Melihat tingkah mereka yang tak biasa. Membuat Aby tak faham dengan situasi saat ini. Apalagi Enzo memasang ekspresi yang berbeda dari yang tadi siang. Meskipun dia tersenyum, akan tetapi tatapan nya terlihat sinis. Dan entah kenapa semua itu di tujunya pada satu arah. Ya, siapa lagi kalau bukan Lay yang tengah mematung saat ini.
"Apa yang kau lakukan disini!!!" pertanyaan Lay yang penuh penekanan membuat lawan bicara nya tersenyum lebih lebar.
"Aku ingin menjemput Aby" jawab nya santai. Tentu saja mereka semua terkejut. Terlebih lagi Aby.
Alban yang tak suka dengan sikap nya, langsung menyembunyikan Aby di belakang nya... "Hah!!! Kau fikir aku akan diam saja? Apalagi yang ingin kau lakukan sekarang?!" Sungguh. Dia tak bisa membiarkan nya begitu saja.
Seakan tidak ingin mengambil pusing. Enzo masih saja tersenyum tanpa mengatakan apapun. Tentu saja, itu bukan hal yang baik. Sebab, Lay sama sekali tak bisa menahan emosi nya. Ini sudah terjadi di saat Enzo menginjakkan kaki nya kemari.
"Pergi. Aku tak ingin melihat muka mu itu..." Lay berbicara dengan nada dingin. Bahkan tatapan mata nya lebih tajam dari sebelum nya.
"Aby? Kita akan pulang jam berapa?!" Enzo seperti nya sengaja melakukan itu.
Tentu saja, itu mengundang amarah Lay lagi. Tangan nya mengepal hebat. Yun yang ada di dekapan nya hanya bisa diam. Dia yang biasa nya menenangkan Lay. Sekarang hanya sibuk menyembunyikan diri nya di belakang Lay.
Aby sungguh tak mengerti sama sekali. Sekarang di lemparkan pandangan nya ke arah mereka secara bergantian. Meskipun tidak terlalu terlihat. Tetapi, ada sedikit kemiripan di garis mata milik Lay dan Enzo. Sedangkan dengan Alban tak ada sama sekali. Di saat diri nya tengah sibuk berfikir. Tiba-tiba ada seseorang yang berjalan mendekati mereka. Dan di saat sudah sampai ke tempat mereka. Dia langsung berbicara tanpa ada rasa sungkan sama sekali.
"Bisa kau tarik lagi aura mu itu. Sungguh itu menganggu sampai ke dalam" Aby yang mengenal suara itu langsung tersadar dari lamunan nya.
"Ruyyy?!"... Panggil nya dengan suara yang tertahan. Tetapi, yang mempunyai nama tak menggubris nya. Tentu saja itu aneh sebab bagaimana pun mood nya. Dia tak pernah mengacuhkan nya.
"Apa kau tuli?! Aku bilang tarik kembali aura mu yang tak penting itu!!!" Aby yang tak mengerti. Langung mengikuti kemana arah Ruy berbicara. Sungguh, Aby sedikit terkejut. Karena bukan ke arah Lay atau Alban yang di tujunya, melainkan ke arah Enzo yang masih saja setia dengan senyuman nya.
-------
15 Menit Yang Lalu...
Di saat Aby sedang belajar di luar dengan teman nya. Ruy sibuk melayani pelanggan dengan santai. Sesekali, dia pun melontarkan candaan kepada mereka. Meskipun ada 6 antrian yang memanjang. Tetapi, mereka semua terlihat santai tanpa ingin terburu-buru. Mungkin karena ini sudah sore. Jadi pelanggan yang datang saat ini, rata-rata tidak mempunyai keadaan yang mendesak sama sekali.
"Hai Sore Gie!!!" sapa nya ramah ke arah pelanggan laki-laki bertubuh mungil.
Yang di sapa membalas dengan tersenyum manis... "Hai Yuu... Pesanan ku yang biasa" ucap nya santai.
Lawan bicara nya membalas anggukan setuju. Jari-jemari Ruyy sibuk menyentuh layar monitor dengan cepat.
"Aku lihat Aby sedang sibuk di depan" ucap Gie sesekali memandang Aby dan yang lain nya.
"Eum... Dia minta izin pulang lebih awal" Jawab Ruy sembari mempersiapkan pesanan nya.
"Eh... Aku datang di waktu yang salah" ujar nya lesu. Dia langsung menopang dagu nya di meja. Sambil membuat ekspresi sedih.
Ruyy yang mendengar itu langsung menoleh ke arah nya. Dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala nya pelan. Ya, dia adalah salah satu penggemar Aby. Tetapi meskipun dia menyukai nya, Gie tak pernah membuat Aby merasa tak nyaman sama sekali. Meskipun badan nya mungil tetapi usia nya jauh di atas Aby. Dan juga dia adalah salah satu Ras Campuran Tiger.
"Kalau begitu lain kali datang lebih awal" saran Ruy sambil meletakkan pesanan milik nya. Yaitu satu Hot Coffee, satu Roti Ham, dan beberapa cemilan lain nya.
"Aku mau. Tapi pekerjaan ku sangat banyak akhir-akhir ini. Dan juga Aby selalu sibuk" untuk kesekian kali nya, ia melempar pandangan nya lagi keluar. Kali ini di ikuti oleh Ruy. Dapat mereka lihat saat ini ada seseorang yang datang ketempat Aby berada.
"Kalau begitu minta nomor nya. Dan ajak dia nonton Film. Aby menyukai nya"...
"Ah... Aku tidak mau membuat nya terganggu. Bagi ku seperti ini pun tidak masalah. Aku menyukai nya bukan untuk menjadi kan nya milik ku..." tentu saja, Ruy hanya berbasa-basi saja. Ini lah sisi Gie yang di suka Ruy dia sangat dewasa. Di saat pertama kali mengenal Aby pun, dia sangat sopan.
"Sudah lah. Aku tak mau ikut campur"... dengan segera Ruy mengangkat tangan nya berpura-pura menyerah. Setelah itu mereka langsung tertawa lepas.
Tetapi sedetik kemudian, mereka langsung terdiam. Badan mereka berdua seakan bergetar karena ketakutan. Seakan merasakan hal yang sama. Dengan cepat mereka melempar pandangan keluar. Mencari sumber masalah yang terjadi saat ini. Sebab bukan cuman mereka. Bahkan beberapa orang yang ada di dalam terlihat susah bernafas. Tenggorakan mereka seakan tercekik dengan kuat.
"Sungguh aura yang mematikan" Gie berbicara dengan nada pelan.
Ruy yang mendengar hanya bisa diam tanpa menjawab. Ini terasa sedikit familiar. Tanpa mau menunggu lagi, Ruy berusaha untuk bisa menekan diri nya sendiri. Agar bisa berjalan mendatangi mereka.
---------
Sekarang...
Mendengar ucapan Ruy, Aby langsung mengalihkan pandangan nya ke dalam. Betul saja, mereka yang ada di dalam terlihat sangat kesakitan. Terlebih ada beberapa orang yang Aby kenal. Termasuk Gie.
"Apa kau sudah gila membuka itu di tempat umum?" Alban tak habis fikir dengan nya.
Tetapi, bukan Enzo nama nya kalau tidak keras kepala. Bahkan dia tak mau repot-repot mendengar ucapan mereka.
Melihat diri nya yang tak berniat melakukan nya. Aby langsung maju di depan Alban... "Apa kamu tidak dengar ucapan mereka?" Dia berusaha untuk sabar.
Enzo yang sedang memikirkan sesuatu, langsung mengacuhkan ucapan Aby. Dia dengan segera membuang pandangan nya... "Kalau ada orang yang berbicara tolong di lihat orang nya. Jangan malah memalingkan pandangan begitu" Tentu saja. Siapa yang tak kesal dengan tingkah nya.
Lay yang tak tahan lagi dengan segera melangkah cepat ke arah nya. Yun yang sudah tau apa yang ingin di lakukan nya. Tak dapat menghentikan sama sekali. Alban yang melihat itu hanya diam tanpa ingin berbicara. Sedangkan Aby tak menyadari sama sekali.
Di saat susah mendekati nya. Tangan nya langsung melayangkan satu buah tinju dengan cepat. Tetapi, Enzo masih bisa menghindari nya. Karena tingkah Lay yang seperti itu. Mengundang lebih banyak lagi mata yang melihat ke arah mereka. Bahkan beberapa orang yang berjalan. Segera berhenti dan menatap bingung ke arah mereka.
"Kalau kalian ingin bertengkar. Cari lah tempat lain. Jangan disini. Dan aku minta tarik kembali apa yang kau keluarkan. Aku mengatakan dengan bersungguh-sungguh..." Walaupun tadi siang dia sempat takut dengan Enzo, tapi saat ini seperti nya Ruy tak punya pilihan sama sekali.
Dengan tersenyum licik Enzo langsung menuruti perkataan nya. Setelah itu dia menatap tajam lagi ke arah Lay yang ada tepat di dekat nya.
Merasa situasi tak memungkin kan Lay langsung berbalik ke tempat Yun. Tetapi bukan itu saja, dia dengan segera membereskan buku-buku milik mereka.
"Kita pulang..." Hanya dengan kalimat itu, Alban langsung mengikuti perintah nya. Sedangkan Yun hanya diam tak bergerak. Aby yang belum faham sama sekali. Hanya bisa diam tanpa berkata apapun.
Setelah semua nya selesai. Lay menarik tangan Yun untuk berjalan dengan nya... "Aby nanti aku akan kabari lagi. Maaf kami pulang dulu" Tetapi kalimat terakhir seakan-akan di tunjukkan untuk Enzo.
Tanpa bisa menjawab. Aby hanya mengangguk kecil. Dan Lay bersama Yun langsung segera pergi. Berbeda dengan Alban, Dia masih sempat mengusap kepala Aby pelan tanpa berkata apapun. Tetapi, tindakan nya membuat Enzo sedikit marah.