"Jangankan bertemu langsung, menghadirkan namamu di dalam karyaku sudah cukup menyenangkan kok."
...
"Are you seriously?" Aii menghitung jumlah buku yang tertumpuk diatas meja.
Rara dan Sherly tersenyum sesaat. "Iya."
Perempuan beriris hitam legam itu menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. "Kalian enggak ada niatan buat ngajak aku buat baca buku-buku itu kan?" tanya Aii.
"Nggak kok, tapi aku udah pilihin satu buku yang cocok buat kamu loh!" Sherly memberikan sebuah buku kepada Aii.
Aii terdiam sesaat. "Makasih, Sher!"
Kemudian, Aii mendikte perlahan judul buku yang tertera di cover depan. "Move on yuk." Mata hitam Aii melirik ke arah Sherly. "Gini nih, contoh teman yang halal buat dipukulin!"
...
Dunia serasa milik mereka bertiga. Aii, Rara, dan Sherly sibuk asyik membaca buku-buku yang baru saja mereka pinjam di perpustakaan.
Suasana petang itu, memudahkan Aii dalam merangkai kata-katanya saat menulis.
Langit senja dengan semilir angin sepoi-sepoi membuat Aii terdiam sesaat, merenungi semua kenangannya bersama sang mantan. Ia tersenyum, matanya menatap pantulan cahaya matahari di danau.
"Ah, aku jadi rindu mantan."
"Yelah, mantan mah tempatnya di tempat sampah, udah jangan diinget-inget!"
"Enggak pernah ada dalam kamusku menjuluki mantan dengan sebutan sampah."
"Kenapa?" tanya Sherly dan Rara bersamaan.
"Mantan itu, jangan di sebut sampah, sebut saja alumni."
"HAH? KOK BISA?"
"Iya, siapa tau bisa reuni." Aii mengedarkan pandangannya.
"Yeh, itu mah kemauan kamu!" Rara menyenggol pundak Aii.
Tak lama setelah itu, seekor burung merpati mendarat di paha Aii.
Sherly mengulum senyum. "Ada pesan dari seseorang tuh, Aii!"
Rara terkekeh pelan. "Ada-ada aja. Eh, tapi emang bener loh, Sang merpati pembawa pesan!" lanjut Rara.
Aii mengulum senyum, matanya berbinar. "Merpati sang pembawa pesan," gumam Aii sambil mengelus puncak kepala burung tersebut. "Ya. Merpati, Sang pembawa pesan."
"Cie, dah nemu inspirasi nih?"
...
Malam dengan aliran musik 'celengan rindu', membuat Aii kembali bernostalgia dengan sebuah kisah bersama mantannya. Tubuhnya terbaring menatap langit-langit kamar. Dia berkhayal, kalau saja, mantan pertamanya adalah jodohnya dimasa depan, khayalan yang luar biasa.
Hubungan Aii dengan mantannya sudah sirna sejak setahun yang lalu. Putus dengan alasan yang tidak jelas membuat Aii tidak terima atas keputusannya hari itu. Jujur saja, Aii benci menerka-nerka.
'celengan rindu' , Sebuah lagu, sejuta memori. Laki-laki itu, hanya serpihan cerita pelengkap masa SMP-nya. Akan tetapi, Aii belum bisa berdamai dengan apa yang sebenarnya terjadi, bahkan, nama mantannya itu terus mengiringi karya-karyanya. Mulai dari novel pertamanya, ia membuat cerita dengan tema "Mencintai Dalam Diam." Dan buku itu, ia beri judul, "Menepi." Dan buku keduanya adalah buku antalogi "Surat Untuk Mantan."
Dia adalah Zaqi. Cowok pertama yang mampu mendobrak tembok yang Aii buat dengan susah payah. Tembok itu roboh, gadis itu luluh dengan semua perjuangan Zaqi. Laki-laki itu baik, bukan seperti laki-laki yang lain, lebih tepatnya, langka.