Wajah kesal nya terlihat sangat lucu bagi Aby. Sebab bagaimana pun Lay memarahi Alban, ia tak pernah seperti sekarang. Tetapi, di saat dia ingin membuka mulut untuk menjawab perkataan Lay. Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya masuk ke dalam ruangan dengan santai.
Tepat di saat itu pun semua mata tertuju ke arah nya dengan tenang... "Sorry... Mr. Louis tidak bisa datang hari ini..." ia berhenti sejenak. Dan seketika mata nya menuju pergelangan tangan nya. Mencoba memeriksa jam yang ada... "And than. Hari ini Academy memulangkan kalian lebih awal dari jam seharus nya. Semua nya di harap kan tidak melakukan aktivitas yang lain nya lagi di Academy..."...
Pengumuman yang di sampaikan nya tentu saja membuat semua orang bertanya-tanya. Di saat salah satu orang yang berada di belakang ingin bertanya. Dia kembali melanjutkan... "I know what you mean. But enough. Oke Thank's you for your time. And than have a nice day" tanpa ingin menunggu lagi dia langsung melangkah kan kaki keluar dengan segera. Seakan tak memperdulikan apa yang di rasakan oleh semua orang.
Di saat tubuh nya tak lagi terlihat beberapa orang saling pandang tak mengerti. Dan beberapa lagi mengikuti diri nya, langsung pergi tanpa ingin membuang-buang waktu.
-----
10 Menit Kemudian...
Lay berjalan dengan lesu. Dia tidak dapat mengerti, mengapa Aby hanya diam saja setelah kejadian tadi. Di saat sekali lagi dia ingin bertanya. Aby sudah sibuk dengan hp miliknya dan setelah memainkan benda itu dia langsung tersenyum cerah. Sungguh entah kenapa, dari kemarin ada saja yang membuat nya kesal.
"Ayo kita pergi ke tempat Aby?" Yun memecahkan keheningan di antara mereka.
"Tidak bisa. Aku izin hari ini"...
Mendengar penuturan nya, mereka menatap bingung.
"Ada sedikit urusan..."... Seakan tau arti dari tatapan mereka. Senyuman yang ada di bibir nya kali ini terlihat cerah lagi. Lay yang melihat itu semakin merasa terganggu. Sebab Aby tak pernah tersenyum sebahagia itu selama ini. Mungkin ada. Cuman dia lupa kenapa.
"Apa ada berita bahagia?" pertanyaan Alban menghentikan langkah mereka. Dengan cepat tangan nya mencubit kedua pipi nya.
"Tidak juga" bukan nya terganggu. Tetapi senyuman nya semakin bersinar. Lay yang berada di samping mereka hanya diam tak bersuara.
Yun terdiam sejenak. Dan segera berkata dengan nada penasaran... "Aby. Apa kamu pergi berkencan?" tentu saja mereka yang mendengar nya tak terima. Dan melayang kan sebuah pukulan kecil ke kepala nya secara bersamaan.
"Ini omong kosong bukan" runtuk Lay dan Alban bersamaan.
Awal nya Lay tak terlalu peduli dengan ucapan Yun. Tetapi saat melihat Aby semakin bahagia, ia menjadi ragu. Dia melemparkan pandangan nya ke arah Alban. Tetapi yang di tatap hanya mengangkat bahu nya kosong.
"Oke sampai disini saja. Aku duluan ya... Bye!!!" dengan cepat Aby berpisah dari mereka.
Lay yang tak sadar secara spontan menghentikan nya... "Aby!!! Tunggu!!!..."
Kini kaki nya berjalan tanpa ingin berfikir terlebih dahulu. Dia berhenti dengan memberi sedikit jarak. Saat ini Aby berbalik memandang nya sambil menunggu.
Dengan ragu dia bertanya... "Apa Itu?"... sungguh rasa penasaran nya sama sekali tidak bisa di bendung.
"Hanya kebahagian kecil. Lain kali aku akan cerita. Jadi, pulanglah dengan hati-hati!!!" tak mengerti dengan perasaan Lay, Aby hanya melambai dengan tersenyum cerah kepada mereka semua.
Dan saat ini, mereka hanya bisa menatap punggung nya yang perlahan-lahan menghilang. Membiarkan Aby pergi dengan pasrah. Alban segera mendekati diri nya yang hanya setia diam membeku seperti patung saat ini.
"Kita tau, dia tidak terlalu terbuka. Tunggu saja oke?" seakan mengetahui apa yang ada di dalam benak nya. Lay mengangguk lemah dan berbalik menatap Yun. Tak membutuhkan waktu lama, Yun segera berlari ke pelukan nya.
"Kamu lebih tau kalau dia baik-baik saja. Jangan takut" apa yang di katakan Yun itu benar. Atau mungkin tidak? Lay tak mengerti sekarang kenapa perasaan nya menjadi tak karuan seperti ini.
"Ayo pulang?!..." Lay mencoba mengalihkan fikiran nya. Mereka semua segera mengangguk setuju.
---------
Rasa nya sudah lama dia tidak kembali ke sini. Tempat di mana rasa kasih sayang dan cinta pertama kali di dapatkan oleh nya. Jantung nya berdegup kencang. Senyuman nya sama sekali tak hilang. Saat menerima pesan di Academy, ingin rasa nya dia berteriak karena rasa bahagia nya.
Aby mengingat kembali, pesan yang baru di terima nya beberapa menit yang lalu... "Al?? Bisa kamu mampir? Mereka dan aku merindukan mu"... Ah... Seketika hati nya terasa hangat.
Di angkat kepala nya pelan. Papan nama itu masih menyatu dengan kokoh di antara besi tua.
"Hm... Aku pulang!!!" sembari tersenyum cerah. Ia tak ingin menunggu lagi, dengan segera dia melangkah cepat.
-----------
30 Menit Yang Lalu...
Terlihat seorang perempuan paruh baya duduk dengan santai. Tangan nya menggenggam secangkir teh hangat beraroma Melati. Dia menatap tenang ke arah lawan bicara nya. Ini sudah berlangsung cukup lama. Tapi, tidak ada obrolan yang terjadi sama sekali. Mereka hanya sesekali melempar pandangan dengan tersenyum rendah.
"Sudah lama bukan? Maaf baru berkunjung lagi. Hera..." pecah lawan bicara nya sambil memandang rendah. Kemudian dia melempar pandangan nya keluar. Tempat dimana anak-anak sedang berlari dengan riang.
"Tidak masalah. Disini tak banyak yang berubah"
Dia tertunduk sopan sambil tangan nya berlari menyelipkan rambut nya ke belakang telinga milik nya. Dengan perlahan dia mengangkat pandangan lagi. Laki-laki yang ada di hadapan nya terlihat lebih tampan dari sebelum nya.
"Aku ingin memastikan dia tumbuh dengan baik. Hera? Mereka juga menanyai kabar mu. Kapan kau akan berkunjung?" Tatapan sayu milik nya seakan menyihir siapapun yang melihat ke arah nya.
Seketika suasana hati nya sedikit berubah. Dengan segera dia bangkit dari tempat nya... "Oh... Nanti. Saat aku sudah siap" jemari nya mengusap sebuah foto tua yang tergantung tepat di depan nya. Tak ada lagi senyuman. Fikiran nya seakan melayang mengingat kembali memori yang ada.
"Sudah lama bukan? Aku yakin dia tumbuh seperti mu..." Laki-laki itu masih setia di tempat nya. Kini, dia hanya bisa menatap punggung milik Hera.
"Hm... Kau perlu memastikan nya sendiri"...
-------
Baru saja diri nya sampai di sebuah perusahaan. Enzo sudah terjebak dengan seseorang yang membuat nya kesal.
"Bukan masalah besar?" ia terlihat jengah karena di tatap dengan tajam oleh laki-laki di depan nya. Dia di introgasi dengan pertanyaan yang sama berulang kali. Ini terjadi saat dia baru saja tiba di sini.
"Apa kau yakin?" Lagi. Ini yang ke 15x di lontarkan olehnya dengan pertanyaan yang sama.
"Kau bisa bertanya dengan Lay. Aku bosan. Aku akan pergi sekarang" dia sudah bangkit. Ya, Enzo sedang di tanyain perihal apa yang terjadi di Academy.
"Oke aku minta maaf. Duduk lah, aku baru memesan makanan..." ia menyerah sekarang, tak ingin membuat Enzo pergi begitu saja.
"Aku bukan bayi yang harus kalian pantau terus. Dan juga jangan mencampuri urusan ku!!!" Enzo mendudukkan kan tubuh nya dengan kasar di Sofa. Suasana hati nya tengah buruk sekarang. Itu semua karena Lay yang menghalangi diri nya bertemu Aby.
"Jangan terus berkelahi dengan nya. Akurlah..."...
Enzo memutar mata nya malas. Sungguh apapun yang di katakan nya. Itu tidak akan membuat orang tua ini diam sama sekali. Di ambil hp milik nya cepat, untuk menghubungi seseorang.
"Tuk... Tuk... Tut... Tut... Bip... Hai? Datang lah. Orang tua ini tidak akan melepaskan ku!!!... Tut..." Enzo tidak peduli dengan tatapan membunuh yang di tuju untuk nya.
Tidak lama setelah itu, ada seseorang mengetuk pintu tanda meminta izin untuk masuk. Tanpa menunggu balasan, mereka langsung menerobos masuk. Baru saja mereka masuk, mereka sudah bisa merasakan aura menekan yang sangat kuat saat ini. Seakan sudah terbiasa, salah seorang dari mereka langsung menduduk kan diri di samping Enzo. Dan yang satu lagi berjalan mendekati orang itu.
"Selamat Siang Sekretaris An" tunduk nya sopan. Setelah itu, dia pun ikut bergabung dengan yang lain.
Yang di beri salam diam tak menjawab.
"Lihat lah kerutan di wajah mu itu. Berhenti bersikap menyebalkan!!!" ketus Enzo menatap seseorang yang di panggil S.An.
Ada saja yang membuatnya marah dan kesal tak menentu. Yang di runtuk lagi-lagi diam dan langsung berbalik ke tempat nya. Dia tidak bisa membuat Enzo semakin kesal.
---------
Baru saja kaki nya melangkah di depan pintu. Badan nya sudah di sambut dengan pelukan erat dari satu anak Laki-laki.
"Ka... Aby!!!" ia semakin mengeratkan pelukan nya di kaki Aby. Anak berusia sekitar 5 Tahun ini dengan cepat menatap nya. Dia menampilkan gigi putih milik nya.
"Exe!!! Ah... Kamu sudah bisa berbicara?" Aby langsung menggendong tubuh gempal Axe. Dan menghadiahkan nya bertubi-tubi ciuman rindu... "Kamu sangat harum... Cup!!!Cup!!!Cup!!!"...
Belum sempat dia melanjutkan. Sudah ada segerombolan anak-anak berlari ke arah nya.
"KAK ABY!!!" teriak mereka kencang. Semua berlomba-lomba untuk lebih dulu memeluk nya. Aby yang merindukan mereka dengan segera menurunkan badan nya. Dan mempersiapkan sebuah pelukan yang besar. Dengan Axe yang masih ada di dalam nya.
"CEPATLAH!!!" teriak nya tak kalah senang.