Ada sebuah undangan masuk melalui Whatsapp. Pesan itu berisi tentang undangan Pesta Ulang Tahun untuk Sekolah MP. Pas sekali dengan acara reuni ditngkat adik kelas.
Dari Adik kelas juga mengundang kakak-kakak tingkat yang masih berada di kampung N.
Dan undangan itu sampai juga ke Ulliiyy, walau melalui pesan biasa.
Ulliiyy merasa bingung, ikut atau tidak. Jika menghadiri dia juga tidak terlalu suka dengan keramaian.
Ting
Suara Hp Ulliiyy berbunyi, masuk sebuah pesan dari nomer yang sama. Nomer seseorang teman yang selalu ada untuk Ulliiyy, sebuah informasi yang sering didapat.
"Ulliiyy, kamu harus datang. Disana ada Adimas. Dia juga diundang. Dari pada malam minggu sendirian lagi. Mending datang dan kamu bisa melihat Adimas. Soal Ibu mu, minta tolong Adik mu atau dititipkan dirumah kakak mu hanya untuk malam besok saja." Isi pesan tersebut.
Setelah membaca pesan tersebut, Ulliiyy menimbang-nimbang. Datang atau tidak.
Iya sih, kalau datang ke acara tersebut bakalan bertemu Adimas, tapi akankah mereka jijik gitu ya jika melihat dirinya. Tapikan itu sudah masa lalu, mungkin hanya sedikit orang yang akan mengingat.
Ulliiyy pun segera membalas pesan tersebut.
"Pasti, aku akan datang. Kamu juga ya. " send.
Tring
Bunyi balasan.
"Lah, aku gak datang. Ih, gila banget. Ya pasti datang dong. Kamu jangan lupa pakai pakaian bagus ya." Isi dari pesan tersebut.
Ulliiyy segera mengetik untuk membalas. "Pasti.
Hari ini Ulliiyy sangat sibuk sekali.
Pergi ke kebun belakang rumah untuk menanam sayur mayur seperti bayam, kangkung, kacang panjang dan membersihkan beberapa rumput. Dulu keluarga Ulliiyy memiliki ladang yang berada di blok D, pas belakang rumahnya mas Wan. Tapi karena waktu itu Bapak Ulliiyy sakit keras atau sakit yang membutuhkan biaya untuk berobat pada akhirnya tanah lahan ladang dijual.
Tapi karena kondisi Bapak nya Ulliiyy sudah sanga keritis disebabkan berbagai penyakit dalam, pada akhirnya meninggal dirumah sakit.
Dan kini setelah meninggalnya Bapak nya Ulliiyy, tidak ada sepeserpun lahan tanah untuk bercocok tanam. Walaupun begitu, masih ada tanah dibelakang rumah. Lumayan, itupun harus berbagi dengan kakak ke dua yang memiliki hewan ternak. Supaya tanaman yang ditanam tidak dimakan, alhasil sebagian harus dibuat pagar.
Ulliiyy bekerja dari pagi, jika sudah jam 11 ia akan pulang kerumah untuk mandi dan sholat dzuhur. Dan diwaktu jam 1 akan bersih-bersih rumah dan memasak. Setelah itu sibuk mengurusi sang Ibu, memandikan sang Ibu, memakaikan baju, menyuapi makanan.
Semua itu dikerjakan Ulliiyy sendiri. Demi menghormati sang Ibu yang sudah merawat Ulliiyy sejak lahir sampai dewasa, dan inilah bakti anak untuk sang Ibu.
Tapi jika Ulliiyy lelah atau gak sempat, kadang meminta bantuan pada kakak ipar. Ida namanya. Kak Ida memiliki anak 3, yang ke 1 sudah SMA, ke 2 SMP, dan ke 3 masih SD.
Hidup berdamping rumah sebelah. Kakak ke 2 Ulliiyy sudah sukses, memiliki sebuah toko sederhana. Tapi sukses. Begitu juga ke 1, 3, dan ke 4. Kakak Ulliiyy semua sukses. Ya kecuali Ulliiyy yang belum sukses.
Tapi Ulliiyy percaya, suatu saat nanti pasti dirinya juga bisa sukses.
***
Bibit pertama yang akan Ulliiyy tanam yaitu Bayam cabut, lahan sudah digarap sesuai anjuran tuntunan. Setiap lubang berisi 5 bibit, sambil menunduk memasukan setiap bibit Ulliiyy langsung menutup lubang yang sudah berì bibit bayam.
Matahari dari awal yang berada diufuk timur perlahan hampir mencapai pusaran atas kepala. Bibit bayam sudah ditanam dan disiram. Setelah itu Ulliiyy bergegas lanjut, menanam bibit sayur kangkung. Prosesnya hampir sama dengan sayur bayam. Hanya saja berbeda.
Bibit sayur kangkung hanya ditancap ke tempat dimana ada cekuan lubang sedang yang sudah Ulliiyy siapkan dan tergenang air pas semata kaki.
Terdengar suara adzan berkumandang.
'Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pada waktunya.' Ucap Ulliiyy didalam hati. Ulliiyy bangga akan hasilnya, ia melihat lahan yang sudah ditanam bibit sayur bayam dan juga beberaoa bibit sayur kangkung. Senyum bahagia terpancar diwajah Ulliiyy.
Kondisi badan Ulliiyy sangat kotor. Ada lumpur dimana-mana. Tapi itu tidak mematahkan semangatnya. Ini penghasilan yang bisa Ulliiyy harapkan. Menjual sayur mayur dipasar pagi.
"Buuleek, dicariin sama mbah Edok. " Teriak Ara dari arah depan. Berdiri sambil memakan Buah semangka ditangan kanannya.
Mendengar itu Ulliiyy segera bergegas beres-beres. "Iya sebentar dek." Ia segera mengambil sabit, sandal dan karung. Ulliiyy berjalan kearah kanan, samping kandang ayam. Melewati pintu yang menjadi batas antara rumah dan kebun belakang rumah.
Dilihatnya sang Ibu duduk diatas kursi roda tengah menunggu. Ulliiyy pun segera menghampiri sang Ibu. "Punapa, Bu?" Tanya Ulliiyy berjongkok dihadapan sang Ibu.
Sang Ibu tersenyum kearah anaknya. "Sampun awan." Tangan tuanya mengelus pucuk kepala sang anak.
"Nggeh, bu."
Percakapan singkat. Ulliiyy segera pergi untuk mengambil handuk, tapi handuknya sudah ada digantungan sebelah pintuh dapur. Ia tahu jika yang menaruh handuknya adalah sang Ibu. Gitu-gitu, Ulliiyy pernah mengintip aksi sang Ibu yang diam-diam sering menaruh handuknya disitu.
Ulliiyy masih melihat perjuangan dan semangat dimata sang Ibu. Walau sekarang sudah tidak bisa jalan. Hanya bisa duduk diatas kursi roda. Ulliiyy selalu berdoa, akan kesehatan sang Ibu.
Masih teringat dibenak Ulliiyy, sebelum kejadian itu terjadi. Sang Ibu hendak mengambil pisang disamping rumah. Tapi karena salah melangkah sang Ibu terjatuh dan disaat bersamaan pisang yang sudah ditebang jatuh mengenai kedua kaki sang Ibu. Inilah, sekarang sang Ibu harus berada di kursi roda dengan tubuh tuanya dan usia yang sudah memasuki 70 tahun lebih.
Ulliiyy juga masih teringat perjuangan sang Ibu untuk mencari uang demi sesuap nasi. Apa lagi sang Ayah dulunya yang tidak bekerja.
Merasa, Ulliiyy dulu hanya perempuan payah. Yang hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak memikirkan kedua ortunya. Tapi, semua hanya masa lalu kelam yang tidak bisa diulang kembali.
Ulliiyy segera bergegas untuk mandi dan beristirahat. Karena nanti sore dia tidak kemana-mana hanya membantu sang Ibu untuk bersih-bersih.
***
Ting_
Suara HP Ulliiyy bunyi. Tanda pesan masuk.
"Ulliiyy jangan lupa." Isi dari pesan tersebut.
Sudah diputuskan, dia akan pergi ke acara tersebut. Ulliiyy bergegas memilah beberapa pakaian muslim yang cocok untuk menghadiri pesta ulang tahun dan sekalian reuni.
Ia memilih gamis biru dongker dengan corak pulkadot putih, untuk kerudungnya ia memakai warna hitam yang panjang sepinggang, memaki makeup natural dan tidak lupa tas kecil berwarna merah. Untuk seandainya, ia akan memilih sandal gabus tinggi berwarna putih. Dirasa cukup, Ulliiyy bergegas keluar ingin meminta izin kepada sang Ibu.
Disana, sang Ibu bersama Kak Ida dan adik Ara. Tengah berbincang-bincang. Melihat itu Ulliiyy segera menghampiri mereka.
"Bulek mau kemana?" Tanya Ara. Melihat Buleknya mengenakan gamis, terlihat yang akan pergi.
"Bulek mau pergi ke sekolah di Mts."
"Lah, ngapain ke sana?" Tanya Ara, mulai mendekati Bulek nya untuk duduk disamping kiri.
"Ada acara dari sekolah tempat dulu Bulek belajar SMP." Jelasnya. "Bu, Ulliiyy pamit, arep neng sekolahan. Enek acara ulang tahun." Ulliiyy berjongkok didepan sang Ibu, meminta izin.
"Yo wes. Tapi ojo muleh bengi-bengi yo." Jawab sang Ibu kepada Ulliiyy.
"Nggih, Bu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarahkatuh. " jawab Ulliiyy dan mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh."
Beberapa menit jemputan datang. Dia Putri sepupunya Adimas. Dia orang yang selalu ngasih kabar atau pesan. Ya walaupun dia sendiri sudah menikah dan punya anak satu.
"Yuk, liy. " suruh nya.
Ulliiyy bergegas duduk menyamping, berpegangan pada baju gamis milik Putri demi keselamatan. Mereka juga tidak lupa mengenakan masker. Segera mereka menuju tempat yang dituju.
Hanya beberapa menit saja, mereka telah sampai. Putri menakutkan motornya sedangkan Ulliiyy dan putra nama anaknya putri, menunggu disamping pos satpam.
Ramai, satu kata yang mampu Ulliiyy pikirkan saat ini. Banyak kendaraan yang diparkiran, sampai tempat hampir penuh. Acaranya diadakan dilapangan besar disamping sekolah.
Terdapat panggung, ada beberapa tempat yang sudah disulap menjadi tempat duduk berjejer rapih, penuh dekorasi mewah dan juga ada bagian tempat makan-makan.
Banyak dari mereka wajah-wajah yang Ulliiyy tanpa kenali. Itupun karena sudah beberapa tahun berlalu. Bahkan dari mereka semua banyak yang sukses, sudah menikah dan masih banyak lagi.
"Yuk Liy, kita masuk." Ucap Putri menyadarkan Ulliiyy dari lamunan dan mengandeng tangan anaknya.
Sampailah mereka dibagian penyambutan tamu, disana harus mengisi sebuah formulir dan satu hal yang harus diberikan. Dan entah apa itu Ulliiyy gak tau.
Putri dan anaknya sudah masuk lebih dahulu, sedangkan Ulliiyy masih menunggu antrian.
Selesai juga mengisi formulir. Ketika Ulliiyy akan bergegas menyusul Putri masuk kedalam tiba-tiba Ulliiyy diberhentikan.
"Maaf mbak, bisa tunjukan undangannya terlebih dahulu." Kata penjaga bagian penyambutan tamu.
Ulliiyy berhenti, "Maaf dek, bukannya hanya mengisi formulir saja ya?" Tanya Ulliiyy. Setahu dia apa yang dikatakan Putri hanya datang saja dan gak ada apa-apa yang diminta.
"Oh ngisi formulir ini hanya sebagai identitas saja mbak. Kalau undangan ya itu wajib mbak. Siapa yang diundang ya akan menunjukan surat itu." Katanya menjelaskan. "Dan jika gak dapat berarti gak diundang." Lanjutnya lagi.
Ulliiyy gugup. Diam, mengigit bibir dalam karena ketidak tahuan. "Tapi dek, tadi teman ku juga gak memberikan undangan." Kata Ulliiyy.
"Oh, mbak putri. Tadi dia memberikan tuh mbak, lewat hp nya. Dan kalau mbak ada coba bisa tunjukan kepada ku.?" Tanya si petugas itu.
Ah, jika begitu kenapa putri gak bilang ke dia. Ulliiyy bingung harus apa?
Disisi lain, terasa antiran terasa lama dia memutuskan untuk maju kedepan.
"Ada apa nih cha?" Terdengar suara pria yang terdengar mirip dibayangkan Ulliiyy. Suara yang tidak pernah dilupakannya.
Ulliiyy hanya bisa menunduk tidak mampu melihat siapa dia, tapi satu yang Ulliiyy yakini. Dia pasti pria itu, siapa lagi jika bukan Adimas.
Mendengar itu, iccha coba menjelaskan. "Iniloh kak Dim. Mbak ini gak tau kalau acara ini harus menunjukkan surat undangan, atau mungkin mbak ini gak diundang dan ikut karena diajak temannya gitu." Jelasnya.
"Oh, ya sudah. Daripada ngantrian lama. Mending nih, anggap aja kak Dim bareng dia berdua." Adimas menyerahkan undangan ke Iccha. Setelah mengisi formulir.
Tanpa disadari Adimas, perempuan itu adalah Ulliiyy. Perempuan yang membuat hidup Adimas memendam rasa emosi.
"Oh iya mbak, karena aku sudah bantuin. Sampai disini ya. Lain kali diperhatikan setiap acara jika mau menghadiri. " pesan Adimas dan berlalu pergi menuju gerombolan teman-temannya.
"Terima kasih banyak. " ucap Ulliiyy pelan.
Hanya bisa berdiri, melihat punggung milik Adimas yang pergi.
Deg_
Perasaan itu datang lagi. 'Tidak jangan lagi.' Keluh Ulliiyy meremas baju depannya.
Air mata tiba-tiba mengalir tanpa disadari. Suara bising seakan hanyalah burung yang berkicau. Ulliiyy tidak tahan lagi. Dia berlari melawan arah. Yah, Ulliiyy memilih pulang.
Tersedu oleh isakan tangis, hampa dan sakit. Perasaan yang telah dikubur kini muncul kembali.
"Mengapa ini semua harus terjadi." Rintik hujan mengguyur malam minggu ini. Saksi bisu akan perasaan Ulliiyy yang mulai muncul lagi.
"Adimas." Memanggil nama itu.
Hujan turun semakin deras. Yang awalnya hanya rinrikan kini semakin deras, memyambut malam minggu.
Bersambung
*****
Sedih banget , pas ketik bagian Ulliiyy gak tahu apa2 soal penghadiran itu, dan sedih nya juga ketika perasaan Ulliiyy untuk Adimas datang lagi. Bagaimana menurut kalian, jika berada diposisi Ulliiyy.
Oh_ Adimas, susah sekali dikau untuk diraih .