Chereads / Suami Dadakan / Chapter 33 - Bahaya

Chapter 33 - Bahaya

Suasana malam yang indah lampu-lampu LED menghiasi taman, Laras dan Dika menghentikan mobil di taman.

"Haha, siapa bilang kamu matre, kalau conta apapun akan diberikan Ras," jelas Dika turun lalu membeli martabak.

Melihat pemuda itu Laras sangat bahagia dia merasa nyaman dan Dika adalah orang yang baik.

"Dia sudah lebih dewasa sekarang, dulu padahal cupu dan kusam," batin Laras, Andika masuk dan meletakkan martabak itu.

"Nih buka kalau mau makan," ujarnya lalu menancap gas mobil.

"Kita mau kemana?" tanya Laras mengambil satu martabak.

"Mau dong disuapi," pintanya manja sambil membuka mulut, Laras tersenyum lalu menyuapi Andika. Dia makan bekas gigitan Dika.

'Aku tidak menolaknya padahal sudah lama tidak bertemu, dia ... so sweet,' batin Laras senyum-senyum sendiri.

"Aku akan mengajakmu ke calon rumah kita, maukan hidup dan menua bersamaku, walau rumahnya tudak sebesar istana,' jelasnya, Laras tersenyum bahagia.

Mereka sampai di rumah sederhana bercet hijau pupus. Laras sangat suka kerika melihat bunga-bunga yang tersusun rapi walaupun masih dalam mobil, keduanya turun tangan Laras menyentuh halus bunga-bunga itu, Dika membuka pintu, Laras sangat ragu jika masuk ke rumah dan hanya berdua.

"Kenapa? Takut aku macam-macam?" tanya Dika, Laras tersenyum.

"Silahkan masuk, lihat-lihat sana, aku akan menunggu di luar sini," jelas Dika, Laras pun setuju dia masuk dengan salam dan bismillah, dia melihat-lihat.

'Ini bagus banget, walau tidak besar ini sangat nyaman, aku akan bahagia dengan Dika ih ... Dika sweet banget sih. Aku tidak menyangka, tapi ... apa tidak lebih baik, aku minta petunjuk dulu, ya Ya Allah ... dia sangat baik dan aku masih saja ragu, dia mau mengerti aku pula, ih ... grmes," ujarnya sangat kagum dengan pemuda yang sedang duduk di luar.

Hati Laras berbunga-bunga tidak dapat digambarkan betapa bahagianya dia.

Ceklek-ceklek

Suara kunci yang diputar, Laras keluar dari kamar, dan terkejut setelah melihat Dika mendekatinya.

"Laras ... kita akan menikah, jadi apa salahnya melakukannya sekarang," ujar Dika mendekat dan membelai dahi Laras.

'Ini tidak betul tapi ada apa denganku, aku tidak bisa terkendali,' batinnya, Dika mendekat tangannya mulai berkeliaran dibagian punggung Laras, Laras terpaku menatapnya, dia diam dan tidak dapat berbicara dia seperti orang yang terhipnotis. Dika mendekatkan wajahnya, Laras berlari.

'Laras ini salah, ini salah, Laras!' dia marah kepada diri sendiri, Dika mengejarnya mendorong Laras ke sudut lalu melepaskan hijab Laras.

'Apa ini? Kenapa seakan-akan aku tidak terkendali, suaraku, kakiku sangat lemas,kenapa aku tidak berdaya, sedang dia sudah mendekat, tatapannya sangat dalam dan oenuh arti belaiannya sangat lembut," Laras mulai terpancing saat Dika membelai lengannya yang masih tertutup lengan baju.

Laras malah mendekat dan menyerahkan diri, dia merangkul Dika, Dika tersenyum.

"Ayo ... kita lakukan, puaskan hasratku, ayo," entah kenapa Laras lepas kendali, Dika sudah hendak memulai ke bagian tertentu walau masih dari luar sentuhan itu membuat Laras terpancing dengan bujukan setan.

'Laras!' batinnya mendorong Dika sampai dia tersungkur.

"Sakit sayang, ayolah ... lihat ranjang itu, aku akan memuaskanmu dengan cintaku, ayo ...." pinta Dika mengulurkan tangan, Laras menarik tangan Dika, Dika menatap Laras, hijabnya belum terlepas.

'Siapa yang bisa menolongku? Dari jeratan ini dari belenggu ini. Aku tau ini salah tapi ... aku melupakan apa? Siapa? Kenapa hatiku kosong dan hampa? Ini apa? Jika dosa siapa yang akan menghukumku? Itu dosa, tapi siapa? Hatiku ingatlah ... siapa pemilik hidup demgan cinta sejati, hati,' batin Laras berusaha berlari sekuat tenaga, namun kakinya tetap berada di tempat dia berpijak.

Dika mendekat dia mulai menelusuri wajah cantik itu dengan dua jarinya, sangat lembut. Dika melihat kebagian tengah yang memang lumayan berisi, dua gundukan itu membuat Dika tidak sabar, dia benar-benar tergida, seperti pria hidung belang, dia mendekat menelan ludah memainkan bibir dan matanya masih fokus kesatu tujuan yaitu dua gunung kembar, dia melepas pakaiannya, melempar lalu melepas celananya, hanya tinggal kolor yang tersisa.

Laras menutup mata berusaha mengingat siapa yang bisa menolongnya, dia sangat ketakutan dengan mengepalkan tangan, dia tidak sengaja meninju Dika, Dika marah dan memeluk paksa, Laras menangis namun dia kembali tergoda, Laras memeluk Dika. Dika sudah menjarah pengait resleting dan hendak diturunkan, Laras mendorong Dika dan tanpa sengaja menarik kalung milik Dika.

Setelah itu Laras membuka mata dan kebingungan, "Astagfirullah ...."

Jek

Laras menendang barang milik Dika lalu bersah keluar dari rumah itu, sialnya tidak ada kunci, Laras berlari mencari pintu lain.

"Ya Allah ... bodohnya aku, kenapa aku tidak sadar, Ya Allah ... merinding, apa dia sudah melecehkanku?" Laras memastikan kondisinya, dia masih menggenggam kalung emas itu.

"Kamu tidak bisa lari kemana-mana Laras, aku akan balas dendam,bagaimana kamu dulu menghinaku karna aku culun, dan sekarang ... kamu memang aduhai, lihat walau berhijab kamu sangat menggoda, aku sengaja memakai kalung yang sudah dibacakan mantra, makanya kamu sudah tidak terkendali, ayo ... sini sayang," Dika mendekat, Laras menginjak kakinya lalu berlari saat Dika sudah sangat kesakitan, Laras segera mencari kunci, namun sialnya dia tidak menemukan kunci rumah itu.

"Tolong ... tolong ...." teriaknya dari angin-angin jendela, Dika sudah mrndekat Laras ketakutan, dia melepar barang yang ada didekatnya.

"Aku tidak takut sama kamu," ujar Laras. Kemudian ceklek-ceklek, suara kunci, Laras sangat senang ada yang datang.

"Dasar kamu ya! Laki-laki hina, kamu juga Mbak, kita sama-sama perempuan seharusnya kamu mau memahami dan tidak akan menjadi pelakor, kita sama-sama wanita," ujar istrinya penuh kemarahan.

"Mbak aku terhipnotis karna ini!" Laras tidak mau ambil pusing dia memberikan kalung lalu pergi tanpa alas kaki.

Langkahnya cepat kaki yang terluka tidak dianggap olehnya.

"Kenapa tadi aku tidak terkendali, Ya Allah maar aku mupakan Engkau, Ya Allah ... aku yakin aku masih suci, tapi ... dia tadi berbuat apa ya?" tanya Laras kepada diri sendiri dan memastikan kondisinya.

"Ya Allah ... sangat mengerikan kejadian tadi, mana tidak ada ojek lagi, aduh ... di depan sana sepertinya komplotan orang minum deh, Ya Allah ... kakiku sakit, bagaimana ini? Ya Allah ... lindungi hamba, Ya Allah ...." ujarnya menghentikan langkah lalu rukuk karna lututnya terasa sakit.

Tin

Tin

"Mbak Laras," panggil pemuda dari arah depannya. Pemuda dengan motor Vario putih berhenti di sampingnya.

"Ustadz ... Est ... heh," Laras kesakitan, Ustadz itu melihat luka dikaki Laras.

"Naik Mbak aku antar pulang," ujarnya, Laras naik mereka saling pucuk. Ustadnya Hikam menarik gas motornya motor melaju sedang.