Pagi itu Tabib Lee melangkahkan kakinya ke ruang tahta Raja Yi Seok Hwan yang dijaga ketat oleh dua orang prajurit kepercayaan Sang Raja.
Setibanya di depan ruang tahta Raja Tabib Lee bertemu dengan prajurit-prajurit tersebut lalu mulai berbicara kepada salah satu dari mereka.
"Prajurit, aku ingin bertemu Yang Mulia sekarang juga. Dapatkah kau memberitahukan kedatanganku kepadanya?"
"Maaf, Tabib. Kau dilarang masuk ke ruang tahta karena ini masih terlalu pagi untuk menemui Raja," jawab prajurit itu.
"Tapi urusanku sangat penting dan menyangkut nyawa seseorang," jelas Tabib Lee.
"Kalau kau ingin bertemu dengan Raja, langsung saja temui beliau di kediamannya jangan di sini," tukas prajurit yang berbadan tinggi besar.
"Baiklah, kalau begitu," sahut Tabib Lee cepat.
Sementara Tabib Lee hendak menghadap Raja di kediamannya, beberapa anak buah Perdana Menteri Sung sedang berjalan menuju halaman istana untuk memperketat penjagaan di gerbang utama.
Lee Byung Yeon bergegas meninggalkan ruang tahta tersebut kemudian memutar melewati jalan lain agar misi rahasianya tidak diketahui oleh seluruh penghuni istana termasuk Perdana Menteri dan keluarga kerajaan.
Di kediaman perdana menteri, prajurit Han dan prajurit Jeon diperintahkan untuk mengeluarkan para tahanan yang datang dari masa depan. Lalu bagaimana dengan nasib Ru Na dan Myung Eun selanjutnya, apa mereka juga akan tetap mendapatkan hukuman walau dalam keadaan lemah juga tidak berdaya?
Di ruang pengobatan tiba-tiba saja Myung Eun terbangun karena merasa perutnya sangat sakit seperti hendak melahirkan. Seketika Myung Eun mengerang kesakitan, kali ini erangannya begitu kencang hingga terdengar oleh semua orang di paviliun Tabib Lee.
"Aarrgghh ... sakit sekali!! Aku tidak ... arrgghh!!" Myung Eun meremas perutnya menahan sakit.
"Nona! Ada apa denganmu!" Kyung Seok berteriak sambil menghampiri Myung Eun.
"Tu--Tuan ... perutku sakit, tolong selamatkan bayiku," pintanya lirih.
"Astaga! Bukankah tadi malam pendarahanmu sudah berhenti? Lagipula Tabib Lee juga sudah mengobati dan menyalurkan tenaga dalamnya kepadamu." Raut wajah Kyung Seok terlihat panik dan bingung.
"Aku ... akan ... aarrgghh! Ma--maafkan ... karena aku tidak dapat mempertahankan anak kita," ucap Myung Eun, suaranya semakin lirih.
Dan sebelum Kyung Seok sempat menolongnya Myung Eun sudah pingsan sambil memegangi perutnya.
"Myung Eun ... bertahanlah! Kau dan bayimu pasti akan selamat," ujar Ru Na sedih.
"Nona, kelihatannya temanmu dan bayinya tidak akan selamat. Maafkan kami karena luka dalam nona ini begitu parah hingga mempengaruhi kandungannya," ungkap Kyung Seok ikut sedih.
"Di mana tuanmu??! Aku membutuhkan bantuannya!!" hardik Ru Na marah bercampur panik dan sedih.
"Aku tidak tahu di mana tuanku berada. Tunggulah sebentar sampai Tabib Lee kembali ke sini, semoga perkataanku tadi salah," tukas Kyung Seok.
Tidak ada yang bisa dilakukan Kyung Seok bersama beberapa dayang untuk menolong Myung Eun saat itu, sedangkan Ru Na menangis tersedu-sedu melihat keadaan Myung Eun.
Perlahan-lahan gumpalan darah keluar dari perut Myung Eun dan membasahi pakaian serta selimut yang digunakan olehnya. Wajah Myung Eun begitu pucat pasi karena kembali mengalami pendarahan hebat.
Jalan lahirnya terbuka, saat itu juga janinnya luruh dari dalam rahim Myung Eun.
******
Tabib Lee akhirnya sampai di depan kediaman Raja Yi lalu ia memberanikan diri mengetuk pintu sambil memanggil nama Sang Raja.
Tok, tok, tok.
"Yang Mulia ...."
Tok, tok, tok.
Dari dalam tidak terdengar suara sedikit pun yang menandakan jika Raja Yi sudah bangun atau belum. Saat Tabib Lee masih menunggu di depan pintu, dari kejauhan dia melihat bayangan seseorang sedang menuju ke arah kediaman Raja Yi.
Hmm ... rupanya sepagi ini raja sudah kedatangan dua orang tamu. Sebaiknya aku segera pergi dari sini sebelum dia mengetahui keberadaanku. Tabib Lee membatin.
Lee Byung Yeon kemudian beranjak dari tempat tersebut melalui jalan setapak yang sepi dan gelap. Dia berjalan mengendap-endap sambil matanya tetap mengawasi keadaan di sekitar jalan rahasia itu.
Ternyata bayangan yang melangkah ke kediaman raja adalah Perdana Menteri Sung, untung saja tadi Tabib Lee tidak bertemu dengan pejabat kejam itu.
Pagi ini akan menjadi pagi yang berat bagi Jang Mi dan teman-temannya. Nasib mereka ditentukan oleh Perdana Menteri Sung yang memang ingin mengkambing hitamkan mereka semua demi menyembunyikan identitas sesungguhnya bahwa dialah musuh Menteri Jung Eui Gyo dan orang yang sudah membuka lubang waktu itu.
******