"Maafkan aku, rasanya sangat tidak seru tidur melulu aku jadi penat. Aku ingin mandi, jadi mandikan aku ya," sahut Daniel seraya tersenyum tanpa dosa.
"Iya, Sayang. Aku tahu, tapi sebaiknya tidur dulu supaya Dokter bisa mengecek kondisimu lagi. Silahkan, Dok."
Dokter pun mengangguk, lalu ia langsung mengecek keadaan Daniel. Saat itupun Dokter sempat mencuri kesempatan untuk diam-diam mengisyaratkan sesuatu kepada Daniel.
"Um, kondisi suami Anda sudah membaik. Hanya tinggal menunggu beberapa bekas luka untuk mengering. Selebihnya tidak ada masalah kecuali sarafnya yang harus di lakukan terapi rutin untuk penyembuhan amnesia. Jadi nanti saya akan memberikan beberapa obat lalu setelah itu suami Anda sudah bisa untuk pulang," cakap Dokter panjang lebar.
"Baik terima kasih banyak, Dokter."
"Sama-sama, ya sudah kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah Dokter pergi, Daniel dengan sengaja menarik pergelangan tangan Queen untuk berdekatan dengannya. Lalu Daniel memeluk tubuh mungil itu tanpa aba-aba sampai membuat Queen sempat terkejut.
Tapi, perlakuan itu membuat Queen tersenyum dan membalas pelukan suaminya, hingga batinnya berkata. 'Aku hanya bisa merasakan kehangatan tubuhmu di saat seperti ini, tapi jika nanti kamu sembuh aku akan pergi agar aku tidak perlu berharap untuk bisa seperti ini lagi. Meskipun aku sangat menginginkan dekapanmu seperti ini, Sayangku.'
Lain halnya dengan Daniel. Ia juga merasa nyaman di dalam pelukan Queen, sampai-sampai aroma tubuh istrinya itu begitu membuatnya terhipnotis dan selalu ingin tenggelam dalam pelukan istrinya. Tanpa Queen tahu, Daniel tersenyum lalu hatinya berkata.
'Beginilah caraku agar kamu tidak bisa pergi dariku, Queen. Walaupun aku harus menyakitimu dua kali dengan cara membohongimu, tapi percayalah bahwa sekarang aku tulus mencintaimu. Mulai detik ini aku tidak akan membiarkanmu tersakiti olehku, atau siapapun juga,' batin Daniel.
"Sayang, apa kamu jadi pulang atau ingin terus memelukku?"
"Eh! Iya, Sayang. Duh ... hampir lupa ya udah yuk! Kita pulang," sahut Daniel kegirangan seraya menepuk jidatnya sendiri.
"Kalau mau pulang lepasin aku."
"Iya, Sayang. Ah kamu bawel. Bye the way nanti jadi enggak mandiin aku?" Dengan tersenyum kikuk Daniel bertanya sembari menarik pipi Queen yang terlihat chubby.
"Jangan ditarik-tarik sakit tahu! Sebagai balasannya mandi sendiri!" ketus Queen seraya meninggalkan Daniel dengan tatapan penuh kekesalan.
Mendengar hal itu membuat Daniel tertawa sampai melupakan jika dirinya sedang kesakitan. Hingga akhirnya ia turun dari ranjang lalu berlari mengejar istrinya. Sontak karena ulahnya itu sampai membuat Queen kebingungan lantaran melihat Daniel yang sudah segar bugar.
"Ets! Tunggu! Berhenti di sana," perintah Queen dengan menunjuk kearah suaminya.
"Come on, Baby. Aku hanya ingin memelukmu ayo kemarilah, Sayang. Kau tahu? Sejak aku terbaring lemah di sana hanya mataku yang terpejam, tapi hatiku sangat kesepian," ucap Daniel dengan memanyunkan bibirnya.
"Seriously? Sejak kapan kamu begitu semanis ini denganku? Apa ini efek dari hilang ingatan itu, Sayang?" tanya Queen kebingungan.
Mendengar pertanyaan dari Queen, sontak membuat Daniel sampai menelan ludahnya sendiri hingga batinnya berkata. 'Astaga! Harusnya aku bisa menjaga sikapku. Jika begini dia bisa tahu kalau aku sedang berpura-pura hilang ingatan. Oh no! Why am I so careless.'
"... Um, Sayang. Naluri ku hanya mengatakan kalau aku merindukanmu hanya itu saja. Lagipula kamu bilang jika kita sudah menikah, jadi kupikir yah ... tidak masalah. Ayolah please! Baby, peluk aku," rengek Daniel dengan raut wajah memelas.
"Duh ... kamu maunya di peluk terus ya, terus kapan dong kita pulangnya?"
'Walaupun aku tahu kamu tidak mengingat masa-masa di saat hubungan kita suram. Hanya ada tangisan yang tersisa, tapi sekarang aku akan membuka hatiku meski kamu hanya memanjakan diriku saat ingatanmu menghilang. Tapi, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini,' batin Queen di saat berjalan kearah Daniel, dengan melebarkan kedua tangannya sebelum pelukan itu mendarat ditubuhnya.
Mereka berpelukan cukup ... lama sampai tidak menyadari jika ada kedatangan seseorang yang tidak lain adalah Darrel. Namun, saat itu juga Queen sadar lalu melepaskan pelukan dari suaminya.
"Oh Hay, Darrel. Sejak kapan kamu datang?"
"Um, baru saja, tapi jika kalian sedang em ... ingin berdua ya sudah aku akan keluar," sahut Darrel sembari menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Tidak apa-apa lagian kami juga akan pulang. Oh ya aku hampir lupa. Sayang, kenalin dia Darrel, temanku sejak kuliah," ucap Queen.
Daniel dengan terpaksa mendekati Darrel meskipun ia sedikit tidak suka. Lalu mereka saling bersalaman hingga akhirnya sama-sama membuang muka.
"Um, Queen. Jika kalian ingin pulang maka aku akan ikut, lagipula aku akan tinggal bersama denganmu," cakap Darrel.
"Tidak boleh! Memangnya rumahku tempat penampungan. Sayang, kenapa kamu mengizinkan dia untuk tinggal bersama kita?" ketus Daniel seraya bertanya dengan raut wajah tajam menatap kearah Darrel.
"Yah ... kupikir karena kamu sedang sakit jadinya aku mengiyakan. Lagipula untuk menjaga kita juga, tapi jika memang kamu keberatan ya sudah tidak masalah. Darrel, sebaiknya tidak apa-apa menjaga kami dari dekat. Jika nantinya ada sesuatu aku pasti akan mengabari mu."
"Ya sudah kalau memang harus seperti itu. Lalu sekarang apa kalian ingin langsung pulang? Jika ya maka aku bisa mengantarnya," tanya Darrel.
Mendengar hal itu membuat Queen langsung melirik kearah suaminya. Saat mendapati Daniel menganggukkan kepalanya membuat Queen mengerti.
"Baiklah kalau begitu kita mau."
Mereka menyetujuinya, lalu mereka keluar bersamaan. Tapi, Darrel seakan menjadi pengawal dari pasangan pengantin itu lantaran ia berjalan sendirian yang berada di belakang mereka.
'Gagal lagi deh buat ambil hatinya, Queen. Sekarang bukannya tambah mudah jadi makin susah. Padahal suaminya hilang ingatan, tapi kenapa tingkahnya seperti orang normal? Seperti yang kulihat di film-film justru yang hilang ingatan biasanya sakit kepala atau terasa nyeri tiba-tiba. Tapi, dia baik-baik saja, aneh sekali,' batin Darrel.
Perjalanan dari rumah sakit tidak begitu memakan banyak waktu, hanya beberapa menit perjalanan sudah sampai di mansion milik Daniel.
"Darrel, mampir dulu yuk!"
"Enggak usah lagi, Queen. Kapan-kapan aja nanti."
"Ya sudah kalau begitu terima kasih ya, hati-hati di jalan!" pesan Queen yang langsung dibalas anggukan oleh Darrel.
Di saat itu juga Daniel begitu tidak suka melihat kedekatan istrinya bersama dengan pria itu. Ia terus memasang wajah tidak enak dipandang lalu berkata.
"Sayang, kamu kenapa sih dekat banget sama dia? Udah yuk masuk," ajak Daniel yang langsung merangkul pundak istrinya.
"Iya, Sayang."
Saat mereka sedang berjalan, Rose berlari menuju kearah Daniel, lalu berniat memeluk pria itu tanpa sepengetahuannya. Dengan cepat Daniel mencoba menghindar sampai membuat Rose tersungkur jatuh.
"Ihhh ... Daniel, kamu kok gitu sih? Kenapa kamu menghindar pas aku mau peluk? Lagian selama ini kamu kemana? Bareng wanita ini lagi," tanya Rose sembari melirik kearah Queen dengan tatapan tajam.