"Ah, lagi-lagi aku kalah," keluh seorang lelaki dari etnis Ossetia berambut pirang coklat bermata biru setelah dia kalah dalam bermain catur melawan rekannya dari etnis Armenia. Lelaki Ossetia itu melontarkan pujian kepada rekan Armenianya, "Kau dan semua orang Armenia memang hebat dalam bermain catur, Hrair Khachatryan."
"Tidak juga, ini hanya keberuntunganku," kata Hrair merendah. "Lagian kau bisa membuatku harus kehilangan Perdana Menteri," sambung pria berkepala bulat, berbadan gemuk dengan rambutnya yang tipis berwarna hitam.
Suara geraman yang rendah terdengar dari arah selatan, tepatnya semak belukar yang tebal yang berada di dekat pos jaga dari kedua lelaki tersebut.
"Apakah kau mendengar suara aneh?" tanya Hrair.
"Ah, kurasa kau sedang halusinasi saja. Aku hanya mendengar suaramu, kawan," balas Soshan Bagrayev.
Suasana mendadak sunyi dan Hrair merasa tidak mendengarkan suara geraman yang rendah tersebut.
"Sepertinya kalian terlihat sangat santai," ucap seorang lelaki berjubah hitam yang muncul di hadapan mereka berdua.
Kedua Tentara Russia itu kaget dibuatnya dan menodongkan senjatanya ke arah lelaki berjubah hitam tersebut.
"Kalian serius menodongkan senjata kalian. Meskipun jaraknya sangat dekat, jika tangan kalian gemetar seperti itu kalian tidak akan mengenaiku sama sekali," jelasnya santai.
"Berisik!" teriak Bagrayev. Dia menembaki lelaki berjubah hitam tersebut dengan penuh semangat. "Matilah kau, Penyihir sialan!"
Hrair juga ikut menembaki lelaki itu, meskipun dia juga sama-sama ketakutan.
Lelaki itu menghindari tembakan dari kedua Tentara Russia tersebut.
"Bangkitlah wahai, jiwa-jiwa yang tenang untuk membalaskan dendam dan amarahmu di dunia." Suara itu terdengan pelan namun menggema.
Dari bawah tanah keluarlah beberapa mayat hidup berpakaian Janissary dan mereka langsung memangsa kedua Tentara Russia tersebut.
"Bagus, strigoi. Majulah dan mangsa seluruh Orang di Ossetia Selatan."
Dari bawah tanah tempatnya berpijak ratusan strigoi muncul dari bawah tanah dan berjalan menuju ke arah Kota Chreba yang merupakan Kota terbesar di wilayah selatan Ossetia.
[Strigoi, Iblis penghisap darah yang merupakan makhluk horor di wilayah Kesultanan Ottoman Turki.]
[Chreba, adalah nama dalam Bahasa Ossetia dari Kota Tskhinvali, sedangkan Tskhinvali adalah nama dalam Bahasa Georgia dari Kota Chreba.]
"Ini adalah langkah awal bagi kita untuk merebut wilayah selatan Ossetia dari Russia," gumam Lelaki berjubah hitam tersebut.
.
.
Suasana Kota Chreba terasa begitu sunyi dengan angin malam yang begitu dingin dan berhembus dengan kencang. Para Penduduk tengah beristirahat di dalam rumah dan apartemennya yang hangat, sementara para Polisi tengah berjaga dan berpatroli mengelilingi Kota kecil di ujung selatan Russia.
Salah satu strigoi menodongkan senjatanya dari balik bangunan ke arah Polisi yang tengah bertugas. Iblis itu menarik pelatuknya dan pelurunya menembus kepala salah seorang Polisi. Suara tembakan yang terdengar begitu berisik dan suara geraman rendah yang terdengar menyeramkan memecah keheningan Kota Chreba.
Ratusan strigoi memasuki Kota Chreba, membunuh, dan memangsa orang-orang yang mereka lihat. Mendengar adanya para strigoi, para penduduk Kota segera mengungsi ke wilayah utara, sedangkan para Polisi, dan Tentara menembaki para Strigoi yang menyerang.
"Sial, kenapa mereka tidak mati-mati meskipun sudah ditembak berkali-kali!"
"Ayo, kita tebas kepala mereka."
Para Tentara dan Polisi mengambil belati mereka, dan bergerak menerjang gerombolan strigoi. Mereka menebas dan menggorok kepala strigoi, tetapi monster itu masih berdiri dengan kokoh dan tubuh mereka segera beregenerasi sehingga mereka semakin menggila. Para Tentara dan Polisi berguguran, dan jasad mereka dimakan oleh para strigoi yang selalu kelaparan.
Sebelas unit tank T-72 bergerak maju untuk melawan gerombolan strigoi. Meriam-meriam mereka tembakkan untuk menghancurkan mereka, namun mereka masih sama, yaitu masih hidup dan tubuh mereka bergenerasi secara perlahan.
"Sial, bagaimana ini? Mereka masih hidup meskipun tubuhnya telah dihancurkan, bahkan dengan tank sekalipun."
Di tengah kekacauan yang terjadi, belasan Orang berjubah hitam bergerak melompati pepohonan dan bangunan. Dari beberapa titik tersebut, Orang-orang berjubah hitam tersebut menembakkan misil ATGM ke arah beberapa tank T-72.
Tank-tank tersebut hancur dan meledak sehingga membuat kaget para Tentara dan Polisi yang tengah berjuang menghadapi gerombolan strigoi.
"Hoi, darimana datangnya-" ucapan seorang Tentara terpotong ketika timah panas menembus kepalanya.
Dari atas bangunan, orang-orang berjubah hitam menembaki para Tentara dan Polisi yang tengah berjuang menghadapi gerombolan strigoi.
Para strigoi juga memasuki rumah-rumah dan membunuh serta memakan para penghuninya. Mereka dengan rakusnya menyantap daging manusia yang masih segar dan meminum darahnya.
Salah seorang Polisi yang terpojok menembaki para strigoi yang mengepungnya.
"Matilah kalian, Iblis!"
Pelurunya telah habis dan dia berteriak kesakitan ketika para strigoi mencabik-cabik tubuhnya dan memakan dagingnya.
Sebagian besar Penduduk Kota telah kabur meninggalkan Kota Chreba dan sebagiannya telah dimakan oleh gerombolan strigoi.
Sang surya terbit dari timur, dengan awan-awan pagi yang berwarna merah darah, seperti darah para manusia yang membasahi Kota Chreba.
Perlahan para Strigoi kembali ke alamnya ketika sang surya terbit.
Seseorang berjubah hitam membuka jubahnya seraya menatap Kota Chreba yang dipenuhi dengan tulang belulang, darah, organ tubuh, dan serpihan daging manusia, "Kalian telah bekerja dengan baik," kata Lelaki berwajah bulat, bermuka tegas, dan bermata biru abu-abu itu. "Sekarang Kota Chreba telah jatuh dan inilah kebangkitan Rakyat Kaukasia Selatan. Kita akan menang dan kita akan menang. Tunjukkan kekuatanmu dan hancurkan Russia!"
Ucapannya disambut para rekan-rekannya yang merupakan anggota dari Yuzhnokavkazskiy sheval'ye, yang terdiri dari para mantan Prajurit Profesional dari etnis Armenia, Turki, Kurdi, Yahudi, Azerbaijan, dan Georgia.
.
.
Para pengungsi terlihat sangat ketakutan, tetapi ekspresi wajah mereka bukan ketakutan akan peperangan. Seperti ada sebuah hal yang menyeramkan yang telah terjadi di Kota Chreba.
"Apa yang terjadi di Chreba?" tanya Vladimir Lunevi, Walikota Ksaivi.
Salah seorang Lelaki tua menghampiri Pria muda tersebut dengan mata yang berlinang air mata, "Vampir.... Janissary.... Sulaymaniyah... Strigoi..... Strigoi...." ucapnya ketakutan dengan air mata yang berlinang.
Vladimir Lunevi begitu kaget mendengar apa yang terjadi di Chreba, "Bagaimana dengan Walikota?" tanyanya.
"Beliau angkat senjata bersama dengan Tentara dan Polisi," jawab salah satu pengungsi.
"Aku yakin dia akan tenang di alam sana," balasnya. "Semua dengarkan aku, bersiaplah untuk kemungkinan terburuk. Para Lelaki yang tangguh, angkatlah senjata kalian, dan kita lindungi Kota ini dari para strigoi."
"Aku mendengar kalian menyebut strigoi," kata Seorang Perempuan berambut pendek, bermata hijau setinggi seratus tujuh puluh lima centimeter.
"Kau siapa?" tanya Vladimir Lunevi.
"Aku hanya seorang Pilot TSF yang kebetulan sedang ingin menyendiri di wilayah ini. Sepertinya aku bernasib seperti Gutz, di mana aku berpijak selalu ada pertumpahan darah atau Iblis. Maafkan aku telah mengatakan banyak omong kosong ini," papar Maria. "Strigoi, strigoi, strigoi. Meskipun tubuh mereka dihancurkan, tetapi mereka akan beregenerasi. Meskipun memenggal atau menghancurkan kepalanya mereka masih tetap hidup. Namun ketika terbakar api, mereka akan binasa."
[TSF, kepanjangan dari Tactical Surface Fighter. Sebuah robot humanoid yang berasal dari serial Muv-luv.]
"Jadi, jika kita menyerang mereka dengan api mereka akan binasa begitu."
"Yah, karena aku pernah menghadapi seorang Black Wizard yang memiliki kemampuan dalam memanggil strigoi. Ketika aku menyerang mereka dengan kemampuan alkemis api-ku, mereka binasa," ungkap Maria Catherine Victoria von Mecklenburg-Schwerin kepada Orang-orang. "Selain itu, strigoi sangat lemah terhadap cahaya Surya. Jadi mereka tidak akan menyerang di siang hari. Namun kita tetap harus waspada."
"Kau benar, mengingat Georgia masih sakit hati ketika Rakyat Ossetia Selatan dan Abkhazia memilih untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi Russia. Namun kami tak menyangka bahwa Georgia akan menyerang dengan kekuatan Iblis."
"Bagaimana jika kita berbicara di ruanganmu, Tuan Lunevi?" usul Maria kepada Walikota, karena ada hal penting yang harus mereka bicarakan.
"Aku paham akan hal itu. Ikuti aku."
Maria dan Lunevi berjalan menuju ke Kantor Walikota Ksaivi yang bangunannya bergaya Georgia. Mereka berdua lalu memasuki ruangan pribadi sang Walikota, dimana Maria duduk di kursi tamu.
"Georgia didukung oleh North Atlantic Alliance (NAA) untuk merebut kembali Ossetia Selatan dan Abkhazia. Itu informasi yang tengah beredar di dunia intelijen. Untuk saat ini, prioritas utama mereka adalah Ossetia Selatan," kata Maria.
"Dari dulu memang sudah beredar informasi seperti ini. Namun, kami tidak menyangka mereka akan bertindak senekat ini."
"Mereka nekat karena memiliki banyak dukungan. Aku yakin, Moskow tidak akan diam begitu saja. Presiden Volodymyr Volodimirovich Ptuin akan segera mengambil tindakan tegas."
"Setidaknya aku hanya ingin memberikan informasi tambahan dari seorang agen Stasi di sana. Kuharap kau menyampaikannya ke Moskow, Tuan Lunevi."
"Baiklah, akan aku sampaikan informasi ini." Lunevi mengetik informasi yang didapatkan dari Perempuan berambut pendek tersebut untuk dikirim ke pihak Moskow melalui e-mail. "Ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Maria Catherine Victoria von Mecklenburg-Schwerin."
.
.
Tbilisi, Republik Georgia
Ribuan orang berkumpul di Istana Kepresidenan menanti kehadiran Presiden Mikhail Saakashvili yang akan memberikan pidato bersejarahnya. Lelaki setinggi dua meter itu berjalanan menuju ke mimbar pidato. Dia melambaikan tangannya dan disambut meriah oleh rakyat-nya.
"Pagi yang cerah untuk menyampaikan sebuah berita gembira untuk rakyat Georgia yang selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Aku yakin kalian pasti penasaran berita gembira seperti apa yang membuat ekspresi wajahku terlihat begitu gembira saat ini," jelas sang Presiden yang begitu narsis dan percaya diri. "Yah, ini adalah berita gembira karena Kota Tskhinvali berhasil direbut oleh para Tentara Georgia yang gagah berani dari pendudukan Russia," sambungnya dengan penuh semangat dan pidato yang menggelora.
Rakyat Georgia bertepuk tangan dengan begitu keras, mengapresiasi pidato serta kemajuan bagus yang telah dilalui oleh Tentara Georgia dalam merebut Kota Tskhinvali.
"Pagi yang cerah ini kita berhasil merebut Kota Tskhinvali, lusa kita akan mengembalikan seluruh Ossetia Selatan ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi. Tuhan memberkati kita. Tuhan bersama Rakyat Georgia." Pidato sang Presiden begitu menggelora dan membakar semangat. Rakyat Georgia di seluruh penjuru negara bertepuk tangan dengan meriah mengapresiasi keberanian dan ketegasan sang Presiden dan juga Tentara Georgia yang telah merebut kembali Tskhinvali.
"Tuhan bersama kita!" sahut Rakyat Georgia dengan penuh semangat.
.
.
Sebuah drone berbentuk burung elang terbang menembus awan dan melewati bukit mengikuti arus sungai Didi Liakhvi yang berhulu di wilayah Georgia.
Lelaki berambut botak itu tengah memperhatikan layar monitornya yang menampilkan pemandangan dan penglihatan yang direkam oleh Drone yang dia kendalikan.
"Jangan menyerang, kecuali jika menurutmu darurat," perintah seorang Lelaki tua.
"Baik, Jenderal."
Drone tersebut memasuki langit Kota Chreba, di mana banyak noda darah yang mengotori jalan serta tumpukan tulang-belulang yang tengah dibakar di pusat Kota.
"Ini begitu mengerikan. Sepertinya Georgia menggunakan kekuatan Iblis untuk merebut Kota ini," ujar Akhmad Ramzan, seorang Operator drone Russia dari etnis Chechnya yang beragama Islam Sunni.
"Mereka bahkan lebih buruk daripada Lenin dan Stalin," celetuk Jenderal Leonid Oleksander.
Kamera drone tersebut menampilkan ribuan Tentara Georgia yang memasuki Kota Chreba, di mana beberapa unit Tank T-55, Tank Kaplan MT, Kendaraan lapis baja Pindad APS-3 ANOA, Tank Leopard 2, dan Humvee memasuki Kota terpenting di ujung selatan Federasi Russia.
"Kira-kira Iblis apa yang mereka gunakan untuk merebut Kota Chreba?"
"Mungkin, manusia dengan kekuatan tiamat. Mengingat satu tiamat shifter sudah cukup untuk mengalahkan lima ribu Orang," jawab Ramzan.
"Negara kecil seperti Georgia mana mungkin memiliki serum tiamat. Bahkan negara kita tidak memilikinya. Namun tidak perlu membahas itu!" serunya. "Apakah dronemu dilengkapi dengan senjata?"
"Bom bunuh diri," balas muslim Chechnya berparas tampan tersebut.
"Kalau seperti itu, aku perintahkan kau untuk meledakkan stasiun bahan bakar Chreba," perintah Jenderal Leonid.
"Baiklah akan segera dilaksanakan."
Ramzan mengendalikan drone miliknya menuju ke arah stasiun bahan bakar Kota Chreba.
"Tidak ada makanan ringan seenak mie dalam cup. Khususnya mie se**p cup," puji Lelaki tersebut akan keenakan mie instan cup asal negeri Indonesia. "Makan mie se**p cup, rasanya seperti menjadi iron man."
Rekan-rekan lelaki itu hanya tertawa melihat tingkah laku serta ucapannya.
Sebuah keberuntungan bagi Ramzan, di mana para Tentara musuh tengah bersantai menikmati semangkuk makanan hangat yang mereka bawa atau ambil dari toko-toko yang ditinggal pergi oleh pemiliknya yang mengungsi ke Kota Ksaivi.
Drone tersebut segera meluncur dengan cepat menuju ke arah tangki isi bahan bakar. Ramzan menekan tombol meledak dan terjadilah sebuah ledakan yang begitu besar.
Para Tentara Georgia dibuat kaget akan sebuah ledakan serta awan berbentuk jamur yang berwarna hitam pekat yang terdengar dan muncul dari arah timur.
Meskipun Kota Chraba atau Tskhinvali telah jatuh ke tangan Pasukan Georgia, bukan berarti seluruh Ossetia Selatan berada dibawah kendali Georgia.
.
Perang telah dimulai, dan pembalasan akan segea tiba.