Mereka bertiga yang cukup kewalah menandinginya, karena Bos tengkorak itu memiliki kekuatan regenerasi yang sangat cepat. Dengan api biru Bramana saat ini belum sanggup menandinginya, tapi mereka bertiga tidak berhenti disitu mereka melakukan kombinasi-kombinasi lainya dan bahkan kombinasi yang baru mereka kembangkan juga mereka gunakan. Tapi setelah melakukan banyak kombinasi gerakan, semua itu tidak berefek bagus itu hanya membuat Bos tengkorak tak tergores sedikitpun. Walaupun pertahanan dari Gerald sangat kuat tapi itu memiliki durasi waktu yang tidak lama, karena stamina mereka bertiga kian mengurang. Bos tengkorak yang sebelumnya hanya mengeluarkan serangan biasah saja tiba-tiba
"earth breaker" sambil mengangkat pedangnya dan menghempaskanya ketanaha, seketika seluruh tanah didepan mereka bertiga hancur
"semuanya mundur dulu" sambil mengarahkan tangan kearah belakang, mereka semuapun melompat kebelakang
"bagaimana ini? ternyata bos tengkorak itu memiliki kekuatan yang kuat dan bahkan dia memiliki jurus yang setara dengan sihir level 3 kita" ucap Gerald yang sudah mulai kebingungan
"jangan panic Gerald, kita pasti bisa" sambil memegang pundak Gerald dan mengahadap kebelakang melihat kearah Bos tengkorak itu.
Sampai ketika ada seorang perempuan berjubah coklat yang membantu mereka, dia mencoba menyembuhkan luka-luka mereka. Sihir yang perempuan itu keluarkan sangat kuat bahkan dapat mengembalikan seluruh stamina yang sudah terkuras habis. Bramana yang hendak bertanya langsung disuruh diam oleh wanita itu dan disuruh fokus terhadap musuh yang ada didepan mereka. Bramana yang langsung fokus dan menyuruh Gerald dan Roger untuk membawa pasukan mundur untuk diobati
"bagamanai dengan bos tengkorak itu kita-" sambil memegangi pedangnya Roger yang masih berbicara langsung dipotong oleh Bramana
"sudah aku dan wanita ini cukup, cepat! Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayangi lagi" ucap Bramana dengan penuh keseriusan
"baiklah aku mengerti, ayok palu tua" sambil mengajak Gerald
"jangan panggil aku palu tua, dasar pisau daging. Baiklah kalau itu permintaan Bramana kita harus mempercayainya" mereka berdua lari kearah belakang dan memberikan pengarah pada seluruh prajurit untuk mundur
"semuanya bantu yang tidak bisa berdiri, kita serahkan ini semua kepada kapten Bramana, cepat!" sambil menunjuk seluruh prajuritnya dan menyuruh mereka untuk kearah yang sudah dituju
"aku percaya padamu Bramana, maaf sudah membuat sangat menderita hari ini" ucap Gerald dalam hati dan memgangi erat palunya
"semuanya cepat lakukan perintah Kapten Roger, jangan buang-buang waktu yang diberikan Kapten Bramana" sambil berdiri dan mengangkat palunya
"baik" jawab seluruh prajurit yang masih bisa berdiri.
Bramana menggunakan kekuatan kecepatanya dia masih mencoba menyerang dengan kekuatan api birunya dan itu masih gagal. Wanita itu tiba-tiba memegang tangan kanannya dengan tangan kiri dan menunjuk kearah Bramana dan lalu mengeluarkan lingkaran sihir berupa lingkaran hitam dan mengucapkan mantra
"Magic Evolution, Fire Element, buka"
tubuh Bramana langsung dilewati oleh Magic Circle dan Bramana yang terkejut dan bingung terkena sihir dari wanita itu terdiam dan dia merasa seluruh tubuhnya bertambah kuat dan tiba-tiba apinya berwarna hitam. Wanita itu berteriak sambil membuka tanganya kearah langit "Thunder Strike"
lalu tanganya diarahkan kebawah dan dia melakukan itu bertubi-tubi kearah bos tengkorak itu,
"wah tidak kusangka bahwa sihirnya sudah mencapai level 3 dan anehnya dia juga bisa menaikkan level sihirku" dia terkejut melihat kekuatan wanita itu sambil bergumam
"hey jangan diam saja! bantu aku. gunakan apimu yang sudah kubantu naik level" sambil berteriak marah kearah Bramana
"eh iya, maaf" Bramana menjawab dengan terkejud karena sudah dibentak oleh wanita itu. Bramana mencoba memusatkan kekuatanya hingga tubuhnya mengeluarkan aura hitam, pedangnya yang sebelumnya mengeluarka api biru kini dapat mengeluarkan api hitam. Api hitam adalah api yang tidak bisa dipadamkan dengan apapun hanya pemilik api hitam tersebut yang dapat memadamkanya. Bramana yang sudah naik level dan kini dia mendapatkan kekuatan yang lebih dan dia dengan mudahnya membuat Bos tengkorak itu kewalahan, hingga Bramana mencoba jurus yang sudah dia kembangkan
"baiklah akan kugunakan jurus baruku itu" sambil mengarahkan pedangnya kelangit dan membuat bara api dipedangnya semakin kuat dan besar, dia langsung membuat kuda-kuda dengan tangan kiri dan kaki kiri didepan dan tangan kanan dan kaki kanan dibelakang, seketika dia langsung melesat kedepan
"Eternal Fire, Death Slash " sambil berteriak dan menghunuskan pedangnya, Bos tengkorak langsung terbakar dan patah menjadi dua dan seketika itu pula bos tengkorak itu mati dan terbakar tak berbekas
"hai kesatria, semua ini belum berakhir." Sambil pergi menjauh dari Bramana
"siapa namanu? Ohya dan terimakasih sudah membantuku bahkan membuatku naik level" sambil menyarungkan pedangnya
"namaku Jinskin, selamat tinggal" sambil melambaikan tanganya lalu wanita misterius itu menghilang.
Syutttttt, desiran angina sepoi-sepoi yang menabrak Braman dan wanita yang beranjak dewasa itu
"nah itulah Kiana sebenarnya ayah dulu, ayah juga pernah berada dititik paling lemah" sambil tersenyum kearah Kiana
"wah ayah hebat ya dapat mengalahkan monster dengan kekuatan yang dibantu naik level oleh ornag yang tidak dikenal, xixixi" sambil tertawa lirih meledek ayahnya
Deg, berana tersentak mendengar ledekan Kiana
"dan terus-terus ayah kapan mau mengajari biar aku naik level kedua agar bisa mengendali petir, masak aku tetap berada dilevel ini, yang hanya bisa mengendalikan listrik" sambil memegangi pedang kayunya dan dengan penuh rasa kecewa
"haha, sabar dulu ya. Memang bila ingin naik level keselanjutnya untuk itu kamu harus memiliki pedang sungguhan, jadi mari kita kepaman Gerald untuk membuat pedang sihir khusus untukmu" sambil memegangi kepala kiana
"hmmm beneran?, ayah ngak bohong" sambil menaruh tangan kiri dipipinya karena dia meragukan ayahnya. karena sebenarnya Kiana ingin pedang sungguhan
"iya, kita pergi kekota sambil jalan-jalan kekota" sambil melihat kelangit Bramana mengusap air matanya akibat teringat oleh masalalunya yang cukup kelam itu.
Keesokan harinya Bramana dan Kiana berjalan kaki ke kota, Kiana banyak sekali bicara waktu itu karena dia cukup lama tidak kekota dan akhirnya sekian lama dia mengidam-idamkan sebuah pedang sungguhan dan hari inilah dia mendapatkanya. Setelah mencapai setengah perjalanan Kiana mendengar sebuah rintihan se ekor hewan, iya itulah kelebihan Kiana dia dapat mendengar dan merasakan apapun yang jauh tanpa melihatnya itu semua karena efek kekuatan listrik yang murni ada dalam dirinya, tanpa pikir panjang dia langsung berlari kedalam hutan, Bramana yang terkejud melihat tingkah putrinya sontak berteriak "Kiana!" lalu mengejarnya. Hingga sampai di menemukan ternyata ada se ekor burung merpati putih yang terjebak didalam tanaman rambat berduri, merpati itu tersangkut sambil dibayang-bayangi oleh seekor macan. Kiana yang melihat itu langsung mengeluarkan pedang kayunya dan mencoba untuk mengusir macan itu tanpa melukainya, tapi itu adalah hewan yang memiliki insting bila terancam dia akan menyerang. Setelah mengeluarkan pedangnya Kiana langsung diserang oleh macan itu, tapi dengan santai Kiana hanya menghindarinya saja.
Bramana yang terdiam melihat Putrinya semakin kuat meneteskan air mata, tapi dia mendengar rintihan teriakan merpati yang kesakitan. Bramana langsung mengusap air matanya lalu mencoba mengeluarkan merpati itu, Bramana langsung menyobek bajunya dan mencoba memberikan pertolongan pertama untuk merpati itu. Kiana yang masih asik bermain dengan macan itu, tanpa disadari lama-kelamaan macan itupun kuwalahan. Kiana yang sangat baik mendekati macan itu dan langsung mengelus kepalanya. Macan itupun langsung luluh dan Kiana yang sebenarnya menyimpan daging kelinci ditasnya memberikannya kepada macan itu, macan itupun senang akan pemberian Kiana. Bramana yang selesai memberikan pertolongan pertama kepada merpati langsung mengajak Kiana untuk kekota agar merpati itu mendapatkan pertolongan yang lebih baik, Kiana akhirnya mengelus kepala macan itu
"macan nanti kalau kamu tidak mendapatkan mangsa cari aku ya, aku akan memberimu makanan" sambil tersenyum dan lalu Kiana langsung berlari meninggalkan macan itu. Macan itupun terlihat senang akan perlakuan Kiana dan masuk kedalam hutan.
Kiana berlari bersama ayahnya agar merpati itu dapat terselamatkan, hingga akhirnya sampai kekota dan mereka berdua langsung ke tempat Gerald. Sesampainya disana tanpa mengetuk pintu Kiana masuk
"paman Gerald!!! Tolong aku, eh maksudnya tolong merpati ini" sambil berteriak, hingga membuat Gerald terkejut
"heee ? siapa kamu ?" sambil menurunkan kacamatanya yang ada didahinya
"oh Kiana, ha Kiana ?" dia yang terkejud untuk kedua kalinya langsung berlari kearah Kiana dan langsung mengangkatnya
"wahaha Kiana, sudah besar kamu ya" sambil tersenyum dan langsung melihat dibelakang Kiana dan dia juga menyapa Bramana. Bramana yang tersenyum dengan mengangkat tangan kananya "yoo". Kiana yang masih bersi keras menyuruh Gerald untuk menyembuhkan merpati itu, Gerald yang langsung tanpa basa-basi langsung menurunkan Kiana dari peganganya dan mengambil kotak P3Knya.
30 menit berlalu akhirnya merpati itu selamat
"merpati itu sudah tidak apa-apa dia sedang istirahat, heee Kiana jangan di toel-toel ya" sambil membersihkan tanganya, Kiana yang sambil tersenyum melepaskan tangannya dari merpati itu dan berterimaksih kepada Paman Gerald. Gerald yang baru saja selesai bekerja dan karena sudah masuk jam malam dia menutup pandai besinya dan hanya membuka tokonya saja, yang menjual berbagai senjata. Gerald yang berjalan dari arah kamarnya dan memberikan sesuatu kepada Kiana dia memberikan Permen apel kesukaan Kiana, Kiana sangat senang menerimanya dan Bramana mulai berbincang-bincang dengan Gerald.
"Bagaimana keadaanmu dengan Kiana?" Tanya Gerald sambil membakar cerutunya
"yah seperti yang kau lihat, tenang, menyenangkan. Tapi akhir-akhir ini aku sering teringat Riris dan kemaren aku menceritakan peperangan besar kita 15tahun yang lalu" sambil menghadap kearah lantai. Gerald yang mendengar itu langsung menunjukkan wajah penyesalanya, karena ketika semua itu terjadi dia juga melakukan kesalahan
"sudah tidak apa-apa. Jangan terlalu dalam, lihat Kiana. Dia sudah bertumbuh besar, dia akan menjadi wanita yang berpengaruh besar nantinya" sambil menepuk pundak Bramana dan yah masih dengan menghisap cerutunya
"yah" jawab Bramana sambil melihat Kiana yang masih menemani Merpati yang sedang tertidur. Bramanapun berterus terang dan menceritakan tujuan sebenarnya dari mereka berdua datang kesana. Bramana meminta Gerald membuatkan pedang untuk Kiana, agar putrinya itu lebih kuat lagi dan satu tambahan lagi dia meminta Pedang sihir. Gerald yang merasa tertantang mendengar itu mengiyakannya dan dia meminta untuk ditemani keesokan harinya mencari bahanya.