"Kamu tau? Aku masih mendengarkan lagu 'celengan rindu', karena lagu itu, mengingatkanku tentang dirimu."
…
Aii ingin menenangkan dirinya dengan bolos sekolah hari ini. Gadis itu terus memohon kepada Zaqi untuk menemaninya sepanjang Hari.
"Zaqi, Aii nggak kuat." rengek Aii terisak dalam dekapannya.
Zaqi terdiam menatap gadis di sebelahnya itu. Kemudian, ia menghembuskan napas pelan dan tersenyum. "Kamu tau? Ibu mu orang yang baik dan dia pasti mau melihatmu menjadi orang yang baik juga. Ibumu orang kuat, dan kamu juga harus kuat, nggak boleh lemah kayak gini. Ibumu pergi itu, bukan atas kemauannya, tapi Allah lebih sayang beliau."
Jantung Aii berdegup kencang saat mendengar kata-kata Zaqi yang sangat menyentuhnya.
Zaqi menyeka air mata gadis dihadapannya. Ia sangat terpukul melihat cewek yang ia suka, menghabiskan waktu semalam hanya untuk menangis. Zaqi juga mengusap kepala Aii agar gadis itu merasa lebih tenang.
Aii menghela napas, mengusap hidungnya yang merah.
Tatapan nanar Aii menjatuhkan air mata. Hal ini, menjadi pertama kalinya , ia menangis sampai dia kesulitan bernapas.
Zaqi lagi-lagi menepuk bahu cewek di hadapannya. "Ibu mu tenang, kalau kamu ikhlas." Cowok beriris biru pekat itu pun mendekat ke arah Aii.
Cup.
Kecupan hangat pertama di kening Aii pagi itu. Aii tersenyum samar, "makasih ya." Setelah beberapa saat, Aii mulai menatap Zaqi. "Zaqi."
"Apa, Aii."
"Aii sayang Zaqi,"ujar Aii yang membuat Zaqi tercengang.
Mendengar ucapan Aii, Zaqi terdiam sejenak. Tiba-tiba saja , cowok itu tersenyum dan terkekeh pelan.
"Kok ketawa?"
Laki-laki beriris biru itu menyeka beberapa helaian rambut cewek di hadapannya. "Kita sama-sama masih sayang Aii."
Siang menjelang sore, dan Zaqi tetap masih di rumah Aii, laki-laki itu sedang memijat bahu Aii dari belakang. "Rambut kamu lucu ya, curly di bagian bawahnya doang, atasnya mah lurus."
"Iya, bawaan dari lahir."
"Persis kayak bunda kamu ya?"
Aii mengangguk. "Iya, persis banget."
Aii membalikkan badannya. Zaqi dan Aii saling bertukar pandang. Laki-laki beriris biru itu menatap Aii perlahan, sementara Aii mematung untuk tidak menunjukkan kegugupannya.
"Aii…," panggil Zaqi.
"Iya, Zaqi?"
"Aku masih sayang kamu. So, please, we can start over?"
Aii berusaha menelan salivanya, tangannya mulai terasa dingin, dan keringatnya mulai jatuh.
"Maksudnya?"
"Balikan yuk!"