Pagi itu Perdana Menteri Sung hendak menemui Raja di kediamannya karena ada hal penting yang ingin disampaikan oleh perdana menteri kepada Raja.
Hal penting itu adalah bahwa ia hendak melaporkan para tahanan yang datang dari masa depan kepada Raja, sedangkan Raja tidak mengetahui jika Istana Daeyangbokgung kedatangan tamu dari tahun 2019.
Perdana Menteri Sung dengan tergesa-gesa mengetuk pintu kediaman Raja Yi sambil mengawasi keadaan di sekitarnya. Tok, tok, tok ....
"Yang Mulia ... hamba Perdana Menteri Sung," ucapnya sedikit lantang di depan pintu.
Tok, tok, tok.
"Yang Mulia, apakah Anda sudah bangun? Hamba ingin memberitahukan sesuatu kepada Yang Mulia."
Beberapa saat kemudian terdengar suara yang berat dan berwibawa dari dalam ruangan Raja Yi.
"Hmm ... Perdana Menteri, lancang sekali kau! Apa urusanmu begitu penting hingga kau berani menggangguku sepagi ini?"
"Maafkan atas kelancangan hamba, Yang Mulia."
"Jika kau ingin menemuiku dan membicarakan sesuatu denganku, tunggu aku di ruang pertemuan!" Raja Yi menyuruhnya pergi menuju ruang pertemuan di istana.
"Baiklah, Yang Mulia."
Sesudah berbicara tanpa bertatap muka dengan Raja Yi Seok Hwang, Perdana Menteri Sung pun segera berlalu dari kediaman Raja.
Beberapa saat kemudian Raja Yi mengganti pakaian tidurnya dengan jubah kerajaan berwarna merah dan berlambang naga lima jari. Jubah Raja ini disebut Gonryongpo ( juga digunakan oleh Putra Mahkota pada Dinasti Joseon ).
Sang Raja pun keluar dari kediamannya lalu berjalan memutar ke gazebo di dekat Kediaman Ratu Myung untuk menuju ruang pertemuan yang dijaga dua orang prajurit kepercayaan Raja.
Setibanya di dalam ruang pertemuan, Raja Yi memanggil perdana menteri dengan suara lantang masuk ke dalam untuk menemuinya dan mendengarkan laporan dari Sung Kwak Bin.
"Perdana Menteri Sung Kwak Bin! Masuklah!"
Sung Kwak Bin yang telah tiba terlebih dahulu di depan ruang pertemuan pun bergegas masuk ke dalam sambil membawa sebuah gulungan kertas.
"Yang Mulia, sekali lagi maafkan atas kelancangan hamba karena mengganggu waktu istirahat Yang Mulia." Perdana Menteri Sung membungkuk dalam-dalam di hadapan raja.
"Ada hal penting apa yang hendak disampaikan kepadaku?" tanya Raja Yi, raut wajahnya begitu serius.
"Begini, Yang Mulia. Tadi malam ketika Yang Mulia sedang mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat dari Negeri Cina, istana ini kedatangan beberapa musuh melalui lubang waktu yang terbuka di halaman utama." Perdana Menteri Sung menjelaskan panjang lebar.
"Apa katamu! Musuh?! Musuh apa dan dari mana asalnya?!" Raja Yi tiba-tiba panik.
"Hamba tidak mengetahui asal-usul mereka, namun orang-orang tersebut mengenakan pakaian berbeda juga penampilannya berbeda," ungkap Sung Kwak Bin.
"Siapapun mereka, harus secepatnya dijatuhi hukuman! Aku tidak mau ada penyusup atau musuh bahkan mata-mata musuh memasuki lingkungan Istana Daeyangbokgung," tukas Raja Yi.
"Hamba mohon ijin untuk menghukum mereka semua, Yang Mulia. Mereka pantas mendapatkan hukuman mati." Perdana Menteri Sung beranjak dari tempatnya berdiri lalu memberikan gulungan kertas yang dibawanya tadi kepada Raja.
"Bawa mereka semua ke hadapanku! Panggilkan Ratu Myung, Putra Mahkota, Kepala Kasim Hwang dan Menteri Jung Eui Gyo ke ruang pertemuan," perintah raja pada perdana menteri.
"Hamba akan segera meaksanakan titah Yang Mulia," balas perdana menteri sambil membungkuk kembali.
Sung Kwak Bin pun kemudian keluar dari ruang pertemuan dengan rasa puas dan gembira. Akhirnya para tahanan tersebut akan menjadi kambing hitam untuk menutupi kejahatan juga identitas asli Perdana Menteri Sung.
Kira-kira apakah Jang Mi serta teman-temannya bisa lolos dari hukuman mati atau tidak? Sementara di ruang pengobatan Tabib Lee baru saja mengetahui bahwa janin di kandungan Myung Eun tidak dapat diselamatkan.
Perselingkuhan itu tidak meghasilkan apapun bagi Myung Eun dan Sung Byul, anak mereka meninggal, Tae Seok juga berencana menceraikan istrinya secepat mungkin.
Ru Na menangis sekencang-kencangnya karena calon keponakannya meninggal, Tabib Lee berusaha menenangkan Ru Na dengan segala cara tetapi tetap saja ia menangis sepanjang pagi itu.
"Nona, maafkan aku karena tidak dapat menyelamatkan bayi di kandungan nona Myung Eun," ucap tabib lirih.
"Anak itu calon anak Tae Seok, calon keponakanku juga. Bagaimana aku harus menjelaskan hal ini pada Tae Seok?" tanya Ru Na pada Tabib Lee.
"Sebaiknya kau jangan memikirkan anak itu dulu, pikirkan dirimu dan kesehatanmu sendiri. Mengenai portal di halaman utama yang kau lihat semalam--"
"Apa portalnya masih terbuka? Aku muak berlama-lama di tempat ini!" jerit Ru Na tidak mampu mengendalikan emosinya.
"Portalnya sudah ditutup seseorang, aku curiga kepada orang itu. Tenanglah Nona, kalau sampai kau tidak bisa keluar dari sini aku akan menjadikanmu sebagai istriku." Tabib Lee mendekati Ru Na, wajah mereka bertemu dan saling menatap dalam.
Deg! Deg! Jantung Lee Byung Yeon berdegup sangat kencang.
Ah, apa aku benar-benar sudah jatuh cinta kepada wanita ini? Tabib Lee membatin.
"K--kau ... mau apa dariku?! Cepat pergi Tabib!" Ru Na mendorong Tabib Lee jauh-jauh.
"Astaga Nona! Kenapa kau mendorongku?? Aku jatuh cinta padamu, kau sangat cantik seperti bidadari." Tabib Lee merayu Ru Na.
"Aku tidak sudi menjadi istrimu! Lebih baik aku mati daripada harus selamanya terjebak di Istana ini!" hardik Ru Na.
"Tabib! Di luar ada prajurit Han ingin bertemu denganmu!" Dayang Seo tiba-tiba menghampiri Tabib Lee di ruang pengobatan, dayang Seo adalah salah satu dayang yang membantu merawat Ru Na juga Myung Eun.
"Prajurit Han? Suruh dia masuk, dayang Seo.
"Baik, Tabib."
Prajurit Han bersama beberapa anak buahnya datang ke Paviliun Byulbich hendak membawa Ru Na dan Myung Eun ke hadapan Raja Yi sesuai perintah Perdana Menteri Sung juga Raja Yi.
Di penjara bawah tanah Jang Mi tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun ketika diseret paksa oleh prajurit Kang, begitu pula dengan Soo Hwan, Tae Seok, Sung Byul serta Tuan Jung Bin.
******