Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 24 - Twenty Four

Chapter 24 - Twenty Four

Dengan sangat tidak sabar aku menunggu kedatangan keluarganya om Farhan di ruang tamu, beberapa kali juga aku selalu melihat keluar untuk melihat-lihat sekitar.

Hari ini memang hari dimana kepindahannya om Farhan dan keluarga, awalnya aku mau menjemput mereka di stasiun. Tapi om Farhan melarang dan menyuruh aku untuk tetap di rumah saja.

"Valerie..." saat mendengar suara itu, aku langsung saja beranjak dari sofa dan pergi keluar. Karena itu adalah suaranya om Farhan.

Saat aku sudah berada di hadapan beliau, aku meraih tangan om Farhan untuk salim dan memeluknya sebentar. Entah kenapa melihat om Farhan dan keluarga disini membuatku tenang, hatiku benar-benar menghangat.

Setelah aku melepaskan pelukan dengan om Farhan, aku beralih ke tante Sarah. Kami berdua sempat terdiam beberapa saat karena canggung, tapi aku langsung tersenyum dan memeluk beliau.

Awalnya aku mengira kalau tante Sarah akan menolak, tapi nyatanya tidak. Beliau membalas pelukanku, tapi diikuti pula dengan sebuah tangisan. Aku hanya bisa mengusap punggung tante Sarah sambil menahan tangis juga, jika mengingat kejadian yang dulu.. aku merasa senang karena tante Saran tidak lagi bersikap seperti itu.

Cukup lama aku memeluk tante Sarah, saat pelukan kami terlepas aku beralih lagi ke Fanya. Sepupu ku yang sangat cantik dan imut.

"Kalau gitu, yu.. kita masuk ke dalem"

--

"Val.. apa ini ga terlalu banyak?" Tanya tante Sarah karena aku terus saja menghidangkan makanan ringan ke atas meja. Aku memang sudah menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan om Farhan, tante Sarah dan juga Fanya.

"Sengaja Val mesen banyak tan.. anggep aja inu lagi ada syukuran" jawabku sambil tersenyum seraya mendudukkan diri di samping Fanya.

"Kalau ga abis ini gimana? Sayang.." timpal om Farhan.

"Nanti Val bagiin tetangga.." tante Sarah dan Om Farhan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapanku barusan.

"Ohiya om.. soal rumah, Val kemaren udah nyari-nyari. Dan akhirnya pilihan Val jatuh ke rumah yang ada dibelakang rumah ini.. percis banget di belakang rumah ini. Nanti kalau om sama tante mau liat-liat kasih tau Val aja"

"Valerie.. soal itu, kayanya harus ada yang kita bicarain" ucap om Farhan.

"Ada apa om?"

"Kayanya om, tante sama Fanya gaakan ambil rumah itu.." saut tante Sarah. Aku masih diam, masih menunggu tante Sarah sama om Farhan melanjutkan ucapannya.

"Om sama tante gamau banyak ngerepotin kamu, jadi.. om sama tante berpikir untuk numpang sebentar disini sampai uang om kekumpul lumayan, baru setelah itu om bakal cari rumah kontrakan" lanjut om Farhan yang tentu aja mendapat gelengan kepala dari gue.

"Val gasuka dengernya. Om sama tante sama Fanya tu bukan numpang ya dirumah ini.. kalian itu keluarga Val, jadiya kalian juga boleh kapan aja tinggal disini. Atau gausah pindah juga gapapa.. om, tante sama Fanya tinggal di sini aja sama Valerie, toh juga Valerie tinggalnya sendirian"

"Kita gamau banyak ngerepotin kamu Val-"

"Ngerepotin apa sih tan... gaada ya. Val justru seneng kalau rumah rame, Val ada temen.."

"Bu, yah.. Fanya mau tinggal sama ka Valerie. Fanya juga pengen ada temen" saut Fanya dengan semangat sambil memelukku dari samping. Melihat tingkahnya aku pun ikut tersenyum lalu membalas pelukannya juga.

"Yasudah.. nanti soal itu kita bicarakan lagi ya..."

--

Kali ini di ruang tengah menyisakan aku dan om Farhan. Tante Sarah sama Fanya sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam, mereka berdua memaksa ingin menyiapkannya. Katanya gantian, soalnya aku sudah repot-repot memesan makanan ringan banyak banget.

"om..."

"kenapa Val?"

"Val mau cerita sesuatu sama om" ucap gue dengan nada yang cukup serius.

"kenapa? Kayanya penting.."

"Kemarin lusa.. ibu sama suaminya dateng kerumah Valerie" om Farhan yang mendengar itu agak terkejut. Mungkin om Farhan agak sedikit trauma karena ulahnya ibu.

"Terus gimana Val? Mereka mau apa kesini?"

"Valerie gatau, karena Valerie langsung ketus begitu ngeliat mereka berdua ada di depan pintu, Dan.. maaf kalau om gasuka denger ini, cuman Valerie emang langsung ngusir mereka"

"Lalu?"

"Suami ibu yang sekarang kayanya cukup tempramental orangnya, karena dia gasuka Valerie kaya gitu. Dia sempet ngebentak Valerie, terus waktu Val lawan.. Val malah ditampar" jelas gue sambil menundukkan kepala, lalu tanpa sadar aku juga memegang pipiku yang sempat menjadi sasaran suaminya ibu.

"Val! Kamu ga sungguh-sungguh kan?" Bales om Farhan yang masih kaget. Sepertinya sekarang lebih kaget lagi saat tau kalau aku di tampar.

"Val ga boong.. Val emang gabisa kasih bukti karena bekas tamparannya udah ilang. Cuman Val beneran ga boong.."

"Astaga! Terus ibumu reaksinya gimana? Dia gamungkin diem aja kan?"

"Engga, tapi Val gapeduli. Jadi Val usir mereka berdua lagi. Maaf om, om emang bilang kalau gimanapun itu, sejelek apapun kelakuannya.. dia tetep ibunya Val. Tapi Val gabisa om, Val bener-bener gabisa"

"Yasudah.. gapapa, yang penting sekarang kamu baik-baik aja. Tapi Val, kamu beneran gatau tujuan mereka ke sini itu ngapain?"

"Engga om.. tapi ya, Val sih sempet mikir kalau mereka dateng ke sini pasti ada maksud. Dan itu pasti ada sangkut pautnya sama uang"

Om Farhan menghela nafasnya panjang sembari memijit keningnya.

"Om, sebenernya Val pengen banget pindah dari rumah ini. Karena Val yakin, kalau ibu pasi bakal selalu dateng ke sini"

"Kenapa? Kenapa harus pindah? Rumah ini tu hasil jerih payah kamu bukan?"

"Iya, dan emang perih banget Val waktu beli rumah ini. Tapi Val juga gamau hidup Val terus diganggu"

"Jadi ibu mu tau rumah kamu disini itu dari siapa?" Tanya om Farhan yang aku bales dengan gelengan kepala. "Val juga gatau, selama ini Valerie bener-bener menutup diri karena Valerie takut keberadaan Valerie diketahuin sama ibu. Awalnya emang mulus-mulus aja, sampe akhirnya mulai buyar waktu pas ada bapak-bapak yang datengin Valerie, dan dia ngaku-ngaku kalau dia itu calon suaminya ibu" ujarku yang lagi menceritakan permasalahan yang sempat membuat pusing tujuh keliling.

"Ibumu mau menikah lagi?"

"Kayanya iya, soalnya bapak-bapak itu emang ngenalin diri ke Valerie kaya gitu om"

"Orang itu sering nemuin kamu?"

"Dia baru datengin Val dua kali, itupun ke cafe. Sisanya.. dia cuman ngirim Val bunga setiap hari, entah maksud dan tujuannya apa"

Om Farhan terdiam, tapi setelahnya beliau langsung tersenyum sambil meraih kedua tanganku untuk digenggam olehnya.

Aku menatap om Farhan balik, senyuman yang saat ini ditunjukkan beliau itu bukan senyum yang menyiratkan sebuah kebahagiaan. Justru sebuah kekhawatiran.

"Val.. om minta maaf ya, om gatau kalau ternyata banyak banget hal yang kamu lalui seorang diri. Sekarang kamu ga perlu khawatir ya.. om bakal disini jagain kamu, kamu emang cuman keponakan om. Tapi om udah anggap kamu sebagai anak om juga.."