Sudah satu minggu lebih akan pesan yang didapat membuat Ulliiyy merasa takut.
Bagaimana jika perilaku sifatnya datang lagi. Dia seperti tidak memiliki harga diri. Padahal sudah jelas-jelas pria itu menolak mentah-mentah akan perasaanya. Kasihan sekali hidupnya. Dipenuhi rasa cinta, tapi ketika sekali atau berkali-kali mengungkapkan dan pada akhirnya ditolak.
Banyak dari teman-teman sekolah yang menganggap Ulliiyy perempuan menyebalkan. Tidak tahu diri. Tidak punya pendirian tetap. Padahal sudah ditolak tapi tetap saja nekat berbuat ulah yang mengakibatkan Pria tersebut tidak betah untuk tinggal di Kampung tempat kelahirannya. Yaitu gara-gara siapa coba?
Teman satu angkatan sudah tidak mau lagi berdekatan atau hanya berteman, karena tingkah Ulliiyy yang seperti itu. Ya kebanyakan begitu, hanya segelintir saja yang masih mengingat Ulliiyy dan mau berbalas sapa.
Hari ini Ulliiyy menyempatkan waktu untuk pergi bersama Adik keponakan pergi mengendarai sepeda yang mana memiliki tempat duduk belakang.
Sejujurnya jalan yang ditempuh mereka tidak melewati blok C timur, akan tetapi Ulliiyy ingin melihat dia.
Pria yang menjadi cinta pertamanya walau telah ditolak.
"Bulek, ini kok lewat sini?" Tanya Ipah ketika laju sepeda bukan melewati jalan kiri tapi lurus ke arah timur.
Mendengar itu, Ulliiyy memberikan jawaban yang bisa masuk akal. "Sekalian aja dek, kita jalan-jalan. Kan biasa gak pernah tuh." Katanya merayu Ipah supaya iyain apa katanya.
Biasa anak kecil jika diajak jalan-jalan berkeliling pasti suka, jadi dengan bujuk rayu itu Ulliiyy memanipulasi keadaan supaya sang Adik mau ikut melewati jalan yang di mau.
"Eh, bener juga ya Bulek. Ya udah ngikut ajalah." Senyum Ipah, melihat kanan kiri.
Rumah-rumah yang sudah mulai direnovasi lebih bagus lagi. Tertata rapi, dengan halaman yang ditanami berbagai bunga maupun tanaman buah.
Detik dan menit berjalan, sebentar lagi mereka akan melewati satu rumah didekat jembatan disebrang jalan bagian kanan jika arah laju dari arah barat ke timur.
Rumah tembok dengan cet biru, didepan halaman terdapat pohon mangga. Dan disekeliling terdapat gerbang besi. Rumah yang dulu pernah Ulliiyy datangi, hanya sekedar menghadiri perayaan ulang tahun pria tersebut. Dan sewaktu masa SD pun juga pernah pergi kerja tugas bareng dia, putri sepupunya Adimas, Ajas, Silvi dan Ulfi. Tapi sekarang semua pada berpencar mencari jati diri mereka masing-masing.
Dilihatnya rumah tersebut, ingin rasanya berlama-lama menatap rumah itu membuat Ulliiyy menjatuhkan sesuatu dari balik kantong jaket yang dikenakan.
Ipah yang tanpa sengaja melihat segera berteriak, "Bulek, itu uangnya jatuh berhenti dulu." Seru Ipah menarij jaket milik Bulenya.
Mendengar itu Ulliiyy segera berhenti pas didepan Rumah pria itu. Pas, kebetulan si pria keluar.
Postur tubuh tegap berisi, tidak seperti dulu yang gendut berisi. Sekarang wajah kedewasaan tumbuh, tapi masih dengan wajah miliknya seperti dulu. Yang membedakan dia semakin lumayan berbadan sedang dan berisi, memakai kaca mata, ada sedikit kumis yang tumbuh, dan rambut gondrong bergelombang. Dilihatnya diikat kebelakang.
Namanya Adimas, pria cinta pertamanya. Usia yang berbeda, lebih muda Adimas daripada Ulliiyy.
Ulliiyy masih mencintai nya. Pria yang dulunya gendut berisi, sekarang berubah menjadi pria berbeda walau tetap sama.
*****
Sudah empat tahun sejak masa kuliah gue di Jakarta. Yang berujurusan arsitektur bangunan. Gue merasa rindu banget sama kampung kelahiran di Kampung N, Ibukota jayapura provinsi Papua. Hah, dimana disana Gue lahir dan besar, dari masih berpopok hingga tamatan SMA N. Well, gak salahkan jika anak perantau merindukan Kampung kelahiran.
Adimas Herman Pangestu, pria 162 cm dengan tubuh berisi. Yah, lumayan dari pada dulu gue yang gemuk. Sekarang usia gue 23 tahun. Gue itu orangnya solidaritas terhadap siapa saja yang mau berteman dengan gue. Tidak sulit bagi gue untuk memiliki teman, setidaknya mereka bisa memahami gue dengan baik. Enjoy ajalah intinya.
Sejak pendaratan Pesawat Garuda B-162 di tanah Sentani, Jayapura Papua. Hah, perasaan gue berdebar banget. Merasa seperti pulkam karena merindukan kedua orang Tua demi sebuah prestasi.
Tidak terlalu jauh seperti dulu, walau sudah ada perubahan sedikit.
Langkah kedua kaki menuju tempat pemeriksaan, oh iya karena Indonesia sudah menemukan obat untuk Virus Corona. Orang-orang tidak sepanik dulu. Akan tetapi tetap saja harus mematuhi 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menghindari kerumunan) itu harus diingat.
Setelah selesai dengan pemeriksaan, Adimas menuju bagian barang. Dia menanti. Beberapa menit setelah mendapatkan barang-barang seperti koper, dan lainnya. Adimas menuju ke bagian pintu keluar.
Disana sudah ada yang menjemput, jadi dia tidak perlu repot-repot mencari angkutan umum.
Adimas segera menghampiri, "Sudah lama lo nunggu gue?" Kata Adimas, memberikan sebagian koper yang dibawa.
"Lumayan lah, gue kira nih harus nunggu beberapa jam lagi." Mereka berbincang sambil berjalan menuju sebuah mobil pinjaman salah satu teman mereka.
"Ya, menurut gue gitu sih. Tapi mungkin gak sesuai jadwal." Berhenti disebuah samping Mobil Advanzah.
"Oh_". Kedua nya sibuk memasukan koper dan barang-barang lain ke bagasi mobil. Setelah dirasa sudah, mereka berdua masuk kedalam.
"Eh, gue duduk dibelakang aja kali ya." Ucap Adimas, membuka pintu belakang urutan ke dua.
"Eits! Enak aja lo main duduk belakang. Lah, emang gue tukang sopir lo. Duduk didepan sajalah." Kata temannya Adimas.
"Hahhaaa_ sekali-kali kalee. Gue juga jarang loh pulang ke sini."
"Gak! Intinya lo duduk depan!" Protes temannya.
Mendengar protesan dari sang Teman, Adimas akhirnya duduk didepan.
Mobil segera dihidupkan. Mereka segera pergi meninggalkan parkiran tempat kendaraan di bandara.
***
Lima hari sudah berlalu, sejak Adimas terbang dari Jakarta tujuan ke Jayapura Papua. Liburan yang diambil hanya satu bulan. Selama lima hari di Kampung N, Adimas hanya berleha-leha dirumah. Kadang Adimas pergi setiap pagi untuk olahraga bareng teman-temannya, atau membantu kedua orang tua dirumah.
Tapi untuk sekarang, dihari ke lima ini Adimas memutuskan untuk jalan-jalan pagi bareng Ultfi dan yang lainnya. Ingin melihat Kampung N, dari ujung ke ujung. Yah, karena rasa rindu dengan udara segar dibagi hari begitu juga ingin melihat bangunan di kampung N itu seperti apa? Siapa tahu bisa membantu selama satu bulan ini.
Adimas keluar rumah, belum sampai dekat pohon mangga yang ditanam oleh Mama nya. Didepan pagar terlihat ada seorang perempuan tengah turun dari sepeda untuk mengambil sesuatu dan entah apa itu. Dia sendiri juga tidak tahu siapa mereka. Tidak selang beberapa menit datang suara deru motor yang dia sudah ketahui jika itu Ultfi.
Dilihatnya Ultfi mengajak ngobrol perempuan itu, tapi tidak terlalu lama. Sementara perempuan itu sebelum beranjak pergi, perempuan itu melihat ke arah Adimas yang juga tengah menatap nya. Dan berpaling pergi menaiki sepedanya bersama Anak kecil.
Adimas pun berjalan menghampiri Ultfi. "Siapa tuh tadi. Pacar lo ya?" Tanya Adimas ke Ultfi yang tengah memakirkan motor dibawah pohon mangga.
Mendengar itu Ultfi tidak terima. "Enak aja lo ngomong gitu. Dia tuh cewe yang naksir ama lo waktu SMP. Ingat gak? Si Ulliiyy-ulliiyy tuh." Kata Ultfi ke Adimas.
Mendengar nama Ulliiyy membuat Adimas mendadak kaget. "Ah_ gila lo. Naksir paan, coba. Itu cewe gila tuh." Sewot Adimas yang gak terima.
"Loh, tapi bener kan dia naksir Lo. Sampai kirim surat, terus dengar-dengar dia jadi penguntit kala itu." Ucap Ultfi. Melihat tampang Adimas yang berubah.
"Cih, tau tuh. Udahlah kagak usah bahas tuh cewe gila. Jijik gue dengar namanya." Kata Adimas pedas.
"Ok. Jadi gak nih?" Tanya Ultfi.
"Jadilah. Ayo."
Sesuai kesepakatan mereka pergi untuk jalan-jalan pagi.
Bersambung
*****
Hiyaahhh
Akhirnya masuk di chapter 2. Waduh-waduh. Gimana nih, menurut kalian akan sosok Ulliyy maupun Adimas. Ayo, komemtarnya dong. Menurut kalian Ulliiyy itu seperti apa? Tingkahnyakah, atau apalah. Dan begitu juga untuk Adimas.