Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 3 - Sekilas Tentang Sera

Chapter 3 - Sekilas Tentang Sera

Perkenalkan, namanya Sera. Lengkapnya Serafina Tiono. Anak bungsu pasangan Erik dan Fani Tiono ini punya seorang kakak laki-laki bernama Sean. Sebenarnya sih cara bacanya 'shawn/shan' atau kira-kira seperti itulah. Tapi, berhubung dilafalkan orang Indonesia jadi dibaca 'se-yan'.

Dari kecil, Sera biasa memanggil Sean dengan panggilan 'kakak'. Tapi, terkadang Sera juga memanggil Sean 'abang'. Katanya cocok, karena Sean memang sering mengantar jemput Sera layaknya tukang ojek semasa sekolah.

Sebenarnya Sean tidak masalah sih. Punya adik seperti Sera memang harus banyak-banyak bersabar. Tapi karena panggilannya itu, Sean sempat dikira tukang ojek beneran sama tetangga.

Cowok tinggi itu sampai pernah beneran dapat order ngojek dari tetangganya yang kebetulan lewat saat Sean dan Sera baru sampai. Penampilannya yang selalu berkendara lengkap, didukung dengan Sera yang tiap sampai rumah selalu turun duluan dan langsung masuk tanpa membuka gerbang dengan cukup lebar untuk motor agar bisa masuk juga membuat Sean memang merasa seperti tukang ojek.

"Bang, anter saya ke depan ya!"

Sean lalu membuka helmnya sambil tersenyum kecut. "Ini Sean anaknya Pak Erik, Bu."

"Oh, Mas Sean. Maafin ya. Kirain Mbak Sera pake ojek langganan kalau pulang sekolah."

"Iya, gapapa." Lalu dengan sabar dan penuh kemandirian, Sean membuka gerbang dan memasukkan motornya ke dalam. Tentunya tidak lupa memaki Sera yang sudah masuk duluan sambil menahan tawa.

"SERA ADIK JAHANAM, LAIN KALI BUKAIN PINTU YANG BENER, NYET!"

"Sean, mulutnya!" Fani,sang mama, memperingatkan. Sementara Sean menanggapinya dengan decakan kesal.

Sean lebih tua empat tahun dari Sera. Sekarang ia tengah berada di Inggris untuk melanjudkan S2nya. Ia adalah mahasiswa lulusan teknik elektro. Kalau kata Sera, calon kang PLN yang suka keliling ngecek meteran listrik.

Memang Sera ini tipe-tipe adik kurang dihajar, jadi hobinya ngelunjak. Tapi berhubung hanya Sera yang bisa Sean suruh-suruh, jadilah Sean harus banyak bersabar kalau adiknya sedang bertingkah.

Sera sendiri sebenarnya tidak diizinkan berkuliah jauh dari rumah. "Anak perempuan gak usah jauh-jauh kuliahnya," begitu kata ayahnya. Namun dengan tekat yang bulat, Sera memutuskan mencari beasiswa ke Amerika Serikat.

Saking ambisnya, Sean sampai takut waktu lihat Sera rajin belajar. "Yaampun, dunia belum mau kiamat kan?"

"Kenapa yan?" Fani yang waktu itu sedang mempersiapkan makan malam bertanya pada si sulung yang sedang membantunya, namun matanya sibuk melirik ke arah ruang tamu di mana sang adik sedang belajar.

"Sean liat anak perempuan mama rajin banget belajar."

"Iya yah. Tapi bagus dong, namanya juga anak sekolah."

"Ma, yang macem Sera jadi rajin tuh pasti ada sesuatu. Lagian ini kan baru liburan."

Awalnya Sera ragu apakah dia memang mampu. Gadis itu sempat merahasiakn kalau ia sudah menerima hasil bahwa ia diterima beasiswa. Kalau untuk surat keterangan wali, Sera minta tolong tantenya saat itu. Jadi kedua orangtuanya memang tidak tahu menahu soal ini.

Saat Sera menjelaskan perihal rencana kuliahnya, baik Erik, Fani maupun Sean tentu terkejut. Bukan apa-apa sih, tapi biar begitu Sera ini termasuk anak manja yang terbiasa bergantung dengan orangtua atau minimal kakaknya.

Waktu itu Sera baru menginjak umur 18 tahun dan untuk anak gadis–yang kalau paling hebat pergi sendiri itu ke mall–, study abroad ke belahan dunia lain adalah sesuatu yang besar.

Tapi akhirnya Sera berhasil mendapat persetujuan orangtuanya. Ya mau bagaimana lagi, beasiswa sudah ditangan, masa mau dibatalkan. Tapi tetap saja persetujuan ini melewati banyak drama dan syarat-syarat yang harus Sera setujui dan laksanakan.

Sera sampai memajang aturan yang dititahkan orangtuanya di dorm tempat Sera tinggal. Tidak lupa mengirim fotonya agar lebih meyakinkan mereka.

Apakah dipatuhi 100%? Tentu saja tidak.

Sera bukan tipe rulebreaker, tapi juga ingin menikmati kalau ada kesempatan. Menurutnya, selama ia tahu batas maka semua akan baik-baik saja. Lagi pula salah satu tujuannya ke Amerika kan karna memang ingin mencari pengalaman baru, jadi inilah waktunya.

Selama di Amerika, Sera banyak aktif dalam kegiatan, baik volunteer maupun pekerjaan paruh waktu. Maklum, biaya hidup di Amerika kan cukup mahal dan Sera butuh banyak pemanis untuk resume pekerjaannya nanti. Mumpung sedang di Amerika, Sera rasa ia harus mengambil banyak kesempatan.

Sebenarnya sih Sera sudah niat banget untuk menetap di Amerika. Dasar memang kacang lupa kulit. Anak muda yang katanya ingin mencari ilmu untuk kemajuan bangsa malah enggan pulang ke tanah air.

Hidup di Amerika, apalagi sebagai pendatang seperti Sera bukanlah hal yang mudah. Mulai dari bahasa, makanan, udara dan culture shock lain harus Sera hadapi. Tapi disaat ia mulai terbiasa dengan kehidupan di sana, Sera malah dipaksa pulang oleh orangtuanya.

Bukan mau dijodohin. Kalau gitu sih Sera masih terima, siapa tau kisah perjodohannya bisa semanis cerita di novel-novel. Maklum, jomblo dari lahir.

Papanya memberikan berbagai macam argumen saat menelepon Sera untuk pulang. Salah satunya adalah Sera yang sudah terlalu lama berada di Amerika. Beliau memang yang paling menentang putri semata wayangnya kuliah jauh dari rumah.

"Kamu janji empat tahun sama Papa, Serafina! Ini sudah tahun kelima."

"Iya itu kan kuliahnya. Sekarang Sera udah ada kerjaan di sini. Kan sayang kalau ditinggalin. Masuknya susah tau, Pah." Sera terus berusaha memberikan alasan logis agar ayahnya menyerah. Namun sayang, usahanya sia-sia.

"Urusan kerjaan gampang. Kemarin papa udah ngomong sama Om Yudi untuk carikan kamu posisi di kantornya. Sekarang kamu pulang dulu, urus berkasnya."

Sera tahu Om Yudi. Beliau adalah teman lama papanya yang merupakan salah satu petinggi perusahaan asuransi besar di Indonesia. Sebagai aktuaris yang masih terhitung fresh graduate, ini jelas tawaran yang menggiurkan.

Tapi tetap saja Sera kesal. Suasana rumah keluarganya bukanlah suatu hal yang Sera sukai. Selalu ada pertikaian di dalamnya. Untuk Sera, rumah bukanlah sebuah tempat untuk melepas lelah. Yang ada justru menambah beban pikiran.

"Ck, yaudah nanti Sera pikirin."

"Papa gak nyuruh kamu mikir Sera. Papa nyuruh kamu pulang! Ini perintah bukan tawaran."

"Iya iya Sera pulang. Tapi masih ada kerjaan yang harus Sera selesain. Ditambah ngurusin pindahan, mungkin sekitar dua minggu lagi baru Sera sampe Indo." Akhirnya ia menyerah juga.

"Yasudah, hati-hati. Jangan diulur-ulur lagi loh ya!"

"Iyeee."

"Kalau ada yang perlu dibantu bilang aja. Nanti kita urusin dari sini."

"Hmmm, yaudah ya, Sera istirahat dulu. Daah."

Sera pun menepati janji pulang ke Indonesia, melamar kerja dengan bantuan Om Yudi dan di sini lah dia sekarang. Terjebak dengan bos yang sepertinya merupakan prajurit neraka spesialis menyiksa Sera Tiono.