Chereads / Kiana / Chapter 9 - Trauma

Chapter 9 - Trauma

Tania masih terduduk tak kuasa melihat kenyataan yang ada didepannya. Kiana dengan cepat langsung mengambil pedangnya yang disarungkan dipinggangnya

"Kakak! Aku tak tidak tau Kakak kenapa. Jadi tolong disini saja, aku akan menyelamatkan mereka, aku merasakan Aura Jahat yang sedang mengendalikan mereka"

"Kiana Jangan! Mereka hewan sihir, mereka Kuat. Aku merasakan ada aura kegelapan yang menyelimuti mereka"

"ya maka dari itu, kita harus menyelematkanya!"

"mereka liar"

"halah Kakak ini, ayolah ada aku. Jangan takut"

Duas

Kiana langsung melesat mencoba melerai dua hewan sihir itu

"hei kalian berdua, bisa santay ngak. Lihat sekelilingmu jadi acak-acak'an"

"Grrrr, jangan ganggu aku manusia, aku harus menyelamatkan adikku!" ucap macan putih itu dengan cukup tenang

"adikmu?"

"kukira kamu juga sedang dikuasai Aura hitam juga"

"tidak, aku hampir dikuasai Aura hitam itu"

"Fire"

Blurrrrr

"Ice Shield"

"waahhhhhh hebat yang Hewan sihir" ucap Kiana sambil menunjukkan kegamumannya kepada kedua hewan sihir itu sambil memegangi pipinya

"Tapi terimakasih manusia, dari bantuan hentakan sihirmu tadi aku bisa terbantu dan kembali menguasai tubuhku"

"hentakan sihir?"

"iya akibat sihirmu tadi"

"aku minta bantuanmu, untuk mengembalikan kesadaran adikku"

"he, aku tidak bisa sihir semacam itu"

"udah, yang penting kamu dan aku menyatu itu udah cukup"

"heeeeeeeee?!"

"udahlah, ayok. Aku tidak punya waktu lama lagi. Bahaya! Tempat ini bisa hancur"

"yaudah ayok"

Slup

"heee, aku masih bisa berpikir"

"yaiyalah bisa, aku hanya meminjamkan kekuatanku padamu. Aku akan menuntunmu lewat tetelapti"

"widihhhh, keren"

Kiana pun membantu Macan putih dan Kiana memiliki kekuatan yang sangat kuat saat bergabung dengan Macan putih. Saat berada didalam tubuh Kiana, Macan putih merasakan hawa aneh, dia merasakan sihir murni yang dimiliki Kiana, Aura sihirnya hampir mirip dengan sihir adikknya. Tapi Macan putih mengesampingkan itu dulu dan melanjutkan pertarungan dengan adikknya demi mengembalikan kesadaran adikknya. Tania yang sambil duduk termenung hanya bisa melihat itu dari kejauhan dia bingung hendak melakukan apa. Dengan gemetaran dia mencoba untuk mengerakkan Kaki dan tangannya, tapi dia tak kuasa untuk berdiri. Kiana sesekali melihat Kakaknya yang masih duduk dan gemetaran, Kiana sontak langsung berteriak

"Kakak! Udah diam dan lihat adikmu ini. Jangan takut aku tidak akan apa!"

Tania melihat kearah Kiana dan saat melihat adiknya itu, Kiana tersenyum kearah Tania. Perasaan takut yang dari tadi menyelimuti Tania mulai berkurang, Tania mulai bisa berdiri. Dia mencoba untuk mengambil pisau belatinya.

"Disblood, tolong bantu aku" sambil mengenggam dengan kedua tanganya, Tania langsung berlari dengan cepat kearah Kiana dan langsung berdiri didepannya

"eh Kakak ngapain, udah nonton aja"

"aku lebih KUAT darimu, aku tidak mau diremehkan oleh anak kecil sepertimu"

"heee, sombong kali Kakakku ini" sambil menyilangkan kedua tanganya

"siapa wanita ini Kiana?" ucap macan putih melewati telepati

"loh kok kamu tau namaku?"

"kitakan menyatu, jadi secara tidak langsung. Kita sekarang sedang berbagi informasi dan berbagi apa yang kita lihat dan rasakan"

"ohhh, begitu ya"

"untuk ukuran manusia yang cukup kuat kamu bodoh juga ya Kiana?" sambil tertawa meledek Kiana

"dasar macan putih sialan, beraninya kamu menghinaku bodoh" sambil marah kearah yang tidak jelas.

Tania yang melihat Kiana marah-marah tidak jelas, langsung melihat Kiana

"KIANA! Udha dibantuin aku malah dibirain, ngomong sendiri kayak orang gila lagi"

"ih aku ngak gila! Gara kamu sih Macan Putih!"

"hehe, maaf. Audah ayok kita cepat selesaikan ini"

"yaah, ayok"

"Full Body 100%. Electric speed"

"Ice Break"

"loh kok aku ngeluarin es"

"kan dari aku bodoh" ucap Macan Putih sambil menyombongkan diri

"loh kok kamu bisa ngeluarin es?" Tanya Tania karena tidak tahu kejadian sebelumnya

"nanti kujelaskan kak, mumpung sekarang Garuda itu sudah kewalahan dan dia terperangkap. Serang dengan Sihir listrik terkuatmu

"ahhhh, sihir Listrikku masih lemah"

"yaudah yang lain"

"Rain"

"Electric Ball"

Cret cret cret

"wih kakak pintar"

"cepat sambar dengan listrikmu"

"Elctric Strom"

Jduar

Garuda yang sudah tak bisa bergerak langsung tak sadarkan diri setelah tersabar listrik dari Kiana yang cukup besar, karena terbantu oleh Kekuatan macan putih dan jurus dari Tania. Aura hitam itu langsung keluar dari tubuh Garuda, dengan cepat Tania langsung mengambil menggunakan jurusnya untuk menyegel aura itu dengan jaring sihir.

"wih Kakak bisa menyegel Aura sihir ya?"

"ya alat ini emang bisa menyegel Aura sihir bahkan kekuatan Sihir seseorangpun dapat disegel dengan Jaring sihir ini"

"widih hebat ya. Oh iya, eh macan cepat keluar dari tubuhku dan bantu adikmu itu"

Plup

"iya iya, cerewet amat sih"

"udah minta bantuan, numpang lagi"

"hehe, oh iya. Kakak Kiana terimakasih sudah membantuku ya"

"oh iya sama-sama"

"dasar Burung payah gitu aja mudah banget dipengaruhi Aura kegelapan, dasar Payah!"

"tidak sadar diri, padahal dia tadi juga hampir dikuasai Aura kegelapan itu"

"eh, Kiana kamu kenal Kucing putih itu?"

"ya, dia macan putih tadi" Kiana barus sadar bahwa macan putih tadi berubah jadi kucing putih

"wah kok jadi imut gini ya"

"eh, huahahaha. He macan kamu imut sekali hahaha"

"diam kau Kiana, kalau kekuatanku berkurang cukup banyak jadinya gini"

"biar aku saja yang bantu Kucing" sambil mengambil Garuda yang juga mengecil jadi burung Pipit

"eh iya-iya, minta bantuanya"

Tania menggunakan sihir penyembuhan untuk pengobatan pertamanya

"kucing dia cukup parah, karena Aura kegelapan itu merusak Aura sihirnya"

"wah separah itu ya, apakah tidak ada cara untuk menyembuhkannya" Kucing putih itu khawatir mendengar itu

"udah Kucing biar Kakakku yang menyembuhkanya, dia hebat lo. Ya walaupun tetap aku yang lebih Kuat. Hehehe"

Jdag

"aduh Kakak"

"Jangan sombong"

"hehehe. Maaf"

"yaudah ayok ke camp, kita sembuhin Garuda ini"

"mohon bantuanya ya"

Mereka berjalan Kearah camp dan setelah sampai Tania langsung mengobati luka-luka Garuda dan macan putih, untungnya Kiana tidak mendapatkan luka-kua hanya sedikit memar saja.

Kruuuukkkk

"heeee, kau lapar ya Kucing"

"Jangan panggil aku kucing! panggil aku Muhit dan adikku itu Petro"

"apa kelamin kalian?"

"Pertanyaa macam apa itu?! Udah jealskan suaraku jantan"

"ohhhhh. Untuk sekelas hewan sihir kekuatanmu besar sekali ya Muhit?" Tanya Tiana sambil menyiapkan makan untuk mereka

"ahhh, aku dan adikku tidak ingat apapun bahkan kejadia sebelum kami sadarkan diri waktu itu"

"kapan itu aku juga sudah lupa, semakin lama aku semakin mengingat masalaluku aku merasakan sakit kepala yang teramat sangat dan semua hewan sihir itupun merasakan hal yang sama"

"dan bagaimana kamu bisa disini"

"setelah kami menyerang sebuah desa, karena aku dan adikku tiba-tiba tersadar. Kamipun langsung memuncakkan kekuatan kami dan menyerang para manusia sampah itu"

"kenapa Kakak murung" Tanya Kiana sambil memegangi pundak Tania

"hem"

"udah ceritakan saja Kak"

"baiklah" langsung memegang tangan Kiana

Tania menceritakan masalalunya saat dibantu oleh warga penduduk desa Kimbruj, Tania dibantu bertahan hidup disana dan ditutupi keberadaanya oleh warga desa, karena seluruh warga desa mempercayai apa yang diceritakan oleh Tania dan para warga merasakan bahwa buruknya kepemimpinan Jaksa waktu itu. 3 bulan berselang Tania mulai bangkit dan hidup tenang disana sambil mempelajari buku sihir yang diberikan oleh Pengawalnya waktu itu. Saat Tania sedang mencari kayu bakar sendirian, Tania terkejud melihat banyaknya tentara kerajaan Arestia yang mendatangi desa Kimbruj dan tiba-tiba mereka melepaskan banyak sekali hewan sihir. Semua hewan sihir yang mereka lepas tak terkendali, mereka semua liar dan langsung mendekat kepemukiman warga dan langsung menghancurkan desa itu tanpa terkecuali. Tania yang tak kuasa melihat itu langsung mencari salah satu keluarga yang selama ini melindunginya, tapi na'as semua warga disana sudah meninggal tapi salah satu orang yang masih sedikit sadar langsung menyuruh Tania untuk kabur dari Desa Kimbruj. Tania sambil menangis meninggalkan desa dan semenjak itu dia tidak pernah bermukim didesa manapun dia takut itu akan terjadi.

Tersentak mendengar itu Muhit langsung merasa bersalah mendengar itu

"maafkan aku Tania, Gara kami para Hewan sihir kami malah melukai manusia"

"tidak apa-apa, aku tau kalau kalian tidak bermaksud untuk melakukan hal sekeji itu. Yang tidak bisa aku maafkan adalah semua dalang dibalik semua itu yaitu Jaksa"

"dia pasti lelaki berjubah merah dan menggunakan mahkota itu"

"iya, Manusia bajingan itu yang sudah menghancurkan kehidupan para warga Kerajaan Arestia dan keluarga kami"

"Kiana, Tania. Aku tidak tau apa yang kalian sudah alami. Tapi aku merasakan bahwa semua kejahatan yang dilakukan oleh orang itu pasti akan bisa kalian hancurkan"

"iya" sontak Kiana dan Tania tersenyum bersamaan kearah Muhit

"eh eh, bukannya aku apa-apa ya" sambil tersipu malu dan membalikkan badanya

"Kak muuu"

"Petro! Kamu sudah sadar?"

"Iya, Kita dimana kak? Aduh sayapku"

"Maaf, Kak Muhit terpaksa harus melakukan kekerasan demi menyadarkanmu yang sudah terpengaruh oleh Aura Kegelapan terlalu dalam"

"tidak apa-apa, yang penting kita tetap bersama"

Muhit yang mendengar itu hendak menangis, Kiana dan Tania melihatnyapun terharu, Mereka merasakan hal yang sama, karena kejadianya hampir mirip dengan mereka.

"menangislah Muhit, tidak apa-apa"

"eh? Tidak-tidak, pejantan kok menangis" sambil mengusap-usap air matanya kebulunya

"Kak Mu, siapa wanita yang memiliki Aura mirip denganku ini?"

"oh ini, dia Kiana dan ini yang ini Tania. Dua manusia ini yang sudah menyelamatkan Kita dan menyembuhkanmu"

"wahhh, tidak disangka kita sudah dibantu manusia. Padahal Kakak membenci manusia"

"husss, ssttttt" sambil mendekap mulut Petro"

"uh uh uh, aku ngak bisa napas Goblok! Udah tau adeknya sakit bisa-bisanya kayak gitu"

"eh eh maaf"

"wah kamu membenci manusia ya Muhit" Tanya Kiana sambil mencubit pipi Muhit

"kalian berdua pengecualian. Eish jangan cubit pipikulah, sakit"

"Kianaaaa"

"eh penasaran lo kak, ngak pernah liat hewan sihir aku. Oh ya, kenapa Muhit kok benci manusia?"

"yak arena mereka Jahat, semenjak aku tersadar kami semua dipaksa untuk menjadi alat perang mereka, bahkan hewan sihir yang mulai sekarat langsung dibunuh dan dimakan. Mereka sudah kelewatan"

"sudah-sudah jangan dipikirkan lagi, kamu sekarang ikutlah bersama kami untuk membalaskan dendammu kepada Manusia bajingan itu" sambil memegangi erat centong untuk membuat sup

"yah, aku sudah membulatkan tekad aku akan selalu bersama kalian dan membantu kalian"

"yah, terimakasih Muhit"

Itu adalah ucapan Terimakasih dari Kiana yang paling manis dan diiringi oleh matahari terbenam, Muhit yang melihat itu merasakan bahwa itu adalah sebagian takdirnya, untuk membantu Manusia yang sudah membantunya.