"Mba daritadi ilang fokus terus, ada apa?" Tanya Zidan seraya menyerahkan segelas minuman berisikan hot choco yang sengaja dibuat untuk Valerie.
Valerie masih terdiam, enggan untuk menjawab pertanyaan Zidan. Dirinya memang mengakui kalau hari ini cukup kacau untuk dirinya sendiri, Valerie tidak bisa fokus, pikirannya terus buyar. Akibatnya dia terus saja melakukan kesalahan pada saat melayani pelanggannya, untung saja karyawannya yang lain dengan sigap langsung memback-up Valerie supaya tidak kena protes dari pelanggan.
Om Farhan yang mengetahui hal tersebut langsung menyarankan Valerie untuk beristirahat, sementara beliau menggantikan pekerjaannya Valerie.
"Mba? Hey..." saut Zidan lagi.
Valerie menghela nafasnya panjang kemudian tersenyum simpul sembari menatap Zidan sendu. "Saya cuman takut aja Dan..." ucap Valerie sambil meraih gelas dihadapannya.
"Kenapa? Mba mau cerita?" Valerie pun menganggukkan kepalanya kecil, kemudian dia menceritakan kejadian kemarin kepada Zidan. Seperti biasanya Zidan tidak akan memotong pembicaraan Valerie sampai dia benar-benar menyelesaikan ucapannya.
"Mba.. kalau menurutku ya, kayanya mba harus jauh dulu dari rumah mba. Maksudnya ya untuk nenangin diri aja dulu, dan juga menghindar dari mereka. Takut-takut dateng lagi, pasti mba yang dicari"
"Terus, om sama tante saya?"
"Mba kayanya gausah khawatirin keluarga mba, Zidan yakin kalau mereka juga pasti mengerti. Kalau seandainya pak Heri atau bahkan bisa aja ibunya mba yang dateng kerumah mba, mereka langsung berhadapan sama orang yang seharusnya dihadapin. Apalagi ibunya mba"
"Justru itu Dan, kalau saya nanti pergi tapi om sama tante saya dirumah... terus amit-amitnya mereka dateng lagi bakal gimana? Mereka gatau apa-apa. dan lagi mereka cuman punya masalah sama ibu, saya gamau ngelibatin masalah lain lagi sama om saya.. beliau udah terlalu banyak nanggung beban" jawab Valerie seraya menyugar rambutnya ke belakang diikuti nada bicaranya yang cukup frustasi.
"Saya tu pengen bawa semuanya pergi dari rumah itu, jadi gaada lagi yang ganggu. Saya bisa hidup tenang lagi kaya dulu"
"Mba.. kalau Zidan boleh nebak, pasti om sama tante mba ngelarang buat pindah. Bener ga?" Tebak Zidan dan dibalas dengan anggukkan kepala oleh Valerie sambil terkekeh.
"Om sama tante saya nentang kalau sampe harus pindah, mereka gamau"
"Nah itu, saya juga nentang. Bukan apa-apa mba, perkara mba pindah rumah tu gabakalan nyelesain masalah dan bisa aja mereka bakal cari mba kemanapun itu, saya yakin cafe emang gabakal disentuh, tapi kalau rumah mba sendiri.. saya yakin pasti bakal dicari"
"Mba, mba tu lagi khawatir aja sama om juga tantenya mba, karena mereka emang lagi kena musibah juga. Jadi mba takut om Farhan ikut keseret sama masalah ini." Lanjut Zidan lagi.
"Terus saya harus gimana Dan? Saya bingung, jujur aja initu ganggu banget buat saya"
"Ikutin omongan saya yang barusan mba, karena menurut saya.. om sama tante mba tu gamasalah, mereka bisa ngehadepin sesuatu hal karena mereka tau apa yang harus mereka lakuin. Cuman kalau mba kadang saya juga ragu, soalnya mba tu impulsif. Jadi sebaiknya mba pergi dulu dari rumahnya mba buat beberapa hari"
"Tapi Dan-"
"Mba.. percaya sama Zidan, kalau mba ragu biar Zidan bantu ngomong. Gimanapun juga kan Zidan tau sedikit soal masalah mba ini.. jadi ya Zidan pasti bakal bantu juga nanti"
--
Seusai cafe tutup, sesuai dengan ucapan Zidan tadi siang Zidan mengajak Valerie dan juga om Farhan untuk berbincang.
"Ada apa Dan, Val?" Tanya om Farhan saat mereka bertiga sudah dalam posisi nyamannya mereka masing-masing.
"Eum.. begini om, maaf sebelumnya. Disini Zidan ngewakilin mba Valerie untuk ngomong sama om, soalnya mba Valerie bingung mau ngomongnya terus gaenak juga sama om.. dan kebetulan Zidan juga tau masalahnya karena Zidan temen curhatnya mba Val.." ucap Zidan sebagai kalimat pembuka. Om Farhan hanya membalas dengan anggukkan kepala diikuti dengan senyuman lembut khas kebapaannya.
"Nah, kebetulan tadi mba Valerie udah cerita sama Zidan. Dan Zidan nyaranin sama mba Val untuk keluar dari rumah, karena mba Valerie ini orangnya overthinking banget om, dan takutnya ada impact lain. Jadi Zidan kasih saran begitu, cuman mba Val agak berat karena gaenak harus ninggalin om dan keluarga di rumah sendirian. Mengingat mba Val itu pengennya sampe pindah rumah" Lanjut Zidan lagi kembali menjelaskan niatnya kepada om Farhan.
"Zidan... om berterima kasih sekali sama kamu karena sudah mau menjadi teman ceritanya Valerie selama ini. Dan untuk pendapat kamu barusan, om sepertinya setuju. Karena ngeliat Valerie tadi siang juga cukup bikin om khawatir" tanggapan dari om Farhan cukup tenang dan positif, Zidan langsung menghela nafasnya panjang sembari tersenyum kemudian dia melirik ke arah Valerie yang kini sedang tersenyum tipis sembari menatap om Farhan.
"Zidan bener Val, om khawatir ngeliat kamu tadi siang. Om gamau kamu terus merasa terganggu seperti itu, kita emang gaakan pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya.. tapi gaada salahnya untuk cari aman, jadi kamu mending cari dulu tempat tinggal untuk menyendiri dan tenangin pikiran kamu" lanjutnya lagi.
"Om sama tante gimana? Gamungkin kan Valerie biarin om sama tante gitu aja? Apalagi kalau mereka dateng lagi.. Val gamau" bales Valerie.
"Kamu gausah khawatirin om sama tante, kalau memang ibumu yang datang om malah bersyukur. Jadi om bisa ajak ibumu untuk ngobrol dan selesaikan semua masalahnya... Val, yang mereka inginkan itu kamu dan om juga gasuka ngeliat kamu seperti di teror seperti ini" ucap om Farhan sembari meraih tangan Valerie kemudian digenggamnya erat oleh beliau.
Valerie hanya tersenyum, apa yang diucapkan oleh om Farhan sama percis dengan apa yang Zidan bilang kepada dirinya tadi siang. Mereka berdua sudah satu kepala, dan dua lawan satu tentu saja Valerie kalah disini.
"Kalau gitu, om bisa kan janji sama Val kalau om, tante sama Fanya bakal baik-baik aja?"
"Iya Valerie.. kamu gausah khawatir. Lagipula kamu cuman perlu beberapa waktu aja dan kamu masih bisa ketemu om sama tante dan adikmu itu.. kita gaakan kemana-mana Valerie"
Setelahnya Valerie hanya menganggukkan kepalanua setuju. Karena jika dipikirkan kembali olehnya, Zidan memang benar. Dirinya memang butuh waktu untuk menenangkan diri, kekhawatiran dirinya memang menjadi saat ibu dan pak Heri mengetahui kediaman pribadinya. Ditambah lagi saat om dan tantenya sudah menetap di rumah Valerie.
Kekhawatiran Valerie memang tidak berdasar, hanya saja cukup mengganggu pikiran dan batin Valerie.
"Kasih Valerie satu minggu ya om"
"Kamu yakin satu minggu cukup?" tanya om Farhan memastikan.
"Cukup"