"Orang yang selalu ada, memang pantas dipercaya."
…
Seorang laki-laki muncul di ambang pintu. Ia tersenyum menyeringai ke arah Aii. "Sedang apa sendirian aja?"
Kakinya melangkah terus mendekat ke arah Aii. Gadis itu mulai merasa takut saat melihat cowok aneh itu mendekat ke arahnya.
"Mau main bersama?"
Aii menggeleng tegas. "GAK!"
Laki-laki itu menghela napas gusar, menatap wajah Aii. "Manis, perlakukan aku sekasar mungkin, sebelum aku mengasarimu." Cowok beriris hitam legam itu membelai rambut indah Aii. "Gua bakal tunjukkan cara bermain yang buat lo jadi ketagihan."
Suara yang berasal dari laki-laki bername tag Farel itu membuat bulu kuduk Aii merinding.
Karena tak mendapat respons, Farel menyeret Aii, dan memojokkannya di sudut gudang.
Aii menatap Farel meminta penjelasan mengapa lelaki itu bersikap aneh di hadapannya.
Zaqi mengangkat kedua alisnya. "Step by step okay?"
Laki-laki itu mendempetkan Aii ke tembok. Hal itu membuat Aii berteriak secara otomatis.
"Sayang, tenanglah. Tidak usah panik, aku hanya ingin memberimu kesan pertama yang indah."
Tangan Farel berusaha menyentuh pipi Aii. Dengan cepat Aii menghindar.
"ZAQI, TOLONG!"
Farel terkekeh pelan."Laki-laki biadab itu bukan tuhan! Dia nggak bisa selalu ada buat kamu, paham?"
Aii terdiam membisu.
Farel dengan sengaja membuang napasnya tepat di telinga Aii. Bulu kuduknya semakin berdiri mendapat perlakuan tak senonoh seperti itu. Cewek berambut curly setengah pirang itu berusaha kabur, namun sial nya, tangan Farel menghalangi jalannya.
Farel membuang napasnya perlahan."Lo terlalu cantik buat gua rusak." Laki-laki berambut bronkoli itu memberhentikan aksinya. "Lu tadi mau ambil apa di gudang?"
Deru napas Aii masih tidak beraturan, dia masih belum bisa membuka suaranya.
Alis Farel terangkat. "Nama gua Farel, anak kelas XII IPS 1. " Farel mengulurkan tangannya, "Gua yakin, lu bakal kenal dan ingat gua setelah ini."
…
"AII KAMU DIMANA?" Suara samar-samar Zaqi terdengar dari luar gudang.
Farel sontak tersenyum miring.
"Selamat tinggal putri cantik!"
Farel meninggalkan Aii begitu saja, setelah ia membuat Aii berkeringat dingin tak berdaya.
…
"Kamu nggak apa-apa kan?"
"Kok kamu pucet gini?"
"Aii, kamu kenapa?"
Rentetan pertanyaan Zaqi tidak ada satu pun yang terjawab.
"Aii cinta banget sama Zaqi, Aii percaya kalo Zaqi selalu ada buat Aii, makasih ya, udah selalu membuktikan itu." Aii memeluk erat tubuh Zaqi.
Zaqi tampak bingung dengan sikap perempuannya. Dia hanya membalas pelukan Aii. "Iya, Aii."
…
Kamis. Seharusnya Aii masih mengurung dirinya di kamar, akibat perlakuan buruk Farel tiga hari yang lalu. Aii menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Akhirnya, sampai juga. Ayo turun!" ucap Zaqi.
"Iya. Makasih ya udah mau jadi kang ojeknya Aii, Dilannya Aii, dan bahkan pelindung Aii." Aii tersenyum menatap iris biru Zaqi.
"Tetep jadi Aii yang Zaqi kenal ya," pesan Zaqi seraya mencubit gemas pangkal hidung gadis di hadapannya.
"Kalau Aii berubah gimana?"
"Tinggalin lah, nggak seru!"
"Ih, kurang ajar!"
"Makanya jangan berubah, okey!"
Mereka melewati lorong-lorong kelas. Di saat itu, tatapan siswa SMA Jaksa Asri tertuju ke arah mereka berdua. Tatapan itu sedikit menyimpulkan, bahwa ada berita buruk tentang mereka.
"Ada apa sih Zaqi?" desisku pelan.
Laki-laki itu menggeleng. "Nggak tau."
Saat memasuki ruang kelas, semua pasang mata tertuju ke arah mereka. Rara yang gusar, segera mendekat kearah mereka.
"Ikut aku." Rara mencekal erat lengan Aii.