Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 19 - Nineteen

Chapter 19 - Nineteen

"Kesambet apa lo jam segini baru dateng?" saut Fito saat dirinya mendapati Arya yang baru saja memasuki ruangan kerjanya. Arya memang bukan tipikal atasan yang suka seenaknya, dia tidak pernah sekalipun datang terlambat ke kantor. Karena Arya selalu ingin memberikan contoh yang baik untuk karyawannya, dari hal-hal yang kecil dulu saja seperti tidak pernah datang terlambat. Maka dari itu Fito keheranan melihat sahabatnya terlambat masuk kantor.

"Gue abis nemuin orang.. udah janji juga, kalau diatas jam makan siang takut orang ga stay ditempat. Orangnya mobile banget soalnya" jawab Arya yang hanya dibales dengan anggukkan kepala oleh Fito.

Bertepatan dengan Arya yang berjalan menuju mejanya, Fito juga beranjak dari duduknya menghampiri Arya sambil menyerahkan sebuah map berwarna hitam kepada Arya.

Tanpa harus bertanya, Arya langsung membuka map tersebut dan membaca sesuatu yang bisa disebut sebagai 'laporan'.

"Cuman segini? Gaada lagi?" Tanya Arya sambil menatap Fito. Sementara yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.

"Keberadaannya dimanapun gatau?"

"Sebenernya banyak banget kemungkinan keberadaannya itu dimana, cuman gue sengaja gamau nyantumin karena gue gamau berasumsi terlalu banyak. Karena dari informasi yang didapet, lokasinya itu bukan cuman satu Ya.. banyak banget. Gue cuman takutnya nanti malah jadi sia-sia."

"Orang lo kan banyak To"

"Tapi ga sebanyak orang bapak lo Ya... gue juga gabisa gegabah. Harus dipikirin mateng-mateng.. lagian kalaupun emang gue udah nemu lokasi yang tepat, pasti dan akurat, gue pasti bakal langsung kabarin lo secepatnya"

"Yaudah kalo gitu.. thanks ya, lo boleh balik" Fito pun membalikkan badannya kemudian melangkah, berlalu meninggalkan Arya. Namun saat dia hendak membuka pintu, Fito kembali berbalik dan mengundang tatapan bingung dari Arya. "Kenapa?"

"Gue tau kalau gue sering banget komentarin lo sebagai penjahat kelamin. Tapi gue mending ngeliat lo jadi cowok brengsek dan berakhir diusir sama Bi Yumi ketimbang ngeliat lo kaya sekarang ini" ucap Fito yang bisa Arya rasakan kalau kalimat yang diucapkan olehnya itu tulus walaupun terkesan kurang ajar.

Arya pun hanya membalas dengan kekehan saja, Fito pun tersenyum simpul kemudian dia keluar dari ruangan kerja Arya.

Selepas Fito keluar, kekehan Arya langsung terhenti. Ekspresi mukanya kembali sendu, sama seperti kemarin.

Arya memutar kursi miliknya menghadap jendela yang menampilkan pemandangan kota. Gedung kantor Arya ini memiliki 20 lantai, dan ruangan kerja Arya berada di pent gedung ini. Sehingga dia bisa menikmati pemandangan kota yang terlihat sangat padat namun bisa membuat Arya sedikit rileks.

"Bunda.. tungguin Arya ya bun.."

--

Berakhirnya sambungan telfon dengan Fito menjadi penutup dari serangkaian kegiatan Arya yang dilakukan pada hari yang sangat melelahkan ini.

Tanpa berlama-lama lagi, Arya segera beranjak dari kursinya kemudian meninggalkan ruangannya. Dia sempat melirik meja kerja Tere yang sudah kosong, Pemilik meja tersebut sudah pulang dari satu jam yang lalu. Karena anaknya mendadak sakit, alhasil Arya langsung mengizinkan sekretarisnya itu untuk pulang terlebih dahulu.

Setelahnya Arya kembali melangkah menuju lift. Tujuan dia sebenarnya untuk sekarang ingin melepas rasa penatnya dengan bersenang-bersenang ala dirinya. Hanya saja mengingat sekarang masih pukul 5 sore, niat tersebut terpaksa dia urungkan. Walaupun ada saja tempat yang sudah buka pada jam seperti ini, tapi untuk Arya pribadi rasanya sangat tidak pas kalau harus menyenangkan dirinya saat hari masih terang.

Sebuah dering telfon yang tentu saja berasal dari ponsel Arya langsung menarik perhatiannya. Dia merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih tersebut, saat dirinya melihat nama 'Bi Yumi' tanpa menunggu lama lagi Arya segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo Bi, ada apa?"

'Arya dimana?'

"Masih di kantor. Tapi ini mau jalan pulang, kenapa Bi?"

'Yaudah.. kalau gitu cepet pulang ya'

"Ada apa emangnya Bi?"

'Alana ada di sini'

Spontan Arya langsung menyandarkan punggungnya ke dinding lift sembari menghela nafasnya panjang.

"Tolong telfon Tere ya Bi. Suruh dia pesen kamar hotel"

'Iya, kamu hati-hati ya dijalan'

--

"Dia ada dimana Bi?" Tanya Arya langsung kepada bi Yumi begitu dia sampai di rumahnya. Bi Yumi yang baru selesai membuat kopi untuk Arya hanya tersenyum simpul, beliau menjawab pertanyaan Arya hanya dengan memberikan kode melalui matanya.

Arya pun mengikuti arah pandang bi Yumi yang mengarah kepada satu ruangan, yaitu ruang kerja Arya.

"Ngapain dia disana?"

"Bibi juga gatau.. mba Tere udah pesenin hotelnya, katanya orderannya udah masuk ke email kamu" Arya hanya mengangguk sambil tersenyum, setelahnya dia langsung menghampiri ruangan kerjanya untuk bertemu dengan Alana.

"Suprise!" Saut Alana gembira saat Arya memasuki ruang kerjanya. Alana juga langsung berhambur ke pelukannya Arya, namun saat dirinya hendak meraih pipi Arya, dengan sigap tangan Arya langsung menjauhkan Alana dari dirinya.

Alana hanya tersenyum, lalu saat dirinya bisa menemukan celah. Tanpa aba-aba dirinya langsung mengecup pipi kanan Arya, tentu saja pergerakan Alana yang tiba-tiba itu membuat Arya cukup terkejut. Ketimbang menjauhkan Alana lagi, Arya memilih untuk mundur beberapa langkah.

"Ko ga kaget sih? Ohiya.. bi Yumi udah bilang ya sama kamu kalo aku ada di sini?"

"To the point aja.. kamu gamungkin jauh-jauh dateng dari Budapest ke sini kalau gaada tujuan"

"Emangnya ga boleh ya kalau aku ngunjungin keluarga sendiri?" Arya hanya mendengus geli mendengar jawaban dari Alana, karena keluarga yang dia maksud bukan dalam artian sebenarnya.

"Terserah. Sebentar lagi pak Danu sampe, dia bakal nganterin kamu ke hotel"

"Kenapa aku harus nginep di hotel sementara kakak aku punya rumah yang besar, dan banyak kamar kosong disini" ucapan dari Alana menghentikan langkah Arya. Dia berbalik dan menatap Alana datar sebelum akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. "Kalau kamu perlu diingetin lagi, gaada seorang adik yang suka sama kakaknya sendiri. Apalagi terus berharap mau ditidurin sama kakaknya"

"But you want me to Arya! Kamu ga inget apa kalau dulu kamu sempet muja-muka aku, kamu juga mau aku-"

"Alana stop!" Bentak Arya yang membuat Alana langsung membungkam mulutnya.

Sudah cukup rasanya Arya merasa pening dengan pekerjaan di kantor dan urusan lainnya yang tidak kalah penting. Arya tidak mau lagi membebani pikirannya hanya untuk berdebat dengan Alana yang memang selalu terjadi kalau mereka berdua sudah bertemu.

"Cukup. Udah cukup, saya cape harus ngadepin persoalan yang sama, sama kamu. Ini yang terakhir kalinya saya ngomong. Kamu harus sadar kalau saya sama kamu itu adik-kakak. We're in the same sperm, saya rasa kamu cukup pintar untuk bisa mengerti kata-kata saya barusan"