Chereads / Suami Dadakan / Chapter 34 - Diselamatkan Ustad

Chapter 34 - Diselamatkan Ustad

Tolong ... tolong ...." teriaknya dari angin-angin jendela, Dika sudah mrndekat Laras ketakutan, dia melepar barang yang ada didekatnya.

"Aku tidak takut sama kamu," ujar Laras. Kemudian ceklek-ceklek, suara kunci, Laras sangat senang ada yang datang.

"Dasar kamu ya! Laki-laki hina, kamu juga Mbak, kita sama-sama perempuan seharusnya kamu mau memahami dan tidak akan menjadi pelakor, kita sama-sama wanita," ujar istrinya penuh kemarahan.

"Mbak aku terhipnotis karna ini!" Laras tidak mau ambil pusing dia memberikan kalung lalu pergi tanpa alas kaki.

Langkahnya cepat kaki yang terluka tidak dianggap olehnya.

"Kenapa tadi aku tidak terkendali, Ya Allah maar aku mupakan Engkau, Ya Allah ... aku yakin aku masih suci, tapi ... dia tadi berbuat apa ya?" tanya Laras kepada diri sendiri dan memastikan kondisinya.

"Ya Allah ... sangat mengerikan kejadian tadi, mana tidak ada ojek lagi, aduh ... di depan sana sepertinya komplotan orang minum deh, Ya Allah ... kakiku sakit, bagaimana ini? Ya Allah ... lindungi hamba, Ya Allah ...." ujarnya menghentikan langkah lalu rukuk karna lututnya terasa sakit.

Tin

Tin

"Mbak Laras," panggil pemuda dari arah depannya. Pemuda dengan motor Vario putih berhenti di sampingnya.

"Ustadz ... Est ... heh," Laras kesakitan, Ustadz itu melihat luka dikaki Laras.

"Naik Mbak aku antar pulang," ujarnya, Laras naik mereka saling pucuk. Ustadnya Hikam menarik gas motornya motor melaju sedang.

Di bawah langit gelap yang berbintang dan sangat dingin. Laras menaiki motornya Ustadz Kamil.

"Kalau boleh diobati dulu ya kakinya Mbak," ujar Kamil.

"Tidak perlu, nanti calon istrinya Ustadz salah faham," jelas Laras menolak dengan suara pelan.

"Hehehe ada-ada saja. Oo ... apa soal lamaran tadi? Adikku Mila dilamar Tio, teman sekolah Mbak, masih ingat tidak?" tanya Kamil.

"Tio ... aku pelupa, kalau teman SMP dan SMA aku tidak lupa, mungkin dia temen SD, maklum saja aku lama di luar," jelas Laras.

"Kalau begitu di depan sana ada apotik berhenti ya," jelas saja pemuda itu sangat cemas dengan keadaan Laras.

"Iya boleh," Laras setuju.

"Palingan Mbak Laras yang sudah punya calon, nanti calonnya marah," tanya Kamil sengaja agar Laras terbuka.

"Hehehe, aduh ... tragis itu mah, jangan bahas ya ... Alhamdulillah sudah sampai," ujar Laras dia memang sangat tertutup karna kejadian broken home yang dialaminya dan dialami Hikam dia sangat hati-hati saat memilih jodoh. Dia turun dari motor dengan sangat hati-hati.

"Mbak tunggu sini ya," pinta Kamil lalu masuk ke apotek.

'Aku takut ... terbawa suasana, aku lebih tua darinya, lebih tua tiga tahun dan dia orang baik, soleh pula. A ... sepertinya ada setrum, Laras tahan dirimu, tidak mungkin juga aku dapat bersanding dengannya. Heh ... kejadian malam ini sangat kacau, Ya Allah ... ampuni hamba yang tidak berdaya, Ya Allah ... Aku harus selesaikan misiku dulu Hikam harus bahagia baru aku jalani kisahku,' batin Laras mengeluarkan napas berat.

Ada bayangan masa kecilnya yang tersiksa dan tidak bahagia, dia teringat saat dicampakan oleh Ayahnya dan itu membuat air matanya berlinang. "Aku dulu terlantar dan menglandang, kehujanan mencari makanan sisa, aku dulu mengalaminya, karna keegoisan dari Ayah, apa semua kaum pria seperti itu, hingga sampai saat ini aku tidak menikah, aku takut tersakiti. Bang Zaki juga sangat kasar dan egois padahal dia Kakakku, apalagi orang lain," gumamnya, dia menghela napas.

"Mbak Laras ada masalah? Kok sepertinya sangat tertekan, apa karna kejadian tadi? Tapi tidak perlu cerita ke aku Mbak," ujar Kamil memberikan sandal empuk dan beberapa obat dan perban.

"Tuh ada kursi, di situ lebih nyaman, ayo kesana Mbak," ajak Kamil, Laras berjalan pelan duduk.