Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 29 - Twenty Nine

Chapter 29 - Twenty Nine

"Nya... kamu kalo ngeliatin kakak kaya gitu lagi, kakak cubit loh ya pipi kamu" ucap Arya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Sementara Anya hanya terkekeh lalu dia pun mengalihkan pandangannya kembali menatap jalanan setelah puas memperhatikan muka Arya.

"Emangnya di muka kakak ada apa sih Nya?" Lanjut Arya lagi.

"Gaada apa-apa, cuman Anya suka aja ngeliat kakak pas di resto barusan" jawab Anya dengan tegas.

"Kakak ngapain emang? Perasaan kakak cuman makan terus ngobrol aja, gaada yang aneh"

"Iya itu maksud Anya, kakak selama ini temenannya cuman sama ka Fito doang. Kesannya kalian tu kaya gay tau!" Cibir Anya seraya menepuk bahunya Arya pelan.

"Sembarangan kamu! Kakak masih normal ya, becanda kamu" protes Arya yang hanya mendapat kekehan dari Anya.

"Tapi ka... Ka Valerie cantik yah, mukanya bule-bule gimana gitu"

"Kamu juga cantik Nya.."

"Aku serius ka"

"Emang kakak keliatan becanda?" Anya hanya mendengus sebal, lalu dirinya memilih untuk memalingkan wajahnya mengarah jendela sembari bergumam. "Semoga aku bisa ketemu ka Valerie lagi" dan tentu saja gumamannya itu bisa di dengar oleh Arya.

--

"Lo serius gaakan mau mampir dulu?"

"Engga deh, salam aja buat orang rumah" bales Andrea, Valerie hanya menganggukkan kepala kemudian dia turun dari mobilnya Andrea.

Setelah dirinya memastikan mobil Andrea sudah menjauh, barulah Valerie masuk ke dalem rumahnya.

Tetapi, langkah kakinya Valerie sempat terhenti sejenak. Bukan karena pintu rumahnya yang terbuka lebar, tetapi sepatu hitam milik seorang pria tentu saja berada di depan pintu rumahnya. Valerie pun membalikkan badannya dan dia baru menyadari jika ada satu mobil sedan berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya.

Tiba-tiba saja perasaan Valerie mendadak tidak enak, dia langsung saja segera melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumahnya. Sampai akhirnya langkahnya kembali terhenti saat di ruang tamu dia melihat om dan tantenya yang tengah duduk dengan perasaan gelisah, tapi bukan itu yang menjadi fokus Valerie. Melainkan orang yang berada di hadapan om dan tantenya, orang yang tentu saja sangat Valerie hindari.

"Valerie..." panggil pak Heri. Sontak om dan tantenya Valerie langsung menolehkan kepalanya, menatap Valerie yang kini tengah menatap tajam pak Heri.

"Bapak ngapain ada di rumah saya?" Tanya Valerie ketus.

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu" jawab pak Heri dengan tenang.

"Apa lagi? Bukannya saya sudah bilang kalau saya tidak peduli? Dan jangan pernah ganggu saya lagi, saya pikir bapak cukup pintar untuk mengerti ucapan saya tempo hari"

"Maaf, tapi saya tidak bisa melakukan itu. Karena saya tidak mau memutuskan hubungan keluarga calon istri saya dengan anaknya dan juga sanak keluarga lainnya"

"Saya sudah bicara dengan om dan juga tante kamu, tapi mereka bilang semua keputusannya ada di kamu"

Valerie menghela nafasnya jengah saat mendengar ucapan dari Pak Heri, seakan-akan kalau semuanya ini terlihat amat sangat baik-baik saja. Dan Valerie sangat muak akan itu.

"Bapak hebat ya, apa bapak tahu apa yang sudah ibu saya perbuat terhadap om saya? Keluarganya sendiri! Ibu saya menguras habis harta om saya dengan cara menipu!"

"Apa bapak juga tahu, kalau ibu saya dan suaminya datang kerumah saya untuk membuat kerusuhan?!"

"Soal itu saya sudah tahu, dan lagi mereka tidak menimbulkan kerusuhan Valerie. Justru kamu yang memancing mereka." jawab pak Heri dengan santai. Tentu saja membuat Valerie dan juga om serta tantenya terkejut.

Namun keterkejutan Valerie berubah seketika, menjadi rasa emosi yang memuncak dan siap meledak-ledak kapanpun itu.

"Apa?! Apa yang anda maksud?! Sedari tadi anda hanya bilang minta izin kepada saya dan istri saya untuk menikahi adik saya. Tapi anda tidak ada sama sekali mengungkit soal itu, padahal anda tahu segalanya?! Anda tidak punya malu?!"

"Saya dan keluarga saya cukup terupuruk! Saya dan keluarga saya sangat tersiksa karena ulah wanita sialan itu!"

"Jaga bicara anda pak Farhan! Anda tidak tahu yang sebenarnya itu seperti apa!" Ujar pak Heri yang memotong ucapan om Farhan.

Ini pertama kalinya untuk Valerie melihat om Farhan se marah itu, dia tidak pernah melihat om Farhan marah. Bahkan meninggikan suaranya saja tidak pernah.

"Justru anda yang menjaga ucapan anda! Anda hanya orang asing di keluarga kami, jika keponakan saya sudah bilang untuk tidak peduli, maka itu sudah keputusan final. Sekarang, anda pergi dari rumah ini"

"Pergi!" Sentakan cukup keras dari om Farhan berhasil membuat pak Heri melangkahkan kakinya pergi. Namun saat di ambang pintu, pak Heri kembali berbalik dan menatap Valerie.

"Kalaupun keputusan kamu memang seperti itu, akan saya tentang. Karena saya tidak mau hubungan kamu dengan calon istri saya terputus, dan saya tidak mau keputusan saya di tentang. Kamu harus tau itu"

"Maksud bapak? Bapak mengancam saya?!"

"Turuti Valerie, demi kebaikan kamu juga. Kamu juga ingin bukan, berkumpul bersama keluarga lagi?" saut Pak Heri sambil tersenyum simpul kemudian berlalu meninggalkan rumah Valerie.

--

Valerie, om Farhan dan tante Sarah kini hanya terdiam. Larut dengan pikirannya masing-masing, namun kesamaan dari mereka yakni menampilkan raut kekesalan dan juga lelah.

"Val.. orang yang barusan memang betul mau menikah dengan ibumu?" Ucap tante Sarah memecah keheningan setelah cukup lama tak ada yang berbicara.

Valerie menganggukkan kepalanya kecil, "iya tan. Valerie risih banget sama orang itu, padahal dia juga udah punya istri dan anak. Tapi kenapa dia bisa coba ketemu sama perempuan itu dan mau nikahin dia?"

"Tapi dari cara bicaranya barusan, dia kayanya orang penting. Punya kekuasaan, karena gamungkin dia se ngotot itu untuk ngedapetin sesuatu" timpal om Farhan. Lagi-lagi Valerie mengangguk setuju, karena memang tipikal orang-orang yang bergelimang harta dan memiliki kekuasaan penuh pak Heri itu. Bisa terlihat dengan sangat jelas, bahkan aroma uang pun bisa tercium dengan sangat jelas.

"Om.. tante... apa sebaiknya Val pindah rumah? Karena Val yakin orang itu pasti bakal terus dateng kesini.. Val udah ngira dari jauh-jauh hari waktu pas perempuan itu dateng ke sini"

"Jangan Val.. kalau menurut tante jangan. Untuk itu kamu gausah khawatir, om sama tante bisa pastiin kalau mereka gaakan dateng lagi kerumah kamu. Jadi kamu gausah khawatir ya"

"Tapi-"

"Valerie.. bener kata tantemu, gausah kamu pindah rumah. Karena mau gimanapun juga bisa aja mereka tau keberadaan kamu dimanapun itu, jadi gausah"

Valerie hanya menganggukkan kepalanya. Valerie bersumpah, jika bukan karena om dan tantenya Valerie pasti sudah mengepak semua barang-barangnya dan pergi sejauh mungkin. Jauh dari jangkauan mereka.