"Loh? Halo mba! Selamat Pagi.. tumben udah siap? Biasanya jam segini masih di kantor" saut Kevin begitu melihat keberadaanku yang sedang mengelap lemari pendingin kue. Aku tersenyum seraya melambaikan tangan untuk menyapa Kevin.
"Pagi Kev! Saya sengaja dateng lebih pagi buat nebus kesalahan gara-gara kemaren ga balik lagi ke cafe, kalian pasti sibuk banget ya?" Tanyaku dengan nada penuh penyesalan.
Walaupun kemarin bisa dibilang aku sempt acuh dengan cafe, tetapi pada malam harinya ketika hendak tidur aku lagi-lagi memikirkan 6 anak ayam kesayanganku ini.
Kevin tersenyum seraya menepuk bahuku pelan, "santai aja lagi mba! Justru kita kemaren ga masalah ko, bisa saling back up. Lusi juga kemarin stay di kasir.. lagipula mba emang harus gitu sesekali, jangan kerja terus, ga cape emangnya?"
"Kalian juga sama kali.. masa iya kalian cape kerja sana-sini, sementara saya seenaknya"
"Porsi kerja kita ga se ekstrim mba.. jadi kita masih bisa santai"
"Makasih ya" jawabku sambil tersenyum lembut.
Untuk kesekian kalinya aku merasa beruntung bisa memilikk karyawan yang baiknya luar biasa. Baik, jujur dan setia, itu yang bikin aku sayang banget sama mereka.
"Sama-sama mba.. kalau gitu saya ke dapur duluya, mau prepare" ujar Kevin yang aku bales dengan anggukkan kepala.
Tak lama setelah Kevin memasuki dapur, Kedatangan Rani dan Ayu yang tiba-tiba saja menciptakan sebuah kegaduhan membuat aku terlonjak kaget. Aku sudah kebal dengan kelakuan dua anak ayam ini, Rani karena terlalu sering bersama Ayu jadinya sifat-sifat Ayu ada yang sedikit menancap di dalam dirinya.
"MBA VAL NGAPAIN NGELAP?!" saut mereka berdua yang terkejut. Sontak mereka langsung menghampiriku dan merebut lap yang berada di tangan kanan.
"Kalian itu, ini masih pagi ngapain teriak-teriak sih?" Omelku sambil nyubit tangan mereka satu-satu, tentu saja tidak kencang.
"Kita kaget tau mba.. mba ngapain sih ngelap begini? Inikan tugas kita" saut Rani yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh Ayu.
"Yaudah sih, cuman ngelap aja.. siapapun juga boleh ngelakuin"
"Engga kalo orang itu mba Val, mba tu udah cantik begini masa iya ngelap-ngelap"
"Gapapa ya ampun.. lagipula saya juga mau nebus kesalahan karena kemaren ga balik ke cafe. Udah sekarang kalian siap-siap aja sana.."
"Yaudah deh kalo gitu... sekalian mejanya jangan lupa ya mba" celetuk Ayu dan setelahnya dia juga Rani langsung berlari memasuki ruangan khusus karyawan. Mendengar itu aku juga hanya tertawa saja, aku tau kalau itu cuman guyon, walaupun memang terselip kalau mereka menyuruhku. Dasar kurang ajar emang.
--
Cafe dibuka tepat pukul 10, aku dan yang lainnya juga mulai sibuk melayani para pelanggan yang memang sudah menunggu dari beberapa menit sebelum cafe dibuka.
Rasa bangga terhadap diriku sendiri selalu muncul ketika melihat antrian pelanggan yang menunggu cafe dibuka, karena itu artinya cafeku ini memiliki tempat tersendiri di hati para pelanggan. Dan sudah menjadi tugasku juga untuk mempertahankan dan meningkatkan rasa kecintaan itu.
"Selamat menikmati" ujar diriku setelah menghidangkan tiga set breakfast kepada pelanggan. Setelahnya aku kembali ke station untuk membantu Ayu membuat Latte Art.
"Mba.." kegiatanku terhenti sejenak karena suara Rani. "Kenapa?" Jawabku.
"Itu.. ada yang nyariin mba. Saya lupa bilang, kalau kemaren tu ada yang nyariin mba, terus orangnya dateng lagi. Takutnya ada perlu gitu sama mba" ujar Rani yang langsung membuatku mengintip, untuk melihat siapa sosok yang Rani maksud. Tapi aku tidak menemukan siapapun di depan meja kasir.
"Orangnya duduk di pojokan mba, baru dateng" sautnya lagi. Aku hanya menganggukkan kepala, kemudian menaruh alat yang sedang kugunakan diikuti melepas sarung tangan karet.
Aku menghampiri meja yang Rani maksud, entah kenapa aku merasa seperti dejavu. Karena orang itu tengah membelakangi diriku.
Jika mengingat hal itu lagi, rasanya aku ingin langsung membenturkan kepala ke dinding sekeras mungkin supaya ingatanku hilanh.
"Permisi, ada yang bisa- loh? Arya?" Aku sedikit terkejut karena mendapati Arya berada di cafe, dia yang melihat ekspresi aku sekarang ini langsung terkekeh.
"Halo Valerie, kenapa? Ko kaya yang kaget?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Engga.. gapapa. Cuman kaget aja, kaya tiba-tiba banget. Kalau tau kamu mau ke sini nanti kan bisa disiapin dulu gitu"
"Saya bukan presiden Valerie.. ngapain harus kaya gitu?" Aku hanya membalas ucapannya dengan sebuah senyuman.
"Ohiya, kamu udah pesen?" Tanyaku yang baru sadar kalau di mejanya masih kosong.
"Belum, saya sengaja mau ketemu sama kamu dulu"
"Kalau gitu.. mau pesen dulu?"
"Boleh.. pilihin buat saya makanan yang paling rekomen"
"Siap!"
Setelah memesan sesuatu yang spesial untuk Arya, aku kembali menuju mejanya Arya. Walaupun dia emang tidak meminta aku untuk nemenin dia, tapi seengganya aku masih punya akal sehat untuk memperlakukan klien VIPnya Andrea ini sebaik mungkin. Yaitu dengan duduk bersama sambil berbincang.
"Kata karyawan saya kamu kemaren dateng ke sini?" Arya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Kebetulan saya baru pulang meeting sama mas Andrea, pas jalan pulang saya ngeliat cafe ini. saya baru inget kalau cafe ini punya kamu, jadi saya mutusin untuk mampir dulu"
"Maaf ya, kemaren saya ada urusan di luar.."
"Ga apa-apa Valerie, saya juga orang sibuk. Jadi mengerti sama situasi kamu"
"Terus gimana? Memuaskan ga pelayanannya? Atau ada yang kurang?"
"Perfect Valerie.. karyawan kamu ramah-ramah, dan geraknya pun cepat. Kamu udah hebat me-manage semuanya"
"Terima kasih.. tapi saya juga masih harus banyak belajar, masih banyak kurangnya"
Setelahnya, antara aku sama Arya masih berbincang. Hanya obrolan klasik yang membahas pekerjaan, atau melipir sedikit membahas soal Andrea sampai makanan punya Arya datang, aku masih disini menemani dia sembari melanjutkan obrolannya.
--
"Yang taditu siapa deh mba?" Tanya Rani sambil mengelap meja, sementara aku membereskan piring bekas makan Arya barusan.
"Kliennya Andrea. Cuman saya sempet kenalan sama dia waktu di acara kantornya Andrea.." jawabku yang dibales anggukkan kepala oleh Rani.
"Berarti baru kenal?" Tanyanya lagi, kini aku yang menganggukkan kepala.
"Kenapa emangnya? Kamu suka?"celetukku asal.
"Mba suka ngawur deh! Engga.. tadi waktu pas saya ngeliat mba sama mas-masnya tu kaya udah akrab banget, makanya saya nanya. Takutnya emang temen mba gitukan"
"Bukan. Ohiya Ran.."
"Kenapa?"
"Kalau dia dateng lagi kesini, pas saya lagi gaada.. tolong perlakukan dia dengan baik yah.. anggep aja dia kaya presiden"
"Emangnya kenapa mba?" Tanyanya bingung.
"Siapa tau.. kalau dia suka sama cafe kita, bisa jadi sumber penghasilan tambahan.. lumayan buat beli beras"
"Hah? Maksudnya apaansi mba?"