Setelah apa yang terjadi tadi dengan cepat Rafael memindahkan Aby ke kamar nya. Dia masih marah atas apa yang terjadi sebelum nya. Tapi Rafael mencoba untuk menekan diri nya sendiri.
Hera hanya bisa diam tanpa ingin berkata lebih banyak. Sebab saat ini, Rafael menunjukkan ekspresi yang tak pernah sekali pun di tampilkan nya. Meskipun dia terlihat masih anak kecil. Tapi Demi Tuhan!!! Mereka sangat tau jati diri nya yang sebenarnya.
"Bajingan!!! Aku pasti akan membunuh nya suatu hari nanti!!!" gerutu seseorang yang di lukai Rafael tadi.
Mereka yang mendengar ucapan nya hanya diam tanpa ingin peduli. Mereka tau, tak ada beda nya dia dengan Rafael. Apalagi sifat keras kepala tak jelas mereka.
Di saat Rafael serta Hera sibuk di dalam kamar. Yang lain hanya bisa menunggu di luar dengan tenang. Tak ingin membuat masalah tak berarti. Salah seorang dari mereka, laki-laki yang bertubuh lebih tinggi dari keenam orang lain nya memasang ekspresi serius. Bahkan, sesekali dia melemparkan pandangan ke dalam pergelangan tangan nya. Ingin memeriksa lagi dan lagi. Berapa banyak waktu yang terbuang percuma seperti ini.
Di saat dia hendak pergi keluar untuk mencari udara segar, langkah nya langsung terhenti. Tubuh nya menegang tanpa persiapan. Bahkan temperatur udara di sekitar nya saat ini menjadi lebih rendah. Bagi manusia biasa yang menyadari itu, pasti akan merasakan sesak akibat kekurangan oksigen.
Baru dia saja yang menyadari situasi saat ini. Sebab mereka yang berada di dekat nya belum ada yang bertingkah aneh seperti nya. Dengan sekuat tenaga, dia mencoba menggerakkan tubuh nya untuk segera berlutut sopan. Sikap nya yang tiba-tiba seperti itu membuat semua yang ada di sana langsung faham apa yang terjadi. Dan dengan cepat segera mengikuti diri nya.
"Salam Hormat Hamba, untuk Anda Tuanku" ucap nya di sertai dengan tundukkan sopan diri nya dan yang lain.
Setelah dia mengucapkan itu, tiba-tiba muncul sesosok laki-laki bertubuh lebih tinggi dari nya dengan menggunakan pakaian serba hitam. Yang membedakan dari mereka ia menggunakan jas yang berwarna hitam perpaduan merah gelap. Serta jas yang di gunakan nya mengeluarkan percikan api-api kecil seperti kembang api di bagian kiri nya. Tak ketinggalan dengan sepasang sarung tangan hitam miliknya.
Wajah nya di tutupi sebuah topeng hitam yang mencolok. Bercorak kan warna merah di bagian mata kirinya. Sedangkan bagian kanan nya hanya tertutup di bagian mata nya saja dengan berwarna hitam. Bagian dari bawah tulang pipi sampai ke mulut semua nya terbuka. Bentuk yang tak pasti dan membuat siapapun tak ada yang tau bagaimana wajah asli nya yang sebenarnya.
Memang, terkadang terdengar rumor bahwa dia memiliki wajah yang sangat tampan. Tetapi ada juga yang mengatakan ada sebuah "Kutukan Abadi" yang membuat siapapun yang melihat nya bisa saja mati dengan cara yang tak wajar.
Bahkan untuk mereka yang sudah mengabdikan diri untuk waktu yang lama. Tak pernah barang sekali pun melihat bagaimana tampilan wajah nya di balik topeng yang di miliki nya itu. Termasuk diri nya.
"Maaf atas keterlambatan kami Tuan" ia masih setia menundukkan pandangan nya. Suasana saat ini sangat hening di sertai situasi yang sangat mencekam.
Pandangan nya menatap tajam ke arah mereka semua tak ada niatan untuk membalas ucapan nya. Tanpa ingin menunggu, dia langsung berjalan tanpa suara ke arah mereka. Mereka yang ada di bagian belakang, semakin menundukkan kepala nya. Tapi bagi mereka yang berada tak jauh dari nya hanya bisa diam dan pasrah saat ini.
"Jadi dimana dia? Wahai Egy... Pengikut ku yang setia" entah kenapa tiba-tiba gema langkah kaki nya terdengar nyaring memenuhi segala penjuru ruangan.
"Glek!!!"...
Sungguh. Aura yang di rasakan saat memanggil dan mendekati Egy sangat berbeda, sangat menakutkan serta sangat kuat. Sampai bisa di ibaratkan, mereka yang ingin mati di depan nya saat dia masih berbicara maka jiwa mereka yang ingin pergi sekalipun pasti akan memaksa kembali untuk berada di raga nya.
Dia yang menjadi incaran nya hanya tertunduk takut. Sejujurnya, dia sudah susah payah menopang diri agar tidak pingsan saat ini. Apalagi sekarang Tuan nya malah berdiri tepat di depan nya. Yang membuat diri nya semakin tertekan.
"Aku tak perlu meminta mu menjawab untuk kedua kali nya. Benar bukan?" ucapnya mengingatkan.
"Kenapa suasana hati nya sangat buruk sekarang? Bahkan ini terlalu berlebihan..." batin nya sembari mengangkat kepala nya. Pandangan nya segera di arah kan ke Tuan nya. Dan menjawab pertanyaan yang di ajukan untuk nya.
"Mohon ampun Tuan. Saat ini, Tuan Muda ada di dalam ruangan di belakang kita..." ia langsung menunjukkan dengan sopan... "Dia menemani Nona Muda saat ini. Maaf atas kelancangan saya Tuan. Beberapa saat yang lalu, Nona Muda seperti nya bisa melihat keberadaan kami. Tetapi tanpa sengaja, saya dengan segera membuat nya pingsan. Agar dia tak dapat mengingat apapun tentang kejadian tadi"...
Mereka yang mendengar nya tak setuju. Dia selalu mengambil tanggung jawab atas apapun yang anggotanya lakukan. Tapi di satu sisi mereka faham tak bisa memberikan cerita yang sesungguhnya. Karena di saat Egy membuka mulut nya untuk memberi laporan. Berarti dia sudah tau resiko apa yang akan di terima nya.
Mendengar ucapan nya tentu saja Tuan nya tak langsung percaya. Sebab dia tau ada satu orang di antara mereka yang tak menyukai keberadaan Rafael. Tak ingin memperpanjang semua nya, ia langsung berjalan menuju tempat Rafael berada.
Kini tak ada lagi suara langkah kaki nya berjalan. Seperdetik kemudian hembusan angin melewati mereka dengan cepat. Di saat mereka ingin mengalihkan pandangan untuk melihat apa itu semua nya sia-sia. Sebab tak ada yang bisa melihat nya sama sekali bahkan untuk Egy sekalipun.