mereka berempatpun memakan hasil masakan Tania dan mereka makan siang dengan lahap, tidak dengan Petro dan Muhit mereka berdua tidak bisa diam. Mereka berdua terus berebut makanan, padahal ikan disitu masih banyak tapi dasarnya walaupun mereka saling menyayangi tapi mereka sering bertengkar memeasalahkan hal-hal kecing yang kurang penting.

"kalian bisa diam tidak?!" Kiana sontak marah dan tangannya langsung mengeluarkan aliran-aliran listrik

Crat

Akhhhhhhhhh

Bul bul

Muhit dan Petro pun terkena listrik Kiana dan sedikit gosong. Kianapun mengusap keduanya tangannya dan kembali duduk disamping Tania

"huh. Mereka itu tidak bisa diam apa. Makan aja sempatnya bertengkar"

"hahaha. Ya sudahlah. Walaupun mereka kekanak-kanakkan, mereka itu hebat lo Kiana"

"iya aku tau itu Kak. Tapi aku merasakan Petro jauh lebih unggul dari pada Muhit"

"kurasa sih begitu. Karena seorang Adik terkadang mendapatkan kelebihan lebih banyak dari pada Kakaknya. Ya contohnya kita, kayak Kamu lebih cantik dariku"

"dih. Kakak. padahal ya sama-sama cantiknya"

"yah, kalau begitu menurutmu. Wajarlah kita cantik karena ibunda juga sangat cantik"

"iyah pasti itu"

Taniapun tertegun sejenak

"Kakak"

"eh. Emmm, iya?"

"udahlah, udah ada aku sekarang" Kiana yang sambil memeluk Tania

"he'em. Makasih ya"

"yah"

Disisi lain Petro yang mulai tersadar dan disusul Muhit

"Kak Muhit!"

"hah hah, apa?"

"lihat tuh" sambil menunjuk kearah Tania dan Kiana

"wah bahagianya hatiku melihat mereka berdua" ucap Muhit sambil merangkul Petro

"yaudah Kak. Ayok lanjut makan"

"yah ayok"

Mereka semuapun melanjutkan makan siangnya dan mereka langsung istirahat. Tania dengan membaca bukunya dan Kiana yang tertidur bersandar dibawah pohon dan dipangkuanya tertidur juga Muhit dan Petro.

Hari hampir menjelang sore Kiana baru terbangun dari tidurnya, Muhit dan Petro sudah terbangun dari tadi. Muhit menemani Tania yang baru selesai membaca dan hendak mencoba untuk meditasi sebentar didekat sungai dan setelahnya mungkin akan mencari bahan-bahan makanan untuk dimasak nantinya. Kiana yang masih tergulai lemas dari tidurnya melihat kearah Petro, diapun berdiri dan sesekali masih menguap. Kiana lalu berjalan kearah Petro, dia terkejut melihat sekujur bulu petro yang berapi-api disetiap ujungnya.

"pet?"

Hening tanpa jawaban

"apakah dia meditasi? disini juga sepi, Kakak dan Muhit kayaknya kehutan" ucap Kiana dalam hati

"sini duduk depanku Kiana"

"hah? Ngapain? Baru aja bangun"

"udah duduk aja, aku ajari sedikit tentang sihir api"

"hem. Okelah"

"sekarang cobalah untuk melakukan meditasi. Tenangkan batinmu dan pikiranmu"

Kianapun langsung mengikuti intruksi dari Petro. Tak lama didalam alam bawah sadarnya dia bertemu Petro

"Kiana"

"loh petro"

"kalau udah gini baru aku lebih mudah mengajarimu. Kamu jangan khawatir, didalam sini aman dan diluarpun aman. Aku sudah membuat sihir penghalan disekitar tempat kita meditasi. Tidak aka nada yang bisa menembusnya" sambil berdiri depan kiana dnegan wujud Garudanya

"wah hebat juga ya kamu Pet. Lalu sekarang kita mau apa"

"karena kamu adalah seorang manusia yang memiliki kekuatan sihir murni, jadi kamu tidak pernahkan belajar bagaimana seorang manusia itu dapat memilih element sihirnya"

Bluar

Terciptalah area yang penuh dengan lahar dan api-api yang menyala dengan kuat

"inilah yang terpenting, biasanya bila manusia yang belum memiliki element sihir apapun akan dihadapkan dengan banyak sekali element alam. Agar bisa tahu mana sihir yang cocok dengan manusia itu sendiri. Tapi khusus untukmu kubuatkan tempat ini agar bisa lebih jelas pendapatan energy sihirmu terhadap api"

"oh. oke"

Petro langsung menarik salah satu bulu di sayapnya

"ini taruh dibagian tubuhmu"

"dimana?"

"dimanapun yang kamu suka"

Kianapun menempelkan bulu itu ke lengan kirinya

Sringgg

Blar

Mata Kiana menjadi merah kekuningan

"apa yang kamu rasakan Kiana?"

"tidak merasakan apa-apa. Apakah ini tidak apa-apa Pet?"

"wah hebat ya tubuhmu. Sepertinya tidak apa-apa. Akan seperti apa ya kalau gelangmu itu dibuka segelnya, aku rasa kamu akan menjadi manusia yang paling kuat diantara para manusia"

"jangan segitunya. Pasti ada yang lebih hebat dariku, tapi apakah aku bisa mengendalikan kekuatan yang sangat besar itu?"

"apa yang membuatmu ragu?"

"aku takut, aku tidak bisa mengendalikannya dan akan berakhir dengan menyakiti orang-orang disekitarku"

"kamu ingatkan siapa yang menyelamatkanku?"

"iya. Itu aku dan Muhit"

"ya itu sudah salah satu pembuktiankan. Jadi jangan khawatir mulai sekarang. Fokus pada tujuanmu mulai sekarang. Sudah duduk dan mulailah meditasi di tempat ya buat untukmu ini. Rasakan energy api disekitarmu mencobalah untuk menarik semua energy itu. Aku akan membantumu menyerapnya"

"oke"

Kiana langsung duduk dan memejamkan matanya, diikuti dengan Petro yang langsung membentangkan sayapnya dan menerungkup ke Kiana.

Di tempat lain, Tania dan Muhit sudah sampai disungai. Tania mencoba melihat keatas dan lalu jongkok didepan air dan menatap wajahnya kearah mata air sungai yang sedang mengalir.

"kenapa Tan?"

"heh? Enggak kok Muh. Ngak papa"

"udah cerita aja. Kita sama-sama seorang Kakak mungkin aku bisa bantu"

"iya-yah aku lupa. Aku sedikit kepikiran, apakah aku bisa menjaga Kiana. Karena dengan melihat yang Kiana yang kuat aku merasa akan membebaninya saja"

"kamu terlalu berburuk sangka. Mungkin aku juga merasakan apa yang sedang kamu rasakan dan mungkin aku baru saja melewati itu"

"iya?"

"iya. Petro itu sungguh kuat, sewaktu dipenjara dulu Petro lah yang memimpin pemberontakan tapi alhasil kami semua kalah. Seluruh hewan sihir mati, tapi yah hanya kami yang dapat bertahan"

"kok bisa gitu?"

"waktu Petro tidak sadarkan diri, dia itu sebenarnya menggunakan belenggu hitam yang menyelimutinya dan menggunakan energy hitam itu untuk menambah kekuatanya alhasil Petro memiliki kekuatan yang besar dan dapat menyelamatkan kami. Tetapi efeknya tidak dia pikirkan, yaitu kesadarannya akan diambil bahkan kalau tidak terselamatkan Petro akan kehilangan alih akan tubuhnya sendiri dan akan terus menerus tak sadarkan diri. Yah tapi untunglah ada kamu dan Kiana yang sudah membantuku"

"tapi Kiana berperan lebih besar daripadaku"

"bukan dilihat dari perannya, tapi mau tidaknya kita saling membantu. Kalau dilihat dari sisi paling menyedihkan adalah aku Tan, aku seorang Kakak yang tidak bisa membantu adiknya sendiri"

"kalau kamu melihatnya dengan jeli. Kamu dengan Kiana adalah susunan kesempurnaan"

"kok bisa gitu?"

"ya kan kamu tidak akan mengerti kalau kamu hanya melihat potensi orang lain tanpa melihat potensimu sendiri. Kamu pandai dalam berbagai bidang dan Kiana kuat dalam pertempuran. Kalau itu disatukan akan menjadi kombinasi yang menakjubkan bahkan mengerikan"

"begitu ya?" Tania tersenyum sambil melihat pantulan dirinya sendiri di air

"sudah. Mulai sekarang kembangkan potensimu dan ayok kita mulai meditasinya, keburu sore"

"oke"

Mereka berduapun melakukan meditasi bersama dan Muhit langsung membuat lingkaran untuk menjaga tubuh mereka saat melakukan meditasi.