Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 5 - Hilang Arah

Chapter 5 - Hilang Arah

Setelah panggilannya ditutup secara sepihak, Sera merapikan sedikit bilik kerjanya yang memang tidak pernah rapih.

Setelah memasukan barang-barang yang dirasa penting Sera pun lantas menuju parkiran kantor dimana mobilnya berada. Sesuai perintah nyonya muda, Sera melajukan mobilnya menuju TKP.

Pabrik yang dimaksud Yora adalah pabrik tempat memproduksi makanan dan minuman yang menjadi produk andalan Hanan Group. Lokasinya berada di daerah Tanggerang.

Padahal tadi Sera semangat banget mau nongki bareng sohib, tapi kondisi Sera yang terjebak di jalanan Jakarta yang padat ini membuat semangatnya turun drastis, sampai minus.

Mungkin karna ini jam pulang kantor dan besok akhir pekan, ada banyak orang–yang sama hal nya seperti Sera–ingin melepas penat sehabis lelah bekerja minggu ini. Tapi karena mereka punya rencana di waktu dan kesempatan yang hampir berbarengan, jadilah selalu ada fenomena kendaraan tumpah ruah di jalan seperti ini.

Atau memang daerah khusus ibu kota ini lah yang sudah kelebihan penduduk?

Yang pasti, sama seperti kebanyakan pengemudi lain, yang bisa Sera lakukan hanya menunggu sambil sesekali memaki.

"Jalan woi, elah!"

Tiiinn

"Itu lampu udah ijo! Buta lo mata lo?!"

Begitu terus sampai setengah jam berikutnya. Beruntung ketika memasuki tol kondisi jalan membaik. Sera sampai di depan pabrik milik keluarga Hanarta kira-kira pukul 7 lewat 20 menit dan memberhentikan mobilnya di depan pos keamanan pabrik tersebut.

Tidak perlu masuk ke dalam karna Yora yang sudah berada di situ. Sera lalu membunyikan klakson mobilnya, memberi isyarat pada sahabatnya itu. Tidak lupa Sera menurunkan kaca mobilnya guna menyapa petugas keamanan yang ada.

"Malem, Pak!" Sapa Sera sambil tersenyum dan mengangkat satu tangannya.

"Malem, Neng." Sapa petugas itu balik. "Udah ditungguin Neng Yora nih, Neng."

"Ah, biarin aja. Udah biasa nunggu dia, Pak," canda Sera yang dibalas kekehan keduanya.

"Gausah didengerin, Pak. Suka ngelantur ni orang," timpal Yora sambil membuka pintu depan penumpang.

"Mari, Pak. Jalan dulu!" Pamit Sera dan Yora.

"Iya, Neng. Hati-hati!"

"Sesuai aplikasi ya, Mbak?" tanya Sera–menirukan abaang grab–saat mereka sudah mulai melaju.

"Iya," jawab Yora santai sambil memakai sabuk pengamannya. "Mau kemana nih?"

Sera menengok sekilas ke arah Yora sama bingungnya. "Lah, gak tau gue juga."

"Ya kan tadi elu yang ngajak jalan. Kirain lu udah kepikiran mau kemana."

"Enggak, gue cuma ngajak doang."

"Terus kita mau kemana ini?" Yora lalu mengeluarkan ponselnya sambil menyenderkan kepala ke jok mobil–berharap menemukan referensi tempat nongkrong yang menarik–sebelum akhirnya terlintas nama Aruna dipikirannya.

"Apa kita ke Aruna aja?" usul Yora.

"Emang dia free? Aruna kan super sibuk," jawab Sera yang tentunya sedang fokus menyetir, walaupun kalau dari luar kecepatan mobil Sera gak jauh beda sama kura-kura.

Ya habis mereka masih belum menentukan tujuan. Dari pada kelewatan, lebih baik mereka berkendara dengan perlahan. Oke, sangat pelan sih sebenarnya. Sekitar 20 sampai 40 km/jam. Untung kondisi jalan sepi sehingga mobil Sera tidak jadi sasaran amukan pengendara lain.

Yora yang setuju dengan Sera akhirnya berinisiatif menghubungi sahabatnya itu. "Iya juga. Telpon dulu deh."

"Halo?" Butuh beberapa saat sampai panggilan tersebut terjawab.

"Halo. Kenapa, Yor?"

"Lu free gak? Gue sama Sera lagi kehilangan arah dan tujuan. Kalo kita maen ke tempat lu bisa?"

"Oh, bisa sih. Tapi gue masih di ruko Serpong. Baru selesai packaging."

"Mau di jemput sekalian? Kita baru abis dari pabrik juga soalnya."

"Boleh. Sekalian bantu bersih-bersih," canda Aruna.

"Sip! Nih, Sera udah siap jadi kacung."

Sera yang mendengar perkataan tersebut lantas melirik sinis dengan ekpresi wajah sedemikian rupa, menggambarkan perasaan tidak terimanya.

"Hahaha, oke deh. Gue tunggu!"

Sesaat Yora menutup teleponnya, Sera pun buka mulut. "Udah jadi supir, sekarang direkrut jadi kacung. Besok-besok gue ngelamar jadi TKW juga nih."

"Ide bagus!" Yora menanggapi dengan memberi acungan jempol di sebelah wajah Sera.

"Sialan!"

"Mau mampir mini market dulu ga? Beli camilan," tawar Yora.

"Lu yang traktir!"

"Iya dah. Sekali-sekali amal."

Tidak lama mereka menemukan mini market. Hanya Yora yang turun. Selain karna Yora yang bersedia membayar, Sera sengaja memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, biar gak perlu bayar parkir.

* * *

Aruna sedang membantu ibunya memasukkan beberapa pot kosong ketika mobil Sera tiba di halaman parkir ruko. Jam sudah menunjuk ke angka 8 menandakan hari sudah malam, maka tidak heran mayoritas ruko yang berjajar di situ sudah tutup.

Halaman parkir yang sudah senggang membuat Sera jadi sesuka hati memarkirkan mobilnya. Aruna, Nita –sang ibunda–, dan beberapa karyawan yang ada di situ pun hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah hapal tingkah para sahabat Aruna.

Tak lama, dua gadis itu pun turun dari mobil. Pakaian yang mereka gunakan membuat duo 'RaRa' itu terlihat casual namun tetap berkesan resmi.

Yora dengan cropped pants warna krem dan kaus putih polos yang dipadukan dengan blazer hitam serta wedges berwarna senada. Sementara Sera yang mengenakan kemeja biru muda bergaris dan celana bahan warna hitam akan terlihat lebih formal jika saja alas kaki yang digunakan bukan crocs model classic bewarna hot pink.

Penampilan mereka tampak professional dibanding dengan Aruna yang menggunakan tank top hijau tua yang dilapisi kemeja flannel coklat muda dengan celana pendek berbahan jeans dan sandal jepit.

"Eh, ada Tante Nita juga!" Sapa Sera saat ia mendekat.

"Malam, Tante," timpal Yora, lebih beradab yang langsung ditiru Sera.

"Malem Yora, Sera. Mau ke tempat Aruna ya?"

"Iya. Mana yang mau diberesin? Sera udah siap nih," kata Yora iseng menyambung percakapan di mobil tadi.

"Kok gue sih?! Lu aja sono."

"Kan lu mau jadi TKW. Latian dulu disini. Kalo kerja lu gak bener entar disiksa majikan di sono."

"Gue udah punya majikan tukang nyiksa di kantor. Gak perlu cari majikan lain."

"Kenapa, Se? Bos kamu galak?" tanya Nita yang jadi penasaran dengan curhat dadakan Sera.

"Enggak, Tante. Bosnya Sera tuh sayang banget sama Sera. Makanya Sera dididik supaya jadi pribadi yang mumpuni dan berguna bagi keutuhan dan kejayaan perasuransian se-Indonesia Raya."

Sera lalu mendorong Yora –yang barusan merangkulnya– menjauh. "Bacot!"

"Yaudah yuk," ajak Aruna, memotong perdebatan dua sahabatnya itu. "Ma, jalan dulu ya."

"Iya, hati-hati ya!"

"Iyaaa, daah Tante," pamit Sera dan Yora yang sama-sama menuju pintu depan penumpang yang lantas berdebat lagi karna rebutan kursi penumpang.

"Ini tuh Indonesia. Setir di sebelah kanan," kata Yora mengingatkan.

"Ya siapa bilang kita lagi di Amrik? Lu lah nyetir!"

"Ini kan mobil lu. Lu yang nyetir lah."

"Makanya sekarang lu gue kasih kehormatan buat bawa mobil gue. Nih." Kata Sera sambil memperlihatkan kunci mobilnya dengan kedua telapak tangannya seakan itu adalah benda paling berharga.

"Thank you, next."

"Yaudah sini. Gue yang bawa aja," kata Aruna menawarkan diri.

"Tuh, baik dong kaya Aruna," cibir Sera pada Yora yang dibalas juluran lidah.

Setelah mengoper kunci mobil, Sera lalu menempati kursi belakang. Untung juga, ia jadi bisa menselonjorkan kaki di sepanjang kursi penumpang. Sementara Yora menidurkan sedikit sandaran joknya sampai 'pw' alias posisi wuenak.

Entah karena posisi yang nyaman atau memang lelah setelah bekerja seharian, baik Sera maupun Yora sudah terlelap tak lama setelah mobil memasuki jalan umum. Aruna jadi mendapati situasi langka dimana suasana tetap sepi walaupun ada duo 'RaRa' disatu tempat yang sama.

Aruna yang memang lebih baik hatinya dibandingkan dua sahabatnya itu sengaja membiarkan mereka beristirahat. Lumayan, 10 menit perjalanan dipakai untuk memejamkan mata.

Namun sayang seribu sayang, acara istirahat Sera dan Yora harus terhenti karena ada seekor anak kucing yang tiba-tiba melintas membuat Aruna kaget dan mengerem dengan dramatis.

Kucingnya selamat, tapi Sera jadi jatuh. Kepalanya terantuk jok depan dan dengan posisi yang tidak elok Sera memaki sepenuh hati.

"Anjing!"

"Ini kucing, Se," jawab Aruna kalem, membuat Yora mati-matian menahan tawa di sebelahnya.