Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 31 - Thirty One

Chapter 31 - Thirty One

Setelah berbincang juga dengan tante Sarah dan beliau juga setuju, Valerie pun akhirnya mengepak sebagian barang-barangnya yang akan dia bawa menuju apartement milik Andrea.

Ya, kediaman Andrea menjadi pilihan Valerie karena hanya disana tempat yang menurutnya cukup aman dan familiar bagi Valerie.

Selain menjauh dari rumah, Valerie juga mengambil cuti satu minggu. Dia sengaja meliburkan diri untuk beristritahat, dan lagi kalaupun Valerie menjauh dari rumah tapi masih terus saja datang ke cafe menurutnya itu sia-sia.

"Beneran gamasalah lo tinggal dulu disini? Om sama tante lo udah kasih izin?" Tanya Andrea sembari menata alat-alat makeup milik Valerie ke atas meja.

"Udah.. om sama tante gue juga kayanya udah percaya sama lo, jadi mereka setuju gue ada di sini" jawab Valerie yang tengah melipat kembali baju-bajunya agar lebih rapih.

"ga keberatan kan Ndre?"

"Lo nanya gitu lagi gue hajar ya Val. Sumpah gue serius" jawab Andrea yang hanya dibales dengan kekehan oleh Valerie.

"Lo tau ga sih Val, gue ko mikirnya si pak Heri ini kaya udah ngincer lo dari lama ya? Maksud gue tu kaya mantau gitu" ucap Andrea tiba-tiba. Dirinya memang sudah diceritakan juga oleh Valerie, maka dari itu dia secara spontan berpikir seperti itu.

"Ya.. bisa jadi Ndre, dia kaya, duitnya banyak. Pasti semua bisa dia raih dengan mudah pake uangnya. Apalagi dia deketin ibu gue, dan ibu gue pasti cerita juga soal gue. Gamungkin engga"

"Gila ya.. bisa serapih itu, berasa kaya bom waktu tauga. Pas waktunya tiba, boom! Mereka langsung datengin lo terus-menerus. Soalnya kan ibu lo bisa tau rumah lo dari mana coba"

"Yaudah.. biarin aja, tapi gue harap mereka gadateng lagi. Kalo emang yang mereka mau itu gue, yaudah cukup gue aja yang mereka datengin. Gausah bawa-bawa om sama tante gue.. gue gamau mereka makin terlibat banyak masalah"

"Dan berakhir lo yang stress sendiri karena mereka? Yakali Val, orang-orang disekitar lo- termasuk gue gaakan pernah ngebiarin hal itu terjadi. Lo tu kenapaya seneng banget deh mendem.. gabaik tau"

"Iya Andrea.."

Ting

Tong

Pintu dari unit Andrea berbunyi, sontak keduanya pun sama-sama menolehkan kepalanya ke arah pintu. Valerie yang memang posisinya lebih dekat dengan pintu langsung menyudahi kegiatannya sejenak kemudian menghampiri pintu.

Setelah dibuka pintunya, ternyata itu adalah Arya dan dia tidak sendirian. Di sebelahnya ada Anya yang sudah tersenyum dengan lebar saat menyadari kalau yang membukakan pintu adalah Valerie.

"Hai Val!"

"Halo ka Valerie!"

Sapa Arya dan juga Anya bergantian sambil tersenyum.

"Hai kalian.. ayo masuk!" Ujar Valerie sambil bergeser untuk memberikan akses masuk untuk Arya dan juga Anya.

"Wah mas.. dateng lebih cepet ternyata" ucap Andrea datang dari arah belakang seraya tersenyum saat Arya dan juga Anya masuk kedalam unitnya.

"Iya, saya udah gaada kerjaan apa-apa lagi di kantor. Terus Anya juga rewel minta ditemenin, kebetulan saya inget janji saya sama mas Andrea yaudah saya langsung kesini aja" jawab Arya.

Valerie yang tidak tahu-menau soal situasi sekarang hanya tersenyum kemudian dirinya menatap Andrea meminta penjelasan.

"Oh, ini... tadi pagi kebetulan gue dateng ke kantornya mas Arya ngurusin kerjaan. Terus gue ngajakin mas Arya buat dateng ke apart, makan malam bareng sekalian nobar" jelas Andrea dan Valerie hanya menganggukkan kepala.

"Sorry kalau ga sopan, tapi itu koper kamu Valerie? Kamu nginep di sini?" Tanya Arya, sontak Valerie juga Andrea langsung menengok ke belakang. Tepatnya ke kamar Andrea yang memang tidak ada penghalang apapun, hanya dihalangi oleh tembok kaca sebagai pembatas antara kamar dan juga ruang tengah.

"Oh.. iya, kebetulan saya kabur dari rumah. Jadi ngungsi dulu di sini"

"Serius ka?! Wah kebetulan banget! Ka Arya, nanti Anya sering main kesini gapapakan?" ucap Anya dengan antusias, Arya terkekeh sambil mengusap lembut kepala adik bungsunya. "Tanyanya sama yang punya tempat tinggal lah, masa sama kakak"

"Ka Andrea.. boleh ga?" Lanjut Anya lagi.

"Ya boleh dong! Kebetulan Valerie juga cuti seminggu, jadi dia bakal banyak sendirian di sini. Anya temenin ya kalau abis pulang sekolah"

"Siap bos!"

--

Sehabis makan malam, empat manusia yang berada di unit milik Andrea langsung sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tetapi mereka dibagi menjadi dua kubu, yang satu sibuk dengan acara bola sementara yang satu sibuk dengan aksi kepang-mengkepang diikuti sesi curhat antar sesama perempuan.

"Kakak tu punya adik ga?" Tanya Anya yang menatap dirinya dan juga Valerie di pantulan kaca.

"Engga, kakak tu anak tunggal. Tapi kakak punya adik sepupu perempuan.. dia seumuran sama kamu, namanya juga mirip" jawab Valerie yang dengan telaten mengkepang rambutnya Anya.

"Oya? Siapa namanya ka? Sekolahnya dimana?"

"Namanya Fanya, dia pindahan.. belum lama. Sekolahnya di deket rumah kakak, soalnya belum familiar kan sama daerah sini jadi mau yang deket aja"

"Ohh... gitu, kapan-kapan aku pengen ketemu sama sepupunya ka Val"

"Boleh.. nanti kakak ajak kerumah ya"

"Beneran? Asik!" Jawab Anya dengan sangat gembira. Valerie hanya tersenyum melihat tingkah Anya, cukup menggemaskan untuknya.

"Kamu sama Arya deket banget ya kayanya? Kakak gemes banget kalau ngeliat kalian berdua"

"Iya.. aku sama ka Arya deket, ketimbang sama ka Alana, aku lebih deket sama ka Arya. Padahal aku sama dia juga jarang ketemu, sekarang aja aku lagi banyak ngabisin waktu sama dia, soalnya ka Arya yang ngajak duluan" jawab Anya. Valerie agak sedikit bingung saat Anya menyebutkan nama lain yang cukup asing baginya. Tapi dirinya juga langsung menarik jawaban kalau Arya memiliki 2 saudara perempuan.

Entah nama yang Anya sebutkan tadi itu anak pertama atau bukan, Valerie tidak peduli.

"Seneng ga punya kakak?"

"Eum.. ka Val mau jawaban jujur atau boong?" Jawaban dari Anya cukup diluar dugaan. Bahkan sangat tidak terduga. Valerie cukup terkejut mendengar jawaban Anya, karena dari nada bicaranya Anya pun tidak ada becandanya sedikitpun, sangat serius. Bahkan eskpresi mukanya pun berubah langsung saat dia menjawab.

"Hah? Emangnya kenapa? Ko Anya kaya gitu jawabnya?" Saut Valerie selembut mungkin dan hati-hati, takut dirinya salah berucap yang nantinya berujung fatal.

Anya langsung menampilkan sebuah senyuman, tapi tidak seindah seperti biasanya, yang Valerie lihat dari pantulan kaca senyuman tersebut menyiratkan sebuah kesedihan yang sudah terpendam lama. Dirinya pun sempat menolehkan kepala, ke arah Arya dan juga Andrea yang tengah asik menonton pertandingan sepak bola.

"Ka Val..." panggil Anya dengan suara yang kecil namun bisa Valerie dengar dengan jelas.

"Kenapa?"

"Ka Val bisa Anya percayain kan?"