Muhit yang terduduk dibawah pohon sambil menemani Petro yang sedang melakukan penyembuhan diri,dia melihat Kiana yang latih tanding dengan Tania. Dia melihat Tania yang sudah mempunyai pengalaman yang cukup banyak. ya walaupun secara kekuatan sebenarnya Kiana mempunyai kekuatan yang lebih besar darinya, Hanya saja kekuatan Kiana itu masih tersegel. Muhit yang melihat Kiana dari tadi terus-menerus kalah dari Tania, dia melihat semangat yang tinggi berada di Kiana. Dia sangat ingin sekali membantu Kiana, tapi dia canggung ingin menawarkan bantuannya. Tidak selang lama Petro terbangun dari tidurnya
"serius banget kak?"
Deg
"eh enggak kok" Muhit terkejut karena terlalu fokus pada latihan Kiana dan tidak mengiraukan Petro
"aku tau Kak Muhit sebenarnya memiliki empati kan kepada Kiana"
"eh enggak kok, ngapain empati sama manusia. Mereka kan Mahluk yang jahat"
"yakin nih? Kan Hewan sihir juga banyak yang jahat" sambil meragukan ucapan Muhit
"iya iya. Eh!" Muhit yang sedikit panik menjawabnya dan akhirnya dia keceplosan
"hehe. kan iya to, ngaku dari tadikan enak"
"aku merasa ada yang beda dengan Kiana"
"iya, aku juga sama"
"aku melihat aura sihirnya hampir sama denganmu"
"berarti dia kemungkinan bisa menguasai lebih dari satu jenis elemen sihir ?"
"mungkin, tapi itu masih teori tidak pasti"
"bagaimana kalau coba beritahu dia kak"
"yah nanti saja"
Walaupun cukup memungkinkan untuk Kiana menguasai lebih dari satu element sihir seperti Muhit dan Petro, Muhit ragu untuk mencobannya.
Kiana berlatih dengan penuh semangat, dia memiliki Stamina yang sangat banyak. Untungnya Tania dapat mengimbanginya, walaupun Stamina ya ia miliki tidak sebanyak Kiana. Sembari membetulkan gerakan Kiana yang cukup mudah terbaca dan kadang memiliki banyak celah, Tania memberi tahu bahwa kekuatan yang dia miliki waktu bergabung dengan Muhit cukup besar. Bahkan kemungkinan 50% kekuatan itu dapat mengimbangi ataupun mengalahkan Jaksa.
"udah dulu ya latihannya aku sedikit capek" sambil mengambil wadah air dekat Muhit dan Petro duduk
"lah kak, aku masih belum capek nih" sambil menunjukkan raut wajah kecewa yang imut, Kiana berjalan menuju kearah Tania untuk mengambil air minumnya juga
"coba kamu latihan sama Muhit" sambil meminum airnya
"ha aku?" muhit terkejut dan malu mendengar itu
"iya, aku mau melihat luka Petro dan membuatkan obat untuknya"
"widih. Ehem, Kak Muhit nih" sambil menyenggol-nyenggol Muhit
"apa sih!" wajah Muhit kian memerah
"kak. Cobalah apa yang kita bicarakan tadi. Lihat potensi Kiana, siapa tahu dia akan bisa lebih kuat dan membantu kita mencari masalalu kita yang sudah hilang"
"iya, baiklah Pet"
Muhit berjalan kearah Kiana yang sedang meneguk air minumnya
"ahhhhh, seger banget"
"Ki Kiana"
"iya? Ada apa Muhit?" Kiana yang habis minum sambil menutup kembali wadah air minumnya
"mau aku bantu latihan?" sambil tersipu malu mengucapkannya
"wihhh, beneran nih?"
"iya, beneranlah"
"tapi pakek wujud macan putihmu ya, jangan wujud kucing ini. Sayang banget untuk dipukul"
"eh?" dia langsung merinding sekujur badannya
"kan gemes banget litany" sambil mencubit pipi Muhit
"akkkhhhhh, jangan Kiana!!!"
Kianapun berlari mengejar-ngejar Muhit ingin memeluknya. Disisi lain Tania yang sedang membuatkan obat untuk Petro, karena dia baru saja menggantikan berpan Petro. Sambil membuatkan ramuan obat untuk Petro, Tania terlihat sangat senang. senyuman Tania membuat Petro bahagia, Petro merasa sudah lama sekali tidak melihat senyum manis dari manusia dan sudah lama sekali tidak melihat Kakaknya sesenang itu.
Petro masih saja memikirkan Aura Kiana yang hampir mirip sama dengannya, dia ingin memberi tahu Tania akan hal itu. Tapi Petro masih ragu akan apa yang sedang iya pikirkan, dia takut pemikirannya dengan Muhit malah dapat membuat Kiana celaka.
"kenapa Petro? Kok bengong?" Tanya Tania yang baru saja selesai membuatkan obat untuk Petro
"eh? Ah. Enggak kok Tan"
"nih, obatnya diminum"
Sruppp
Tubuh Petro langsung merinding sekujur tubuhnya setelah meminumnya
"eh, pahitnya"
"yah namanya obat Pet. Eh kamukan kan Hewan sihir, apakah tidak sama saja dengan hewan biasah?"
"iya kami berbeda. Perbedaanya kami sihir yang memiliki kekuatan sihir layaknya manusia sedangkan hewan biasah tidak dan hewan biasah tidak dapat berbicara, tapi berpedaanya kami dengan manusia, kami memiliki Aura sihir sejak kami lahir. Berbeda dengan manusia, semua manusia dapat mengendalikan sihir. Akan tetapi harus melawati pelatihan dan pemahaman tentang sihir itu sendiri, Agar mereka dapat menyesuaikan sihir apa yang cocok dengan mereka. sedangkan kami hewan sihir mendapat Aura sihir dan tipe element seperti apa sejak kelahiran kami"
Sontak mendengar itu Tania langsung terpikirkan akan satu hal, yaitu bahwasanya Kiana juga memiliki Aura sihir sejak kelahirannya, dia berfikiran apakah kekuatan yang dimiliki Kiana sama dengan para hewan sihir.
"wah menarik ya, aku dulu ingin sekali melihat sejarah kalian. Tapi tidak sempat" dan terlihat wajah Tania yang cukup merasakan kekecewaan setelah mengucapkan itu
"ha ha. Tidak usah khawatir apapun yang ingin kamu ketahui tetang hewan sihir boleh kamu pertanyakan ke aku dan Kak Muhit"
"iya"
"oh iya, Kiana ini special ya Tan"
"iya dia saja saat menyadarkanmu kemarin, dia menyatu dengan Muhit"
"ha?"
"oh iya, kamukan tidak sadar ya"
"berarti perkiraanku benar" ucap Petro dalam hati
"apa yang sedang kamu pikirkan Petro?"
"ah tidak ada kok, aku hanya berspekulasi"
"Kiana itu special sejak kelahirannya. Dia memiliki Aura Sihir sejak lahir mirip dnegan kalian hewan sihir"
Deg
"benar dugaanku Kiana sama sepertiku" dia bergumam sendiri sambil memegangi dagunya
"ha? Apa Petro?"
"ah. Ehntah kamu merasakanya atau tidak. Aura Kiana mirip denganku dan Kak Petro, tapi lebih mirip denganku"
"wah, kalian bisa melihatnya?"
"iya, semua warna Aura Sihir aku dapat melihatnya"
"wahhh. Apa Auraku Petro?"
"Auramu Biru"
"wih"
"tapi Sihirmu lebih baik difokuskan disihir penciptaan saja"
"wah seperti itu ya. Sebenarnya aku ingin belajar sihir penciptaan yang lebih tinggi lagi. Tapi aku kurang pengetahuan dan pengalaman jadi aku tidak berani"
"wah bagus sekali, besok saja aku akan membantumu. Biar aku benar-benar sembuh"
"wah beneran kamu bisa?"
"iya"
Clone
Blur
"wah kamu bisa bikin Tiruanmu sendiri? Bisa bergerak sendiri lagi"
"iya ini hanya sedikit saja, karena aku belum benar-benar pulih"
"aku ingin sekali mempelajari itu, itu mungkin bisa menyempurnakan pertempuranku yang hanya mengandalkan Sihir penciptaan berupa dari element listrik"
"kamu masih sihir level 2 kan?"
"iya, aku susah ingin membuatnya berevolusi"
"baiklah mulai besok aku akan membantumu, karena Kiana mirip dengan Kak Muhit dan Kamu mirip denganku, ini pasti akan cepat selesai"
"wah makasih yah Petro" sambil tersenyum manis kearah Petro
"ah iyah iyah" Petro yang tersipu malu langsung membalikkan badannya
Tania yang tidak tau kenapa Petro malu tetap tersenyum dan melihat latihan Kiana dengan Muhit
Kiana yang selalu bersemangat cukup membuat Gigarus kealahan, dia sudah cukup lama tidak bergerak secepat itu untuk mengimbangi Kiana. Dia sedikit-sedikit melihat potensi Kiana, dia mengira Kiana pengguna dua pednag, ternyata dia hanya menggunakan pedang satunya yaitu Rosetta. Dia melihat pedang Dark yang sebenarnya memiliki Potensi lebih besar dari pada Rosetta, dan it uterus menjadi pertanyaannya.
"Kiana?"
"hem?"
"dari tadi aku menyimpan pertanyaan, kenapa kamu hanya menggunakan satu pedang. Bukankah pedang hitam itu milikmu juga? Karena aku melihat Tania pengguna pedang kecil bukan pedang sepertimu"
"iya itu pedangku, miliki almarhum ayahku"
"wah. Maaf ya, aku menannyakan hal yang cukup sensitive"
"iya tidak apa-apa"
Ice Break
Kiana langsung menghindar
Wut wut wut
"eh kok pakek jurus sih?!"
"udah kita naikkan tingkat latihannya, staminamu sudah cukup baik. Aku inginmelihat potensi kekuatan sihirmu"
"boleh juga"
Full Body 100%
Electric Speed
Wush
Tang
Tang
Tang
"wah wah, boleh juga kamu Kiana. Penguatan sihir ya"
"yah, agar lebih memaksimalkan kekuatanku. Agar aku bisa mencapai level sihir selanjutnya"
"emang level sihirmu sekarang berapa ?" sambil Muhit terus bergerak mengimbangi kecepatan dan menahan sembari sesekali menyerang balik Kiana
"level 2"
Settt
"ha? Level 2?" Muhit yang mendengar itu langsung berhenti
"iya level 2"
disusul Kiana juga ikut berhenti, Muhit yang mendengar itu tidak percaya. Karena biasanya sihir penguatan dimiliki ketika seorang manusia mencapai level 3.
"kamu tidak tahu caranya naik level sihir ya?"
"enggak"
"astaga, kamu ini kurang baca buku"
"deh males banget sama yang namanya baca buku. Bosenin" sambil membalikkan badanya
"latihanya udah dulu Kiana"
Syut
Muhit langsung kembali menjadi kucing putih yang imut
"lah? Kok udahan aja?"
"aku capek, masa kayak kamu aku yang tidak punya lelah"
"ih astaga. Yaudahlah. Kakak aku mau cari ikan dulu disungai untuk makan siang kita"
"iya hati-hati, jangan banyak-banyak. Secukupnya aja"
"oke"
Kianapun pergi dan hanya membawa pedangnya saja
Muhit yang langsung mengahampiri Petro dan Tania langsung mengambil air minum dan langsung meminumnya.
"Kak bagaimana?"
"benar katamu, dia saja bisa menggunakan sihir penguatan, padahal masih level2, kan aneh"
"ha?" Tania dan Petro terkejut bersamaan
"bahkan kamu Kakaknya ngak ngerti Tan?"
"hehe, ceritanya panjang"
"Ceritalah, kan tadi sudah aku kasih tau tentang hewan sihir"
"hem baiklah"
Taniapun menceritakan semuanya bahkan dengan rinci. Petro dan Muhit yang mendengarkan itu sedikit merasakannya
Muhit yang tidak ingin Tania sedih berkelanjutan menghentikan Tania untuk bercerita. Dia lalu mengalihkanya ke pedang hitam miliki Kiana.
"kenapa pedang Hitam ini tidak dipergunakan Kiana?"
"kalau tidak salah pedang ini harus melakukan Kontrak terlebih dahulu, agar bisa menggunakan kekuatanya dan dulunya pedang ini diapakai oleh penggunakan pedang sihir api"
Petro dan Muhit langsung saling berpandang-pandangan dan langsung memiliki pemikiran yang sama
"baiklah mulai besok biar aku saja yang membantu Kiana latihan dan biar aku saja yang membantunya naik ke level selanjutnya"
"beneran Muh?"
"iya-iya"
"dan kau Tania latihan denganku saja, seperti rencana yang tadi" ucap Petro ke Tania
"wah kalian baik banget"
Tania langsung merangkul mereka berdua, wajah kedua Hewan Sihir itu langsung memerah, dan mereka saling berpandangan dan lalu tersenyum, mereka merasakan kebahagiaan yang sedang Tania Rasakan.