Chereads / Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 11 - Bab 11, Terjebak Di Dunia Lain

Chapter 11 - Bab 11, Terjebak Di Dunia Lain

Tank T-84 berjalan di depan sedangkan jeep BMW hitam tersebut berjalan sepuluh meter di belakang mengikutinya. Suasana terasa sangat mencekam dengan banyaknya suara-suara aneh yang terdengar di telinga mereka, mulai dari suara burung kedasih, tangisan perempuan, dan juga bayi, hingga suara tawa yang menyeramkan.

"Kalian bertiga janganlah takut. Kami berdua akan melindungi kalian apapun yang terjadi," ujar Beatrix menenangkan via telepati kepada ketiga Adik kembarnya. "Dedikasikan hatimu," sambung Beatrix.

Tank T-84 itu berhenti di sebuah perempatan 61 49 yang terhias dengan tiga buah gitar berwarna biru gelap, sebuah tempat di mana Robert Johnson bertemu dengan iblis yang menuntutnnya menjadi seorang Musisi blues legendaris, meskipun akhirnya dia meninggal di usia dua puluh tujuh tahun karena telah menjual jiwanya kepada iblis (menurut informasi yang beredar). Jeep BMW tersebut berhenti di belakangnya.

Beberapa ekor serangga berukuran besar dengan capitnya seperti kepiting dan berkepala seperti jamur terbang menuju ke arah mereka.

"Mi-go," celetuk Athena.

"Siapkan senjata kalian, ada gerombolan mi-go yang tengah terbang kemari!" teriak Athena memerintah. Beatrix mengambil senapan AK-47 dan menembaki gerombolan mi-go tersebut. Athena dan Charlemagne keluar dari mobil mereka sambil membawa senapan AK-47 dan menembaki gerombolan mi-go.

Alien dari Planet Yuggoth tersebut berjatuhan dan tubuhnya langsung menguap dengan cepat setelah ditembaki oleh mereka bertiga.

"Sial kenapa kita harus terperangkap di dunia lain!" teriak Gustav yang kesal.

"Berhentilah merengek!" teriak kedua Kakak kembarnya.

Tank T-84 itu kembali melanjutkan jalannya diikuti oleh mobil jeep berwarna hitam yang berbelok ke kiri mengikuti tank T-84 yang telah berbelok ke kiri terlebih dahulu.

Meskipun suara-suara aneh terdengar jelas, Maximilian, dan Beatrix berusaha untuk tetap tenang. Athena memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan.

Tank T-84 tersebut berhenti mendadak, di depannya ada dua unit humvee berwarna kuning gurun pasir berbendera Amerika Utara yang tengah melewati jalan yang berlawanan arah.

"Kami ke sini karena kami mendengar suara baku tembak," kata salah seorang Tentara berseragam berwarna abu-abu.

"Kami habis menembaki mi-go yang terbang. Sayangnya jasad mereka menguap dengan sangat cepat," kata Athena yang keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri kedua unit mobil humvee tersebut.

"Begitu," katanya singkat. "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?"

"Kami terbawa dunia lain ketika kami tiba di danau Jungfernsee," jawab Athena. "Bagaimana dengan kalian?" tanya balik Athena berdiri di depan sebuah Humvee.

"Kami sedang latihan perang di Turki dan secara tiba-tiba kami terjebak di dunia ini," jelas seorang lelaki muda berkcamata hitam dan berbadan kekar yang keluar dari humvee tersebut.

"Aku Letnan Leonardo Edward."

"Aku Athena Reginleif," balas Athena memperkenalkan namanya, meskipun tidak menjelaskan nama lengkapnya.

"Sepertinya kau Orang Prussia," kata Letnan Edward yang memerhatikan bendera horizontal tiga warna berwarna hitam, merah, dan kuning yang berkibar di tank T-84 tersebut.

"Yah, kami dari Prussia," balas Athena.

"Kau tahu, meskipun kita berbeda pandangan politik. Namun kita harus saling bekerjasama agar bisa keluar dengan selamat dari tempat terkutuk ini."

"Kurasa ini tidak buruk," kata Athena. "Aku setuju denganmu, mengingat kita tidak tahu dengan apa yang akan terjadi ke depannya."

"Terima kasih, atas kebijaksanaanmu, Nona muda," kata Letnan Edward. "Di tempat kami barusan, kami berhadapan dengan beberapa ekor Manticore."

"Apakah Letnan mendengarkan suara-suara aneh?" tanya Athena.

"Suara tangisan perempuan dan bayi, suara burung kedasih dan tawa Iblis yang menyeramkan," jawab sang Letnan.

"Hm, begitu."

Maximilian keluar dari dalam tank T-84 tersebut, "Bagaimana jika kita harus bergerak, mengingat terlalu lama di sini akan menghabiskan logistik kita?" usulnya.

"Kau benar."

Letnan Edward dan Athena kembali ke Kendaraan mereka. Kedua humvee itu bergerak diikuti dengan tank T-84 dan BMW jeep berwarna hitam di belakangnya.

"Apakah tidak masalah dengan mereka, mengingat mereka adalah musuh kita?" tanya seorang Lelaki berwajah Hispania kepada Letnan Edward.

"Jangan khawatir," balasnya. "Kalau mereka musuh, seharusnya mereka segera menembak kita. Mungkin kita akan bersekutu dengan mereka untuk hari ini, mengingat tiga diantara mereka ada yang memiliki kemampuan supranatural."

"Jika itu perintah, kami akan menurutinya," balas salah satu Tentara yang lainnya.

Selama satu jam lamanya, keempat kendaraan tersebut menyusuri jalanan yang sepi yang kanan-kirinya dipenuhi dengan pepohonan yang rimbun, dan batangnya dipenuhi lumut. Di antara pepohonan, berbagai macam arwah berbentuk abstrak yang transparan namun tubuhnya memancarkan cahaya yang terbang melayang menembus pohon-pohon yang berlumut, dan terlihat menyeramkan.

Awalnya ketiga anak kembar itu ketakutan. Namun untuk saat ini mereka dibuat takjub akan keindahan arwah-arwah bercahaya yang terbang menembus pepohonan.

"Jangan terlena akan keindahan mereka. Mereka tengah menggoda kalian dengan keindahannya." Athena mengingatkan kepada ketiga anak kembar tersebut.

Charlemagne tetap fokus menyetir Mobil, sedangkan Charla tertidur sambil menutup kedua matanya dengan kacamata berwarna hitam.

Kedua humvee, tank T-84, dan jeep BMW hitam tersebut tiba di sebuah danau yang besar, tetapi airnya berwarna biru menyala.

Mereka semua keluar dari Kendaraan mereka dan berjalan ke tepi danau.

Ketiga Anak kembar tersebut bermain air danau tersebut.

"Kenapa Danau air ini memancarkan cahaya berwarna biru, Maximilian?" tanya Margareth.

"Ini karena efek bioluminesensi dari sejenis fitoplankton yang dihasilkan karena ada reaksi kimia tertentu, bukan karena sihir ataupun limbah," jawab Maximilian berjalan menghampiri ketiga Adik kembarnya.

Dua belas Orang Tentara Amerika Utara tengah bekerja sama membangun sebuah kamp sederhana. Sebagian sedang membuat tempat untuk api unggun, sebagiannya lagi tengah menggelar tempat tidur kantung mereka.

Mereka terdiri dari delapan Orang Lelaki dan empat Orang Perempuan.

"Margareth, Anastasya, dan Gustav. Kalau kalian ingin tidur, tidurlah di dalam tank, biar kami yang tidur di luar tank, iya, kan, Maxi," kata Beatrix menghampiri ketiga Adik kembarnya.

"Siap, Komandan," balas mereka bertiga sambil memberikan hormat kepada Beatrix.

"Menurutmu apakah air danau ini bisa diminum, Athena?" tanya Charlemagne.

"Aku rasa bisa, namun jangan memakan ikan atau binatang di sini," jawab Athena.

Para Tentara Amerika membuka beberapa kaleng botol alkohol, dan menenggaknya.

"Mengonsumsi alkohol di tempat seperti ini. Aku khawatir karena kalian mabuk. Kalian melakukan hal atau ucapan yang tak pantas," kata Charla menghampiri mereka.

Mereka hanya tertawa mendengar perkataan Charla.

"Persetan dengan hal seperti itu," kata salah seorang Perempuan berkulit hitam dan berambut agak keriting.

"Anggap saja kita sedang berlibur. Jadi, nikmatilah alkohol ini," ujar seorang Lelaki berwajah Armenia.

"Biarkan saja mereka, Charla. Lagian mereka memang maunya," balas Maximilian. "Namun aku punya firasat buruk akan mereka. Padahal meminum alkohol sangatlah tabu di tempat seperti ini. Apalagi ketika mabuk dan mengucapkan serta melakukan hal yang tak pantas."

Salah seorang si antara mereka melempar kaleng minuman beralkohol yang telah habis ke arah danau.

"Lihatlah, lemparanku jauh bukan," ungkapnya dengan bangga meskipun dalam keadaan mabuk.

"Aku juga tak mau kalah darimu, keparat!" Orang itu melempar kaleng botolnya dengan sangat keras hingga melampauai kaleng yang mengambang.

"Aku juga tak kalah hebatnya darimu."

Maximilian dan Beatrix yang muak akan kelakuan mereka segera berjalan memasuki tanknya, begitu pula dengan Athena, Charla, Charlemagne, dan ketiga anak kembar segera memasuki Mobilnya.

"Aku merasakan firasat buruk dari danau tersebut, makanya aku menghubungi mereka," jelas Beatrix.

"Biarkan mereka dimangsa oleh searpent yang tengah bersembunyi di bawah ini," balas Maximilian. "Yang penting kita bisa kembali ke dengan selamat."

[Searpent, kependekan dari Sea Serpent.]

Para Tentara Amerika Utara tengah berpesta pora tanpa mempedulikan etika dan norma, kecuali Letnat Edward yang memilih untuk diam.

Tanpa mereka sadari seekor monster berukuran besar berbentuk ular kobra yang menyeramkan dengan tubuhnya yang berwarna putih dipenuhi dengan warna hitam yang melingkar pada tubuhnya muncul dari danau tersebut.

Mereka terdiam disaat sedang asyik berpesta seks ketika melihat searpant muncul secara tiba-tiba. Searpent segera menyemprotkan cairan asamnya yang mematikan yang langsung menghancurkan tubuh para Tentara Amerika Utara yang tengah asyik meminum alkohol.

"Apakah ini rencanamu, Athena?" tanya Beatrix via telepati.

"Yah, aku menggunakan familiarku untuk membangunkan searpent yang tengah tertidur di dalam dasar danau. Aku bilang bahwa wilayahmu telah dinodai oleh segerombolan pemabuk," jawab Athena.

"Apakah kau mendapatkan petunjuk darinya?"

"Dia bilang jika kita ingin kembali ke dunia. Carilah sebuah tempat gereja berukuran besar yang terletak di dekat pantai. Masuklah ke dalamnya dan kau akan kembali ke duniamu."

"Begitu, jadi semuanya bersabarlah. Secepatnya kita akan kembali ke dunia kita." Beatrix segera menancap gas dan tank T-84 tersebut bergerak dengan cepat melewati hamparan padang rumput yang luas.

Tank T-84 itu mendadak berhenti dan menembakkan meriamnya ke arah dunwich horror yang tengah menghisap darah dari beberapa makhluk yang bentuknya seperti sapi dengan tiga pasang tanduk & tiga pasang kaki, berkulit coklat dan lebih besar daripada sapi pada umumnya. Tembakannya mengenai mata kanan monster buruk rupa tersebut.

"Bukankah itu dunwich horror?" celetuk Gustav menunjuk sesosok monster berbentuk aneh yang ada di seberangnya.

"Dunwich horror merupakan sejenis chimera dengan belasan pasang kaki berukuran sebesar barel yang mana setiap kakinya dipenuhi dengan mulut-mulut bergigi tajam. Terlihat seperti perpaduan antara laba-laba dan gurita. Namun tentakel-tentakelnya dipenuhi dengan mulut yang dilengkapi lidah yang panjang serta gigi-gigi taring yang tajam," jelas Athena.

"Bukankah Athena habis menerjemahkan cerita dunwich horror ke dalam bahasa Polandia? Sehingga dia tahu seluk-beluk ceritanya?" tanya Anastasya.

"Kau benar, namun dunwich horror yang ini berbeda dengan karya H. P. Lovecraft yang aku baca," jawab Athena. "Tak peduli apapun bentuknya. Semua Dunwich horror adalah lemah dan harus kita kalahkan secepatnya"

Dunwich horror segera bergerak menuju ke arah tank T-84 yang telah menembaknya. Suara langkah kaki dan geramannya yang sangat menyeramkan membuat ketiga anak kembar beserta Charla ketakutan.

Maximilian mengalirkan kekuatan alkimianya ke arah peluru tank dan menembakkan meriam tanknya ke arah kepala manusia yang terlihat menonjol di antara dua bola mata yang berukuran besar.

Tembakan meriam tank yang pelurunya dialiri dengan kekuatan alkimia, berhasil menumbangkan dunwich horror. Monster setinggi delapan belas meter tersebut langsung tumbang dan badannya langsung mencair.

"Dunwich horror adalah salah satu makhluk Lovecraftian yang lemah, jadi wajar saja jika Maximilian bisa menumbangkannya hanya dengan satu tembakan meriam yang pelurunya dialiri dengan sihir," jelas Athena. "Ayo, kita ikuti tank tersebut."

Jeep BMW tersebut berjalan mengikuti tank T-84 yang berada di depannya. Rumput-rumput yang ada di depan terlihat layu akibat efek dari bangkai dunwich horror yang meleleh, selain itu bau busuk dari sisa bangkai dunwich horror masih sangat kuat.

Tank T-84 dan BMW jeep hitam tersebut menembus rumput-rumput ilalang yang begitu tinggi dan tebal.

Maximilian dan Beatrix mengenakan masker anti gas yang ada di dalam tanknya sehingga mereka aman, sedangkan mereka yang ada di dalam Jeep BMW hitam hanya menutup hidung mereka mengandalkan kain yang mereka bawa.

"Baunya sungguh menyengat, seperti baunya Gustav," keluh Margaretha.

"Diam kau, Margaretha!" bentak Gustav.

"Bisakah kalian berdua tidak bertengkar!" ungkap Anastasya yang kesal dengan kedua saudara kembarnya.

Margaretha dan Gustav seketika terdiam ketika pundak mereka dipegang oleh Athena, "Jika kalian tidak bisa diam, kalian akan kami buang di sini," ancam Athena kepada kedua saudara sepupunya.

"Baiklah, maafkan kami Puteri Athena yang baik hati dan juga cantik jelita," ungkap mereka memohon kepada Athena.

Suara deru ombak laut terdengar samar-samar di telinga Athena. Karena suara ombak tersebut masih kalah dengan suara-suara yang aneh, seperti geraman monster yang terdengar rendah namun sangat mengganggu. Selain itu, suara-suara aneh seperti orang meminta tolong karena tenggelam terdengar sangat jelas.

"Apapun yang terjadi, jangan pedulikan suara orang yang meminta tolong. Itu adalah cara makhluk di dunia ini menjebak para Manusia?"

"Bagaimana kau tahu Athena?" tanya Charla.

"Aku pernah membaca sebuah catatan mengenai hal seperti ini. Intinya adalah, fokuslah pada dirimu, dan jangan pedulikan suara-suara aneh jika kau ingin selamat, dan bertahan hidup di dunia ini. Itu adalah suara para roh yang ingin kau di sini terjebak selamanya," jelas Athena. "Beruntungnya kita berada di dalam kendaraan sehingga kemungkinan selamatnya adalah sembilan puluh lima persen."

"Apakah ketika kita meninggal roh kita akan terjebak di sini selamanya?" tanya Charlemagne sehabis mendengar penjelasan dari Athena.

"Tidak, dunia ini berbeda. Roh-roh di sini hanya menjebak Manusia yang seperti terhipnotis oleh suara-suara aneh dan juga orang-orang yang telah menjual dirinya kepada iblis," jawab Athena.

"Sepertinya kau memiliki pengetahuan yang cukup luas juga dengan dunia supranatural. Meskipun kata Maximilian otakmu pas-pasan," kata Charlemagne dengan nada bercanda.

"Jangan sebut nama Lelaki itu. Aku sangat membencinya!" ketus Athena.

Charla segera menjitak kepala Adik lima menitnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Charlemagne.

"Kau itu benar-benar tidak peka. Sudah tahu Athena tidak suka dibandingkan dengan Maximilian, kau masih saja menyebut nama Lelaki menyebalkan itu," bisik Charla dengan nada kesal. Bukan hanya Athena yang membenci Maximilian, Charla juga membencinya, mengingat Maximilian selalu menghinanya dengan sebutan 'papan triplek' karena dadanya yang rata.

"Maaf, aku keceplosan," balas Charlemagne dengan nada bicara yang pelan.

Ketiga anak kembar itu hanya melirik-lirik ke samping dan tidak berani melirik ke belakang karena saat ini suasanya sedang tidak bagus. Mereka lebih memilih diam dan tidak mau berkomentar akan hubungan buruk antara kakak mereka yang bernama Maximilian dengan Puteri Athena.

"Athena maafkan aku yah," ucap Charlemagne.

"Sudah lupakan saja, aku sangat ngantuk, dan jangan berisik!" ketus Athena.

Charlemagne melirik melalui kaca di dekatnya, di mana Adik tirinya langsung tidur. Selain itu ketiga Anak kembar tersebut yang biasanya selalu berisik lebih memilih untuk diam. Bagi mereka bertiga, kalau Athena sudah berkata 'jangan berisik' yah artinya harus diam, karena mereka bertiga pernah secara tidak sengaja mengganggu Athena yang sedang tidur, dan berakhir dengan wajah mereka yang ditampar dengan keras.

Setelah menembus padang rumput yang tinggi dan tebal, akhirnya tank T-84 dan jeep BMW hitam tersebut tiba di sebuah pantai. Di tepi pantai itu berdiri sebuah gereja berarsitektur Byzantine, tetapi ada puluhan ekor monster humanoid yang merupakan perpaduan antara manusia dan ikan laut dalam yang berada di depan Gereja tersebut.

Maximilian mengarahkan turret tanknya ke arah mereka dan menembak para deep one yang sedang bergerombol dan melantunkan sebuah pujian yang memuji dagon.

Tembakannya membunuh dan menghancurkan para deep one. Para deep one yang terkejut segera berlari ke arah tank T-84 tersebut.

Maximilian keluar dari dalam tanknya dan menjentikkan kedua jarinya. Percikan api berwarna hitam segera membakar mereka semua hingga menjadi serpihan debu.

"Jalan telah aman, sekarang waktunya untuk pulang," ungkap Maximilian dengan senang. "Berlin, kami datang."

Charla dan Charlemagne saling berkepalan tangan, sedangkan ketiga Anak kembar tersebut saling berpelukan dengan bahagia.

Kedua kendaraan tersebut memasuki pintu gerbang Gereja dan mereka menembus sebuah tempat yang dipenuhi dengan berbagai warna gelap juga kelam dan di ujungnya ada sebuah cahaya pelangi. Mereka menembus tempat bercahaya pelangi tersebut hingga akhirnya tank T-84 tersebut melindas beberapa tanaman. Kedua kendaraan tersebut berhenti di sebuah taman dan mereka semua keluar dari dalam kendaraan mereka, kecuali dengan Athena yang masih tertidur pulas.

Puteri Juliana Victoria yang tengah mengajar para mahasiswanya di taman Schloss Bellevue dikagetkan dengan kehadiran ketiga anak kembarnya yang berlari ke arahnya. Para Mahasiswa saling berbisik-bisik tentang kemunculan tank T-84 dan jeep BMW berwarna hitam secara tiba-tiba dari taman bunga.

Ketiga Anak kembar itu langsung memeluk ibu mereka yang sedang mengajar para mahasiswa, sedangkan Maximilian dan Beatrix berjalan di belakang ketiga adik kembarnya.

"Kalian habis darimana?" tanya Perempuan berbadan tinggi (Puteri Juliana Victoria) kepada anak-anaknya.

"Kamis habis berpetualang sebentar di dunia lain," jawab Maximilian.

"Dunia lain," gumam para Mahasiswa Ilmu Fisika Universitas Berlin.

"Mungkin seperti Urasekai Picnic," kata salah seorang Mahasiswa Perempuan berambut pendek berwarna coklat dan berkacamata.

"Bisa jadi," balas Perempuan berambut panjang berwarna pirang dan bermata biru.