Valerie terdiam mendengar pertanyaannya Anya. Bukan pertanyaan yang sulit tapi cukup membuat lidah Valerie menjadi kelu, dirinya seakan sulit untuk menjawab.
Bukan tanpa sebab, tetapi dirinya ragu untuk berkata iya karena dirinya dengan Anya tidak memiliki kedekatan yang sudah sampai ke tahap saling bercerita masalah pribadi.
Valerie akui pribadi Anya memang menyenangkan, bisa membuat siapapun merasakan kenyamanan jika berada di dekat gadis cantik itu. Tapi Valerie pun tahu batasannya, dia tahu sampai mana dirinya harus berdiri jika sedang bersama dengan Anya.
Valerie juga tahu kalu apa yang akan diceritakan oleh Anya bukan masalah yang biasa, Valerie paham betul karena dia juga bisa merasakan itu dari sorot matanya Anya. Namunn, Valerie masih belum siap jika harus mendengarnya.
Valerie juga merasa kalau itu bukan ranahnya.
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Anya membalikkan badannya menghadap Valerie. Dia meraih kedua tangan Valerie untuk digenggamnya erat, sorot matanya pun menunjukkan rasa memohon. Membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan iba, termasuk Valerie sendiri.
"Ka.. Anya bener-bener udah gabisa nahan lagi" ucap Anya dengan suara yang cukup kecil dan terkesan putus asa.
"Nya, kakak gatau. Kakak gayakin, soalnya-"
"Ka, Anya pernah sekali cerita sama orang. Dan berakhir buruk emang.. jujur aja Anya trauma akan itu, tapi ngeliat ka Valerie.. gatau kenapa Anya yakin kalau kakak emang orang yang tepat" potong Anya dengan nada bicaranya yang meyakinkan Valerie.
Valerie masih terdiam, menimang-nimang apakah dia harus meng-iyahkan atau menolak. Dan selama itu pula Anya terus menatapnya memohon, bahkan genggaman tangannya pun tidak terlepas sama sekali.
Valerie pun menghela nafasnya panjang, sembari menganggukkan kepala. Akhirnya dia memilih untuk mendengarkan Anya, karena dirinya beneran tidak tega karena melihat sorot matanya Anya.
"Anya mau cerita apa? Sebenernya kakak agak ga yakin, tapi kakak ga tega ngeliat kamu. Jadi semoga kakak bisa kasih kamu kenyamanan untuk curhat yah..." ujar Valerie lembut.
"Makasih ya ka, sebenernya Anya gamau lagi cerita soal ini. Karena Anya pernah di khianatin sama temen sendiri, tapi semakin ke sini Anya makin gakuat nahannya ka.. Anya ga bahagia ka" nada bicara Anya kini mulai bergetar, dirinya menundukkan kepala sambil memainkan jari-jari tangan Valerie.
Batin Valerie sudah yakin kalau Anya sedang menahan tangisannya.
"Kalau kakak mau tau.. Ibunya Anya itu istri ketiga. Anya, ka Alana sama ka Arya itu beda ibu.." lanjut Anya lagi. Valerie yang mendengar fakta tersebut sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau hubungan keluarga Anya dan juga Arya cukup rumit.
"...dan Anya baru tau fakta itu waktu pas ulang taun Anya. Ayah sama ka Arya berantem hebat, mereka ngebahas sesuatu tentang ibunya ka Arya. Dari situ Anya baru sadar kalau kita bertiga itu beda ibu"
"Awalnya Anya bangga banget sama keluarga Anya, ibu sama ayah Anya itu hebat.. Anya juga punya dua kakak yang cantik juga ganteng dan mereka pun gakalah hebatnya. Tapi saat Anya tau fakta itu, semua pikiran Anya langsung berubah terhadap keluarga Anya sendiri. Anya kecewa sama ayah.. karena kalau ibunya Anya itu istri ketiga, ga menutup kemungkinan ayah bakal cari yang lain lagi kan ka?"
"Anya sedih banget ka, Anya sempet stres waktu tau fakta yang sebenarnya. Anya itu orangnya gasanggup nanggung masalah sendirian ka, Anya tu orangnya pasti bakalan numpahin keluh kesah Anya ke orang lain. Dan Anya akhirnya curhat ke sahabat Anya sendiri.."
"Cuman, setelah Anya curhat.. hal yang gapernah Anya bayangin terjadi. Sahabat deket Anya nyebarin semuanya ke satu Sekolah, alhasil Anya dibully. Dan bully-an itu masih berlanjut sampe sekarang, Anya gatau gimana ceritanya rumor itu bisa kesebar ke Sekolah Anya yang sekarang. Tapi yang jelas mereka semua tau Anya itu siapa, dan keluarga Anya kaya gimana"
"Selama ini Anya cuman diem, Anya ga bilang sama semuanya karena Anya takut. Tapi... dari semuanya, Anya gapernah bisa ngerasa kecewa sama ka Arya. disaat Anya ngerasain rasa sakit hati ke ayah sama ibunya Anya, ke ka Alana, cuman ka Arya yang jadi pengecualian. Mungkin karena ka Arya sayang sama Anya itu tulus, dan Anya bisa ngerasain itu"
"Cuman, mau seberapa besar sayangnya ka Arya ke Anya.. rasa sakit Anya ga ilang ka. Sakitnya Anya di rumah sama di Sekolah terlalu mendominasi.."
"Anya cape ka.." tepat setelah Anya mengatakan hal tersebut tangisannya langsung pecah. Valerie yang sedari tadi mendengar curhatan Anya ikut merasakan rasa sakitnya, karena dirinya pun mengalami hal yang sama seperti Anya. Walaupun tidak separah Anya tapi Valerie mengerti dengan sangat bagaimana tersiksanya hal tersebut.
Valerie menarik Anya masuk ke dalam pelukannya, tangan Valerie terus mengusap punggung Anya dengan lembut, memberikan ketenangan untuk Anya.
Valerie saat ini membayangkan jika yang ada di posisi seperti ini adalah Fanya. Entah akan seperti apa jika itu terjadi, mungkin Valerie akan merasakan sakit yang lebih dari ini.
Anya melepaskan pelukannya dengan Valerie, mata dan hidungnya kini sudah me merah akibat tangisannya. Tangan Valerie terulur untum mengusap pipi chubby-nya Anya yang basah karena air mata.
"Nya.. kakak boleh tau Anya dibully kaya gimana di Sekolah?" Tanya Valerie dengan hati-hati.
"Mereka ngecap Anya anak simpanan..."
"Astaga mulut anak zaman sekarang"
"Anya selalu takut ka kalau harus ke Sekolah. Karena mereka semua jahat sama Anya" ucapnya sambil terisak.
Tangan Valerie kini meraih tangan Anya untuk digenggam dan di usapnya lembut. Sosok Anya sekarang ini di hadapannya sangat amat rapuh, dan Valerie juga membayangkan kalau Anya ini adalah Fanya karena usia mereka yang sama.
"Nya.. kakak tu jadi keinget sama adik sepupu kakak tauga. Kakak sama dia emang ga begitu deket karena kita udah ga ketemu untuk waktu yang cukup lama. Tapi kakak sayang banget sama dia, dia udah kaya adik kakak sendiri..."
"Dan kakak ngeliat kamu sekarang, jujur kakak sakit banget.. kakak gabisa bayangin kalau Fanya ada di posisi kamu apakah dia bakalan sekuat kamu atau engga.."
"Nya.. dengerin kakak yah, ini mungkin emang gaakan membantu kamu. Tapi kakak mohon sama kamu, terus bertahan yah.. jangan pernah ngerasa sendirian karena pada kenyataannya pun you're not. Kamu itu hebat Nya, kamu juga ga serendah itu.. kamu punya sesuatu hal yang belum tentu di milikin sama orang yang ngebully kamu"
"Dan kakak juga mohon sama kamu, untuk jangan peduliin semua omongan mereka. Biarin aja mereka semua mau ngomong apa, yang penting kamu jangan pernah ngebales perbuatan mereka dengan hal yang sama. Ok?"
"Iya ka.." ucap Anya masih terisak. Valerie pun tersenyum sendu sembari mengusap kembali pipinya Anya.
"Sini kakak peluk lagi.. ya ampun Nya"