Apa??!! Aku dan teman-temanku harus bekerja sebagai dayang istana? Pikir Ru Na kesal.
Mau bagaimana lagi bukan? Baik Jang Mi atau pun lainnya tidak dapat membantah keputusan Raja Yi jika tidak mereka semua akan dihukum mati. Pilih mana? Hukuman mati atau bekerja sebagai dayang dan kasim istana?
Malang bagi Myung Eun karena kehilangan calon anak ke-tiganya, setelah semua terjadi dia bahkan harus terjebak dalam perselingkuhan dan Istana Daeyangbokgung di tahun 1760.
Hanya Jang Mi, Soo Hwan serta Tae Seok yang benar-benar dapat menerima hukuman tersebut karena mereka bertiga tidak mau berurusan lagi dengan Perdana Menteri Sung yang sudah menuduh mereka sebagai musuh kerajaan.
Mereka berpikir jika menjadi pekerja istana akan lebih aman lagipula hal itu lebih baik daripada dikurung di penjara bawah tanah.
Tak lama sesudah diputuskan maka Jang Mi dan teman-temannya dibawa para prajurit ke hadapan Kepala Dayang Choi juga asisten Kepala Kasim Hwang di ruangannya masing-masing.
"Kepala Dayang Choi, mereka adalah calon dayang baru yang akan membantu seluruh pekerjaanmu," ujar prajurit Han.
"Siapa mereka? Mengapa Prajurit Han membawanya kemari?" Kepala Dayang Choi bingung.
"Sudah jangan banyak tanya! Ikuti saja perintah Raja Yi kalau hidupmu tidak ingin berakhir di penjara bawah tanah!" hardik prajurit Han murka.
"Baiklah kalau begitu," balas kepala dayang Shin sedikit kesal karena diperintahkan menerima orang-orang asing tersebut.
"Kalian berdua ikutlah dengannya! Sementara kau ... siapa namamu?" tanya prajurit Han menunjuk pada Soo Hwan.
"Na--namaku Kang Soo Hwan, Tuan." Suaranya bergetar ketakutan, ia tidak mengira nasibnya berubah menjadi seorang kasim.
"Kau dan dua pria lainnya ikuti aku ke ruang kerja kasim Si!" Prajurit Han menatap tajam pada Soo Hwan, dalam hatinya dia ingin sekali menjatuhkan para tahanan demi kejahatan yang dilakukan Perdana Menteri Sung.
"B--baik, Tuan," sahut Soo Hwan mewakili Tae Seok serta Sung Byul.
"Hei, di mana Tuan Jung Bin?? Mengapa kau tidak mengajaknya bersama kami?" tanya Sung Byul tiba-tiba kepada prajurit Han dengan sikap menantang.
"Diam kau! Kalau tidak--"
"Kalau tidak apa?!! Kalian mau membunuhku?? Bunuh saja, aku tidak takut!" Kali ini Sung Byul benar-benar menantangnya.
"Lihat saja pembalasanku nanti! Putra Mahkota terlalu baik pada kalian!" bentak prajurit Han.
"Sung Byul! Kau mau masuk ke dalam penjara lagi?? Aku muak mendengar semua celotehanmu apalagi mengingat kau telah mengkhianati kakakmu sendiri!" timpal Tae Seok emosi.
"Mianhamnida, Kak ( Maaf, Kak ). Aku tidak bermaksud mengkhianatimu ... itu di luar keinginanku," ungkap Sung Byul menyesal.
"Hentikan pembicaraan kalian sekarang juga dan ikut ke ruang kerja kasim Si!" Prajurit Han memerintah.
Ketiga pria itu terpaksa mengikuti perintah prajurit Han untuk bertemu asisten Kepala Kasim Hwang, sedangkan Tuan Jung Bin bersama Putra Mahkota pergi menuju perpustakaan istana.
******
Di ruang pengobatan Tabib Lee baru saja meminumkan ramuan herbal kepada Myung Eun dengan perlahan dan hati-hati agar ia tidak tersedak karena masih dalam posisi terbaring di tempat tidur.
Ramuan tersebut berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa darah juga janin yang sudah meninggal di dalam kandungan Myung Eun.
Menit demi menit berlalu, Tabib Lee menunggu dengan sabar sampai Myung Eun bangun dari pingsannya. Myung Eun akhirnya membuka mata setelah tabib pergi ke dapur untuk mencari Ru Na.
"Di mana aku? Arrghh ... perutku sakit sekali." Myung Eun meraba-raba perutnya dan seketika dia berteriak dengan sangat kencang.
"Ahh tidaakk! Bayiku! Kemana dia?!!"
Seorang dayang lalu cepat-cepat menghampiri Myung Eun di tempat tidur.
"Nona! Ada apa?? Mengapa Nona berteriak?" tanya dayang itu.
"Mana bayiku??! Cepat panggilkan dokter!"
"Maaf tapi di sini tidak ada dokter, aku tidak mengerti ucapanmu," balas dayang itu lembut.
"Apa kau mengetahui sesuatu mengenai kehamilanku? Cepat katakan!!" teriak Myung Eun panik.
"Aku mengetahuinya, Nona. Tadi malam anda pingsan setelah merintih-rintih kesakitan lalu Tabib Lee segera membawa anda kemari, namun sayang bayi anda tidak dapat dipertahankan." Dayang tersebut menghela napas dalam-dalam.
"Tidak mungkin! Anakku pasti masih hidup!"
"Kalau anda tidak percaya silakan tanyakan sendiri kepada Tabib Lee."
"Kau tidak sedang berbohong, bukan? Anak itu merupakan buah cintaku dengan Sung Byul," ungkap Myung Eun, suaranya tidak sepanik tadi.
Ternyata Myung Eun sudah berubah menjadi wanita plinplan, bagaimana bisa dia mengakui jika bayi tersebut merupakan buah cintanya bersama Sung Byul? Bukankah sebulan yang lalu dia bahkan menolak perasaan Sung Byul terhadapnya?
Myung Eun tidak menyadari kalau dirinya tidak akan pernah bisa mengandung lagi karena luka dalam dan benturan-benturan akibat masuk ke dalam lubang waktu, apalagi kondisi tubuhnya saat itu tidak terlalu baik.
"Sebaiknya Nona jangan banyak bergerak dulu karena keadaan Nona masih sangat lemah," saran dayang itu.
"Aku lapar, dapatkah kau memberikanku sedikit makanan?" Myung Eun memohon.
"Tentu, Nona. Aku akan membuatkannya untukmu, tunggu sebentar, ya."
"Baiklah, terimakasih Bi."
Dayang yang wajahnya bersahaja tersebut mengangguk sambil tersenyum menenangkan hati Myung Eun.
Sore itu Jang Mi dan Ru Na sibuk mempersiapkan hidangan untuk keluarga Raja Yi, walaupun Jang Mi kelelahan bekerja di dapur istana namun berkat dia masakan-masakan tersebut menjadi lebih lezat juga menarik.
Tangan chefnya sangat terampil serta lincah ketika memasak berbagai menu makanan khas Istana Daeyangbokgung. Selain harus membantu pekerjaan di dapur mereka berdua juga ditugaskan melayani Selir Eun dan Putri Hyun Eun di kediamannya.
Diam-diam Putra Mahkota Yi menyukai Jang Mi yang anggun dan cerdas sejak awal bertemu di depan ruang pertemuan Raja dengan para pejabat, bangsawan atau utusan-utusan dari Cina.
Selanjutnya apakah Putra Mahkota Yi Kwan akan menyatakan perasaannya kepada Jang Mi?
******