Setelah semua mengetahui bahwa aku dan Luke bersama, kenyataan pahit harus diterima Bella dan keluarganya. Mariane selalu memandangku penuh kebencian. Ambisinya hancur karena Luke terang-terangan menunjukkan sikapnya kepadaku. Rasa malu karena terlanjur memperkenalkan sang panglima neraka, Luke, sebagai calon menantunya di hadapan seluruh ketua klan vampir di daerah barat cukup membungkam wanita itu. Mariane menumpahkan kekecewaan dengan semakin menunjukkan ketidak sukaannya padaku. Sayangnya, Luke tidak menyadari itu. Mariane sangat pandai menyimpan perasaannya di depan Luke rapat-rapat.
Pagi itu, setelah dua minggu menghabiskan waktu bersama Luke dan keluarga Farley, kami bersiap untuk kembali ke Indonesia keesokan harinya. Luke mengadakan malam perpisahan dengan mengundang segala mahkluk yang kusebut dengan mahkluk ajaib untuk menghadiri makan malam. Dari goblin, vampir, manusia keturunan penyihir hingga para elf yang menjadi pelindung bumi. Perjamuan diadakan di halaman rumah dan entah sihir apa yang digunakan, udara di halaman sangat hangat dan nyaman. Tidak ada kesan dingin sedikitpun.
Aku dan Bian menikmati secangkir minuman yang dibawa para elf. Mereka menyebutnya dengan minuman 'Binsare' atau nektar manis. Rasanya menyegarkan dan sangat enak. Belum pernah aku dan Bian mencicipi minuman seenak ini. Suara gelas dipukul garpu berdentang. Semua menoleh ke arah asal suara. Mariane! Rasa curiga seketika mengisi pikiranku. Bian melirikku dengan mata setengah terpicing.
"Attention please, I have announcement," serunya. Para hadirin menunggu dan bisikan-bisikan halus mulai terdengar. Luke memeluk pinggangku dari belakang dan mengesekkan pipinya ke rambutku.
"As you know, Fiona, my daugther, is no longer become Luke's fiance." Mariane berhenti sejenak menatap mata semua tamu.
"But, since it's not fair for her, we have to reveal a secret that never been told before."
Mariane seperti mengulur waktu dan dadaku berdebar. Perasaanku mulai tidak enak. Aku melirik Fiona yang menunjukkan sikap arogan.
"She's carried a child that belong to Luke. Just before she turned into vampire."
Kalimat Mariane laksana besi panas yang menusuk kupingku. Kecupan Luke berhenti dan pelukan terurai.
"Apa maksudmu Mariane," teriak Luke. Aku tahu maksud Luke menggunakan bahasa Indonesia, supaya aku dan Bian memahami. Padahal, aku dan Bian tidak pernah kesulitan menggunakan bahasa Inggris. Kami berdua adalah mahasiswa terbaik dengan pengetahuan dan kemampuan bahasa inggris yang mumpuni.
"Fiona melahirkan darah dagingmu Luke," jawab Mariane dengan tenang.
"Aku tidak pernah menyentuh Fiona sedikit pun, aku bukan makhluk kotor yang mengumbar nafsu pada seseorang yang belum kubawa ke hadapan Magna Patris!" desis Luke marah.
Mariane melambaikan tangan kepada salah satu pengikutnya. Tak berapa lama, muncul seorang anak gadis berusia sekitar tujuh tahun muncul. Matanya merah gelap. Astaga, dia juga vampir! Kenyataan bahwa Luke sudah menghamili Fiona saja membuatku hampir pingsan. Aku menahan emosi yang bergejolak. Aku merasa dibohongi.
"Karena wabah melanda, Fiona terpaksa mengubah anaknya menjadi vampir. Jadi inilah, rahasia yang kami simpan. Kami tidak akan tinggal diam melihatmu asyik dengan mainan barumu, sementara seharusnya kau melakukan tugasmu sebagai ayah, Luke!" seru Mariane tajam.
"Kau tidak punya bukti, kebohonganmu akan terkuak, Mariane!" Amarah Luke mulai bangkit. Tentara nerakanya mulai bersiap diri. Mariane segera menyanggah buru-buru.
"Aku punya bukti Luke. Tanyalah kepada Asmodeus. Dia yang memahami persis, apa yang terjadi. Atau ... Uriel sahabatmu, malaikat yang memiliki pengetahuan tentang segalanya," tantang Mariane tajam. Senyum kemenangan terukir di wajah liciknya. Aku mencoba mengatur emosi yang bergemuruh di dada.
"Jahanam kau Mariane! Asmodeus kau ajak sengkokol untuk menjeratku," ucap Luke penuh angkara. Tapi aku melihat Luke mulai menyadari bahwa itu benar. Anak itu adalah putrinya.
"Apa yang kau harapkan dari manusia itu Luke?! Kekasihmu hanya akan bertahan selama berapa lama? Delapan puluh tahun? Bahkan pada saat usianya menginjak lima puluh, dia tidak akan membuatmu tertarik lagi Luke! Belum lagi dia manusia dan kau iblis!" seru Fiona memberikan suaranya. Aku seperti tertampar. Kalimat Fiona ada benarnya. Aku tidak akan mampu mendampingi Luke selamanya. Saat usiaku tidak muda lagi, Luke akan tetap tampan dan mungkin lambat laun berpaling.
"Jika memang kau menginginkan Luke, biar dia yang memutuskan!" seru Bian tiba-tiba. Tidak kusangka Bian berani mengucapkan kalimat itu.
"Siapa pilihanmu Luke," tuntut sahabatku. Wajah Luke mengeras.
"Rie, dan selamanya akan tetap Riona Nataline," desis Luke dengan tangan terkepal. Fiona dan Mariane sangat emosional mendengar pernyataan Luke. Aku memandang gadis kecil yang berdiri tidak jauh dari kami. Aku melangkah pelan dan menghampirinya. Luke terlihat ingin menghentikan langkahku, tapi Bian menahannya.
"Hi, what is your name?" tanyaku sambil berjongkok. Gadis itu memandangku kembali dengan matanya yang indah, walau retina merah gelap. Gadis kecil itu mengerjapkan matanya. Oh Tuhan, matanya mirip Luke.
"Valerie," jawabnya. Suaranya jernih dan lucu.
"You're human, I can smell your blood. Are you afraid of me?" tanyanya polos
"No, I'm not. Why would I?" jawabku geli.
"But i am vampire, my mom's said that other children and people will try to kill me because i am a monster." Para elf terharu mendengar ucapan Valerie.
"That's wasn't right. They don't know about you. I believe you are a good girl," jawabku tersekat. Aku menahan haru di tenggorokan, Fiona meracuni pikiran anaknya sendiri. Kenapa ada para kaum ibu banyak yang tega melakukan hal tersebut?
"Ok Valerie, my name is Rie, would you like to say hi to your dad?" tanyaku. Valerie mengangguk. Aku membimbing tangan gadis itu berjalan menuju Luke.
Panglima dari tentara neraka yang gagah berani tersebut terlihat rapuh. Luke bersimpuh dengan gerakan pelan. Jemarinya menyentuh wajah gadis kecil yang baru diketahui sebagai anaknya.
"Hi Valerie," sapa Luke yang tercekat oleh haru. Luke bersimpuh dengan mata berkaca-kaca. Valerie tersenyum. Tangan mungilnya menyentuh pipi Luke. Detik berikutnya, Luke merengkuh Mariane dan memeluknya erat.
"Kau mengenali darah yang mengalir ditubuhnya bukan Luke?" sindir Mariane.
"Hentikan semua omong kosong dan dramamu, Mariane!" seruku dengan tegas. Para hadirin terkejut. Fiona terlihat ingin membalas ucapanku.
"Luke akan menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah!" Aku semakin emosi. Aku melirik ke arah Bian yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Luke menungguku dengan muka gelisah. Dia terlihat takut jika kalimat berikutnya mungkin akan menyakitkan buat dia.
"Aku akan kembali ke Indonesia. Luke harus menebus ketidakhadirannya sebagai papa untuk Valerie. Tapi setelah itu, dia milikku. Ingat, Luke adalah milikku!" ucapku tajam. Aku berlalu dari hadapan mereka. Luke tersenyum lega dan memeluk putrinya semakin erat.
"Kau! Manusia rendahan yang menjijikkan, akan kubalas semua ini!" Marian mencengkeram leherku dalam kecepatan yang aku tidak pernah duga.
"Kau juga pernah menjadi manusia, Mariane. Tapi kau melepas hak istimewa itu dengan bodohnya!" jawabku dengan suara tercekik. Luke meraih tubuh Mariane dan membantingnya dengan kuat.
"Jika kau sentuh Riona sekali lagi, maka pasak kayu akan menancap di dadamu!" ancam Luke dengan bengis. Mariane terkapar dengan napas terengah. Aku melihat kilat kebencian makin terpancar.
***
Kami kembali menempuh penerbangan yang sangat panjang menuju Indonesia. Bian terlihat sudah lemas ketika kami memasuki pesawat. Kepenatan yang luar biasa akan terulang. Luke melepasku dengan sangat berat.
Kami melewatkan malam terakhir dengan aku berdiam diri sendirian di kamar. Butuh waktu buatku mencerna semua yang telah kuketahui. Satu hal yang menambah kekuatanku sekarang, bahwa aku bukanlah gadis yang sama saat tiba di Melrow. Perjumpaanku dengan para mahkluk ajaib dan pengetahuanku tentang mereka, membuka cakrawala pikiranku.
Dunia ternyata sangat luas dan penuh misteri. Kecintaanku pada Tuhan Allah semesta, makin bertambah. CaraNya membuat semua menjadi dinamis dan di luar jangkauan pemikiran manusia awam sepertiku adalah luar biasa.
Bian juga terlihat jauh lebih matang. Sikapnya tampak tenang dan berwibawa. Diusia kami yang baru menginjak awal dua puluhan, telah memiliki pengalaman hidup yang sangat kompleks.
Melihat kembali rumah di mana aku dan Luke pernah bersama, menumbuhkan kerinduan yang belum tuntas. Luke mencintaiku dengan cara yang tidak lazim. Bukan seperti layaknya seorang kekasih yang berusaha mendekatkan diri dan menyenangkan hati sang pujaan, tapi Luke menempaku menjadi gadis berani, tegar dan tidak cengeng. Bahkan perpisahan dan jarak tidak sedikit pun menjadi kendala untuk Luke menjadikan aku sebagai satu-satunya wanita dalam hidupnya.
Aku berharap Luke akan menjadi figur ayah yang baik dan bertanggung jawab untuk Valerie. Mengingat gadis kecil itu membuatku miris sekaligus bergidik. Fiona membunuh anaknya sendiri dan mematikan pertumbuhannya untuk tua secara alami. Valerie akan hidup selamanya menjadi anak kecil dan tidak akan mendapat pengalaman rasanya jatuh cinta dan menjadi remaja.
Menjadi vampir akan menghentikan proses alami pertumbuhan fisik dan mental. Keputusan yang diambil Mariane dan Fiona adalah hal terkeji yang pernah kudengar. Bagaimana mungkin demi ambisi mereka berdua yang ingin menjerat Luke, Valerie menjadi korban? Tidakkah lebih baik bagi gadis kecil itu meninggal karena wabah dan bahagia di surga? Aku mengusir jauh-jauh pikiranku yang semakin rumit.
Januari 2018 ini aku harus kembali konsentrasi ke kuliah dan menyelesaikan pendidikanku. Email dari Luke tiba saat aku membuka daftar tugas dari dosen yang dikirim lewat email. Luke memberitahu bahwa sejumlah uang yang cukup fantastis angkanya baru saja masuk di rekeningku. Aku tidak mengharapkan itu. Tabunganku sendiri tidak lebih dari sepuluh juta. Aku sudah melihat akibat dari gila harta dan uang dari orang tuaku, materi duniawi tidak lagi menjadi prioritas utama.
Ponselku bergetar, dan pesan dari Maya cukup mengusikku.
-Rie, butuh banget tempat curhat! Papa ditangkap polisi!-
Aku bergegas dan menyambar tas juga kunci mobil menuju ke kampus.